02. perusuh kecil

30 9 34
                                    

*soojin gemes banget gila

Pagi ini jeno sudah di izinkan pulang dengan jaminan di temani om johnny seharian. Betapa bahagianya dia karena akhirnya dapat terbebas dari gips yang 70% mengganggu pergerakannya.

Karena nyatanya jeno bukan seojun yang dijenguk oleh teman-temannya dan mendapat tulisan semangat di gips tangan kanannya. Jeno langsung membakar gips penuh kenangan buruknya selama dirawat di rumah sakit.

Selama 3 minggu 4 hari jeno tidak masuk ke kampus dan selama itu juga ia tidak bertemu dengan keluarganya. Terkadang jeno tertawa saat mengingat betapa menyedihkannya dia setiap malam harus sendirian di rumah sakit, mengharapkan kedatangan Haechan untuk membawakannya Ayam goreng.

Dengan om johnny yang sudah pergi bersama marchel -mobil pajero kesayangannya- apa yang bisa di bilang dengan jaminan ?  Jeno semakin merasa sepi di rumah yang hanya ada dirinya dan mainan gigit miko.

Mainan itu diambil oleh jeno. Dipandanginya benang-benang yang terurai dari gulungan milik anjing kesayangannya itu. Tentu jeno hapal setiap jahitan yang lepas di mainan gigit itu.

"Melihara kucing ya"  tanyanya pada diri sendiri.

Kini jeno di landa dilema. Jujur dirinya benar-benar merindukan miko. Biasanya sebelum tidur jeno akan memberikan semangkuk kefir untuk miko. Begitu juga dengan miko, miko akan memberikan pelukan hangat dan hanya jeno yang bisa mengartikannya. Nyatanya ketika Ayah dan mamanya melihat,  mereka sudah mengira anak sulungnya diserang anjing pemburu dan hampir menelpon 911.

"Kucing.."

Jeno benar-benar memikirkan saran dari sahabatnya itu. Apakah mengganti hewan peliharaan adalah jalan yang terbaik baginya, bagi keluarganya yang pada dasarnya tidak senang dengan keberadaan miko dirumah.

Dibalik semua itu. Jeno jadi memikirkan ulang kenapa miko menggigit dirinya pada saat jam 6 sore tepat beberapa detik sebelum om johnny datang. Jeno mengerutkan dahinya seakan mengingat sesuatu, apakah ada yang salah dengannya, dengan bau nya mungkin ?

Jeno selalu begitu. Jika sesuatu terjadi padanya, dia langsung memikirkan kenapa hal itu bisa terjadi padanya. Misalnya kenapa Seeun -adiknya- mengamuk minta dibeliin pop es padahal jeno udah menyembunyikannya dengan baik saat masuk kekamar. Dan akhirnya jeno sadar kalau ternyata dia udah up status foto lagi nyeruput pop es nya di wassap.

Sembari memikirkan hal yang sudah 3 minggu 4 hari itu terjadi, ia berjalan kearah pintu belakang. Hanya sekedar mencari udara segar sebelum Ayah,Mama dan adiknya pulang dari berlibur ke negara tetangga tanpa dirinya yang berstatus mahasiswa dan tak mudah mendapatkan izin cuti.

ckckckckckhhhhhhBRAKKHHH!!!..

Seketika bulu kuduk jeno merinding. Segera ditutupnya pintu besi itu kemudian berlari ke kamarnya yang ada di lantai 2. Dengan lengan yang masih harus dia jaga dari kemungkinan besar kepentok dinding, jeno melambatkan jalannya dan akhirnya berhenti.

Setidaknya untuk saat ini

"Siapa itu?!"  jeno menggertak. Tangannya memegang vas bunga kecil yang ada di meja tepat ia berdiri sekarang.

Tangannya cukup bergetar untuk memegang vas cantik itu. Tetapi dia sadar kalau semua yang terjadi hanya halusinasinya semata. Seketika jeno meletakkan kembali vas itu lalu tertawa menepuk kepalanya. "Kayaknya efek obat pereda nyerinya menjalar sampai ke otak nih haha"

Dengan mencoba tenang ia berjalan ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya. Kini dia sibuk menampari wajahnya yang memucat lantaran rasa takut berlebih agar memerah dan tampak normal. Seperti biasa

Plak!! Plakk!!  "Aduh sakit"  plak!! plak!!!  "Lagi.. dikit lagi merah"

Prangg!!!   "Eh?"

Jeno menoleh keluar pintu kamar. Matanya memang rabun tetapi telinganya cukup tajam untuk mengetahui kejadian di luar kamarnya. Jeno mendengar kalau itu adalah suara vas bunga jatuh, dan...

"Sialan!! Mama bisa marah nih kalau vas bunga kesayangannya pecah"  jeno panik. Ia langsung berjalan kesana-kemari mencari siapa pelaku dibalik pecahnya vas bunga biru langit yang berserakan di lantai.

dan dia benar.

"Eh.. kok kayak de javu ya"  langkahnya terhenti tepat di depan pintu kamarnya.

Pandangan jeno terarah pada jendela kamar yang terbuka lebar. Tak lama terdengar suara  ckckckckckhhhhh.  "Kan iya.. de javu anjir"  jeno berbalik kemudian kepalanya mengingat sekilas kejadian 3 minggu 4 hari yang lalu, saat anjingnya-- Miko terdiam dengan ekor yang naik menandakan Miko dalam keadaan siaga.

"Miko ada di sana dan....  dan di jendela ada.."  jeno menoleh ke arah jendela kamarnya.  "Rubah ?" kini ia terdiam. Bukannya mendapatkan jawaban dari semua kekeliruannya, Jeno malah semakin pusing karena Rubah itu melompat ke arahnya.

"OH JADI ELU YANG JATUHIN VAS BUNGA MAMA"

Jeno mencubit kulit leher rubah itu, seperti biasa ia menghukum miko. Tangan kirinya segera menahan kaki kecil rubah itu agar tidak mencakar dan kabur begitu saja. Tapi di luar perkiraan jeno, ternyata tenaga rubah ini cukup besar, bahkan melebihi miko.

Seperti terkena sihir; jeno dengan mudah mempersilahkan rubah itu mengukung dirinya diatas tempat tidur. Karena sudah terbiasa oleh Miko--  udah dibilangin juga jangan di bahas.

Jeno langsung mengangkat badan rubah itu kepangkuannya. Dengan bulu halus di sekujur tubuhnya jeno merasa kalau memeliharanya bukanlah hal yang salah. Lagi pula ini gratis kan?

"Hei rubah nakal.. kau mau ku pelihara?"

Jeno memandangi kedua manik cokelat milik si rubah yang baru saja hadir dihadapannya. Tanpa sadar jeno tersenyum dan mendekatkan wajahnya ke rubah itu.

"Miko"  jeno terisak.

Tidak mudah baginya.

"Aku rindu mikohohohoho" dan akhirnya menangis.

JumpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang