Bab 14 : Yang ditakutkan, Yang di semogakan

48 4 0
                                    

Pernah nggak ngebayangin rasanya naik kereta ekonomi dari Jakarta ke daerah? Iya, kereta ekonomi yang duduknya tegap 90 derajat berasa Ratu Inggris, dan selama 7 jam? Yang kemudian dilanjutkan dengan naik gocar ke area kampus dengan jalan yang bumpy dan punggung yang sudah rapuh karena dipaksa tegap selama berjam-jam itu harus terbanting-banting di jok belakang mobil? Well kalau belum, bisa ditanyakan ke 4 cewek NCT U yang barusan pulang dari Jakarta. 

Sekarang keempatnya lagi gelesotan di sofa ruang tamu kos-kosan karena kecapekan. Jennie udah molor, Jisoo juga. Joy masih sibuk milih makanan di go food, sementara Meera? Tuh, anaknya barusan keluar kamar, udah mandi dan ganti baju.

Meera lantas duduk di sebelah Joy.

"Mau makan mer? Gue mau go food nih?"

"Nggak ah, gue mau pergi?"
"Pergi ke mana? Nge date sama ayang Jaehyunnie?"
"Najis, enggak kali, gue mau ketemu anak TEKA jurusan gue,"

"oh... Yang lo bilang kemaren itu?"

"Iya, nih gue lagi pesen ojol buat ke kontrakanya doi."

"Oke... hati-hati mer,"

"sip, gojek gue udah dateng, gue cabut dulu ya Joy."

**

Meera menarik nafas dalam-dalam, di depanya adalah kontrakan Dhanti, semalam setelah countless whatsapp messages dan line call Dhanti belum juga mau membalas pesan singkat dari Meera.

Daripada cuma menunggu balasan yang entah datangnya kapan, Meera memutuskan untuk datang langsung saja ke kontrakanya Dhanti. Pokoknya yang terpenting ketemu dulu, perkara nanti hasilnya gimana itu urusan belakangan. Jujur walaupun Meera deg-degan banget sih sebenarnya, bagaimana kalau dia ke kontrakanya dan kejadian-kejadian tidak diinginkan terjadi seperti...

"KELUAR LO BRENGSEK!"

Meera Cuma bisa melotot waktu melihat badan Jaehyun dilempar keluar dari kontrakan oleh seorang laki-laki yang tidak Meera kenali. "JANGAN PERNAH DEKETIN DHANTI LAGI"

"ELO YANG JAUH-JAUH DARI DHANTI!" Jaehyun melempar tinjunya ke laki-laki tidak dikenal itu. Sebelum keadaan bertambah kacau, Dhanti keluar dari kontrakan. "Jaehyun udah !! Mas Rafael udah! Udah tolong, berhenti, " kata Dhanti sambil menangis. "Ini peringatan terakhir buat lo, sekali lagi lo coba pengaruhin Dhanti yang enggak-enggak, gue nggak bakal segan-segan abisin lo!"

"Manipulative bitch! Elo yang jadi pengaruh nggak bener di hidupnya Dhanti, elo yang udah bikin Dhanti jadi rusak kayak gini, tunggu sampe gue laporin lu ke polisi dan orangtuanya Dhanti."

Plak! Tamparan keras melayang ke pipi Jaehyun. "Jangan berani-berani lu salahin Mas Rafael! Pergi lo!" Dorong Dhanti. "Sadar dhan, sadar" Jaehyun mengguncang-guncangkan bahu Dhanti. "Lo cuma dimanfaatin sama dia, liat apa yang udah dia lakuin ke elo dhan, Dhanti tolong dengerin gue... Ayo pergi dari sini..." "Nggak jae! Lo yang pergi! Lo nggak tau apa-apa, nggak usah sok tau soal hidup gue."

Jaehyun menatap Dhanti tidak percaya. Entah mendapat keberanian darimana, walaupun masih setengah shock, Meera menghampiri sumber keributan itu dan menarik tangan Jaehyun pelan. "Jae, ayo, kita tinggalin Dhanti dulu, nggak baik di lihat tetangga, dan nggak akan ada yang bisa diomongin kalau semua pihak lagi marah-marah gini," bola mata Jaehyun membulat menatap Meera, gimana ceritanya Meera bisa ada di sini? Meera menatap Dhanti yang masih sembab, pandanganya tidak menentu. "Ayo jae..." Bujuk Meera. "Pergi jae, pergi sama Meera" kata Dhanti, Dhanti lantas berbalik dan masuk kembali ke kontrakan yang ia tempati bersama seseorang yang ia panggil Mas Rafael itu. "Mer... Kok lo bisa ada disini?" Tanya Jaehyun. "Ceritanya panjang, udah kita pergi dulu aja yuk dari sini, lo udah makan?" Tanya Meera. Jaehyun menggeleng."Yaudah ayo, makan soto yuk, depan perumahan ini ada soto enak banget." Jaehyun mengangguk pasrah. Mereka berdua pun meninggalkan tempat itu. Jaehyun cuma menyetir sambil diam selama perjalanan. Sampai di tempat makan pun Jaehyun masih diam.

