Bab 32 : Let us be alright

30 1 0
                                    

"Mau kamu gimana sih Mer?"
Mendengarnya pertama kali aja Meera udah mau nangis.

Suddenly she is 15 years old again and her father is frustrated. This, is the exact same tone.

"Meera sorry... Maksudku," Jaehyun mencoba menarik nafas dalam dan menenangkan dirinya sendiri.

Meera sendiri juga bingung, dia tau kok sebagai manusia dia tidak sempurna, akan tetapi kesalahan dia yang mana ya yang bikin Jaehyun bisa semarah ini?

Meera merasa sudah mencoba untuk melakukan semua yang dia bisa, at least from her ends. Bukannya dia sudah berkomitmen untuk mau mencoba memulai chapter  baru bareng Jaehyun.

Meskipun awkward dan Meera bahkan nggak yakin cara melakukannya bagaimana, dia berusaha untuk melakukan semua yang Jaehyun ingin mereka lakukan bareng. Ngabarin setiap sebelum dan sesudah berangkat latihan debat? Check. Tetap berusaha ketemu Jaehyun entah di cafe atau dimanapun meskipun tugas kampus dan research yang harus dia lakukan untuk bangun matter bank debate nya banyak banget? Fine, she'll do it. Di antar jemput dan ngobrol bareng meskipun sebenarnya Meera capek luar biasa? Oh she gladly do it.

Meera jujur capek, tapi di tengah semua itu, jujur dia merasa happy karena bisa ketemu Jaehyun lebih sering, ngobrol lebih sering walaupun seringnya percakapan mereka jadi pendek-pendek karena mereka berdua udah sama-sama capek ketika ketemu.

Jaehyun nggak akan pernah tau, tapi setiap kali Jaehyun mengusulkan sesuatu yang baru buat mereka berdua 'chat aku dong sebelum kamu latihan debat' 'nanti aku jemput ya pulang latihan debat' 'ngerjain kerjaan bareng yuk di cafe' Meera merasa ada kehangatan yang tidak bisa dijelaskan menyelimuti hatinya, yang tanpa sadar membuat Meera berkali-kali merapal mantra yang Jennie, Joy, dan Jisoo ajarkan kepadanya. "He is not my father, I am not my mother, we will be alright, God please let us be alright'

She is trying her best not to fuck it up.

Makin lama Meera semakin.... Sayang? Sama Jaehyun. Sampai-sampai makin lama Meera semakin nggak tega kalau Jaehyun harus bolak-balik cuma buat nganterin dia latihan debat. Meera nggak tega kalau Jaehyun harus pulang malam-malam karena latihan debatnya yang kadang-kadang baru selesai jam 1-2 pagi. Meera nggak bisa ngeliat Jaehyun harus terus menerus ngeluarin lebih banyak uang karena setiap kali mereka keluar Jaehyun bersikeras untuk membayar semuanya.

Di bayangan Nadjwa Ameera, Jaehyun sebelum bertemu dan sebelum bareng-bareng sama Meera adalah seseorang yang hidupnya diliputi kebahagiaan. Jaehyun berasal dari keluarga yang baik, Meera cukup yakin Jaehyun nggak pernah berkekurangan secara finansial. Kalau dilihat dari postingan instagramnya, Jaehyun dulu sering banget bar hopping bareng teman-temannya, atau kalaupun bukan bar hopping ya main billiard bareng atau sekedar ngopi-ngopi bareng. Meera tau betul semenjak TEKA berjalan, Jaehyun jadi punya lebih sedikit waktu untuk melakukan itu semua, Meera tidak mau semakin mengurangi waktu personal Jaehyun. Setelah semua yang Jaehyun lakukan buatnya, Meera nggak sanggup kalau harus liat Jaehyun kecapekan, atau God Forbid, bosan dengan kegiatan bareng Meera yang nggak akan jauh-jauh dari debat dan semuanya terjadi di tengah malam atau dini hari dimana orang-orang normal pada umumnya harus beristirahat. Meera nggak mau kehadirannya di hidup Jaehyun justru jadi penghambat buat dia istirahat apalagi having fun sama teman-temannya.

"Aku... Gimana?" Tanya Meera, matanya sudah berkaca-kaca.

"Mer, aku ... Aku cuma pengen tau, kita sebaiknya harus bagaimana, akhir-akhir ini aku merasa kita berdua bukannya semakin dekat malah semakin jauh, beberapa kali kamu nggak ngabarin aku, atau mendadak kamu pergi sendiri, atau meskipun berangkatnya aku anter, kamu lebih milih pulang sendirian dini hari, kamu nggak pernah mau kalau aku ajak makan di luar, padahal kamu sendiri sebenarnya belum makan, Mer, aku khawatir sama kamu, aku takut kamu kenapa-napa kalau kamu pulang malam, aku kepikiran kalau kamu belum makan, kenapa...." Jaehyun menarik nafas dalam-dalam mencoba mengatur nafasnya, mengatur emosinya "Kenapa kamu nggak bisa mengkomunikasikan semua itu ke aku mer? Bukannya kita mau coba untuk... Jalan bareng in a new chapter?" Tanya Jaehyun.

"Aku.... Aku nggak mau ngerepotin kamu, aku nggak mau nyusahin kamu Je, jujur aku nggak enak sama kamu" Jawab Meera, kali ini beneran air mata sudah di penghujung matanya.

"Aku nggak merasa direpotin mer, aku seneng kok nganterin kamu kemana-mana, aku happy kok nemenin kamu makan?"

Meera cuma bisa menelan ludah. Gimana ya caranya ngejelasin ke Jaehyun? Kalau dia nggak mau Jaehyun kecapekan, kalau dia nggak mau Jaehyun terus-menerus mengeluarkan uang buat dia, dia nggak mau jadi penghalang buat Jaehyun istirahat dan main sama teman-temannya.

"Kamu nggak papa, tapi aku... Aku nggak bisa Je"

Jaehyun mengacak rambutnya menggunakan tangan,

"Kamu... Kamu nggak percaya sama aku Mer?" Tanya Jaehyun kebingungan.

"Kamu nggak percaya aku bisa jadi laki-laki yang bisa nemenin kamu mer? Aku tau kita punya.... Kualitas yang berbeda, tapi aku pikir selama ini aku sudah mengusahakan yang terbaik supaya aku pun bisa dengan bangga nemenin kamu kemana-mana, so that maybe one day I can be a part of your world too Mer, apa memang, menurut kamu kita terlalu beda? Am I not good enough for you?"

"Nggak Je, bukan gitu" Meera berusaha untuk melanjutkan kata-katanya tapi lidahnya kelu, nafasnya sesak, dan akhirnya Meera hanya bisa menangis. Dia bahkan udah nggak tau lagi, mungkin ini karena kecapekan latihan debat, mungkin ini karena dia frustasi nggak bisa menyuarakan apa yang sebenarnya ada di kepalanya untuk Jaehyun, capek dengan dirinya sendiri, atau mungkin juga kombinasi diantara ketiganya?

Jaehyun membeku sesaat ketika Meera menangis.

Sebelum akhirnya Jaehyun menatap Meera dengan pandangan sendu

"You're not happy with me ya Meera?"

***

Author Note : Jujur nulis chapter ini itu capek banget, dada berasa sesak, dan kayaknya salah banget deh nulis ini during weekday padahal besok harus kerja! 
But anyway,  I'm happy dengan gimana chapter ini akhirnya berjalan, menurutku lebih baik dari plan awalnya 

Kalau menurut kalian gimana? What do you guys think about this chapter?

Till Debate Do Us PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang