Satu Minggu setelah usianya menginjak tujuh belas, Rembulan rasanya enggan memalingkan pandangan pada refleksi tubuh yang memantul memenuhi iris.
Sejemang merenungkan, perihal apa yang hendak Mamanya rencanakan sampai harus membuat matanya membulat sempurna tepat ketika secarik kertas bukti reservasi di sebuah resto yang hampir tak pernah ia banyangkan sebelumnya, berada di genggaman.
VELVET. Yang benar saja!
Rembulan tak lantas percaya begitu saja, sekalipun Sekar terus berkata jika hal itu dilakukan hanya sekedar untuk menghabiskan akhir pekan bersama ketika pandangan si gadis mulai mengintimidasi.
Kendati berteriak kegirangan, Rembulan kala itu justru diam termangu dengan menyisakan banyak pertanyaan yang berderet di kepala. Pasalnya, tak hanya terkesan megah dan mewah. Resto yang diperkaya dengan arsitektur bergaya Eropa itu memiliki view yang luar biasa indah karena terletak di lantai teratas gedung luxury hotel yang kerap kali mendapat penghargaan atas fasilitas juga kredibilitasnya--jelaslah bukan tempat yang mudah digapai untuk setiap kalangan. Terutama Sekar yang hanya bekerja sebagai staf marketing di sebuah perusahaan kosmetik--yang memang akhir-akhir ini sedang naik daun.
Beberapa bulan terakhir, perusahan Sekar mengeluarkan produk Skincare baru yang dinilai bagus dan langsung disambut dengan pencapaian yang gemilang. Review dari beberapa selebgram yang merekomandasikan membuat penjualan semakin melejit hingga mencapai titik Top Brand. Atas alasan yang serupa, kerja keras Sekar pun diapresiasi dengan baik. Terhitung enam bulan terakhir, Sekar kerap kali mendapat uang tambahan dari bonus pencapaian. Namun tetap saja, uang yang didapat Sekar perbulan pun masih kalah besar dibanding harga yang harus ia bayar untuk satu kali makan disana. Tak hanya mahal, untuk reservasi pun rasanya susah. Mengingat tempat itu selalu menjadi favorit para elitis, mengharuskan siapa saja untuk melakukannya minimal satu bulan sebelum---itupun jika sedang beruntung.
Awalnya si gadis berpikir, mungkin perusahan tempat Mamanya bekerja mengadakan acara familly gathering atau hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan kantor--- yang lantas langsung di tepis oleh Sekar. Rembulan bahkan sempat merengut ketika Sekar tak memberikan jawaban pasti perihal rencananya. Setengah menggoda, si puan hanya berujar jika hal itu masih jadi rahasia dan sukses membuatnya bersungut-sungut. Benar-benar menyebalkan ketika isi kepalanya mendadak penuh dengan prasangka. Bahkan rasa penasarannya kian membuncah tat kala hari itupun datang dengan Sekar yang menenteng sebuah paper bag besar--berisikan dress pastel yang begitu pas ketika di pakai.
Rembulan tak mampu memalingkan pandangan--sedikit tak percaya jika potongan Sabrina yang kemudian sukses mempertontonkan cekuk leher juga pundak mampu memberi kesan berbeda.
Terlihat sedikit lebih dewasa mungkin, entahlah. Si gadis tak tau pasti sebab terkadang di beberapa keadaan kau akan merasa yakin setelah mendengar pengakuan seseorang yang juga berkata demikian. Terlebih kadar kedewasaan, sebab hal itu tak sama ketika kau memuji penampilan seseorang yang di-labeli cantik hanya dengan satu kali pandang.Sedikit rumit, memang.
Si gadis yang kemudian sadar jika waktunya telah terkikis setelah melirik detik yang terus bergulir di pergelangan tangannya lantas segera menyempurnakan penampilan.
Rambut legam yang sengaja di buat sedikit bergelombang nampak di biarkan tergerai dengan bantuan dua buah aksesoris mungil sewarna perak berbentuk bulan sabit yang nampak cantik bersanding dengan sang bintang menjepit di setiap sisi. Memberi jeda agar anak Surai yang sebelumnya dililin tak beraturan dapat menjuntai sesuai yang di harapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEAD OVER HEELS
Ficção GeralJika sebuah dongeng di mulai dengan kata alkisah ... Maka disinilah Rembulan terjebak.