"Lo... Lo kok bisa di sana tadi jae?" Tanya Meera memulai percakapan. "Gue pengen ketemu Dhanti... Nggak, lebih tepatnya gue pengen bawa dia jauh-jauh dari laki-laki brengsek itu," jawab Jaehyun penuh emosi. "Sebenernya Mas Rafael itu siapa jae?" "Pacarnya, dia ketemu Dhanti semenjak tahun lalu, awalnya gue biasa aja, Dhanti nya juga seneng-seneng aja, tapi beberapa bulan ini mulai keliatan kelakuan aslinya si Rafael itu, orangnya abusive banget, mentally and physically. Awalnya gue juga nggak tau apa-apa, tapi terus gue sadar Dhanti akhir-akhir ini aneh banget, jarang ikut kumpul-kumpul, kalau malem ditelfon suaranya kayak orang habis nangis. Sampai suatu hari gue ketemu dia di kampus, dia lagi nge gulung lengan bajunya, disitu gue liat lebam di tanganya, gue langsung sadar ada sesuatu yang nggak beres, gue paksa dia cerita dan akhirnya dia cerita, Rafael ternyata ngatur-ngatur hidup dia, dia nggak boleh keluar malam, nggak boleh main kalau banyak cowok-cowoknya, semua kontak temen cowoknya di hapus, foto-foto di instagramnya di hapus karena Rafael bilang 'gue gasuka milik gue dilihat orang lain', dan kalau Dhanti ngelanggar atau berani memprotes dia, dia bakal main tangan. Puncaknya adalah waktu Dhanti disuruh pindah dari kosan dia ke kontrakan. Sialnya lagi, gue nggak tau Rafael udah ngapain si Dhanti sampai-sampai si Dhanti udah kayak orang di cuci otaknya, Dhanti selalu belain si brengsek itu, ini bukan pertama kalinya gue samperin kontrakanya, tapi hasilnya selalu nihil, Dhanti bakal tetep belain cowok sialan itu."

Jaehyun menarik nafas dalam. Meera mengerutkan keningnya dalam. Di satu sisi dia bersyukur karena sekarang dia tau apa yang sebenarnya terjadi kepada Dhanti, dan syukurlah ternyata itu bukan karena temannya sendiri, Jaehyun. Tapi di sisi lain Meera merasa hatinya seperti di remuk stomwalls, dia bener-bener nggak tega setelah tau kondisi Dhanti, terjebak dalam hubungan yang nggak sehat."Lo sendiri kenapa bisa ada disitu mer?" Tanya Jaehyun. "Beberapa hari yang lalu, gue telfonan sama Dhanti, sama kayak lo, gue sadar ada yang nggak beres karena suaranya kayak orang habis nangis, keesokan harinya gue vidcall lah si Dhanti, eh ternyata bibirnya lebam, paniklah gue. Sayangnya gue whatsapp, gue line call, nggak bales, akhirnya gue mutusin hari ini gue ke kontraknaya langsung... Gue dapet alamat ini juga hasil nanya orang-orang..."

"Wait, mer, lu bukanya lagi lomba ya di Jakarta?"
"Iya, udah selesai kok tapi, ini gue udah pulang,"

"Kapan lo pulang?"

"Barusan.... Tadi pagi jam 6 sampai sini naik kereta...."

"Yaampun mer.... Lo nggak kecapekan?" Jaehyun kehabisan kata-kata.

"Capek sih... Tapi gue bener-bener nggak bisa tenang sebelum ketemu Dhanti setelah lihat lebamnya kemaren..."

Jaehyun dan Meera kemudian sama-sama menghela nafas.

"Rencana lo selanjutnya apa?" Tanya Meera.

"Gue kepikiran buat ngehubungin orangtuanya Dhanti, tapi gue masih binung, soalnya menurut gue percuma gue hubungin orangtuaya kalau Dhanti masih belum ada kesadaran buat ninggalin cowok brengsek itu, mana lo juga denger kan ancamanya tadi?"

Jaehyun menyisir rambutnya frustasi.

"Gimana kalau besok di kampus gue coba ajak dia ngomong? Nggak janji sih bakal merubah apapun, tapi minimal gue bisa coba cari tau, kenapa Dhanti nggak mau ninggalin Rafael bahkan setelah semua yang Rafael lakuin ke dia,"

"Jujur, gue pesimis sih mer, tapi okelah bisa lo coba, ntar kalau butuh apa-apa atau si Rafael ternyata tiba-tiba nyamperin ke kampus kabarin gue aja,"

"oke"

Meera berdoa dalam hati, semoga, semoga dia bisa menyelamatkan Dhanti sebelum semuanya terlambat seperti...

Source photo : https://twitter.com/jayme0214/status/1262765995782881280

Till Debate Do Us PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang