Ch.1 Apa Cita-Citamu ?

15 3 2
                                    

"Mau jadi apa kalian saat besar nanti ?"

Sebuah pertanyaan yang umum kita dengar saat kita kecil. Dan begitu pula ada jawaban yang paling umum untuk menjawab pertanyaan tersebut.

" Dokter !! "

Dengan berbagai alasan seperti ingin membantu orang atau hal lainnya. Bagi anak kecil untuk bermimpi seperti itu tentu sangat hebat tapi seiring berjalan waktu apakah akan tetap seperti itu jawabannya ?

" Apa cita-cita mu ? Kamu mau jadi apa nanti ? "

Pertanyaan yang dilontarkan guru itu membuat Lesi kebingungan. Jika ini Lesi kecil, ia akan dengan mudah menjawab 'dokter' tapi sekarang Lesi sudah kelas 12. Ia sudah bukan orang naif yang tidak tahu bahwa menjadi seorang dokter adalah hal yang sulit. Butuh perjuangan dan banyak dana untuk memperolehnya.

" saya tidak tahu bu "

Jawaban yang diucapkan Lesi membuat kening guru tersebut berkerut

" Tidak tahu ? Kamu sudah kelas 12 dan kamu masih tidak tahu ? Cita-cita yang kamu lontarkan itu akan menjadi doa jika kamu menjawab tidak tahu bagaimana nantinya kamu ?!! Duduk sana !! "

Lesi sedikit meringis mendengar bentakan Bu Anggung yang pasalnya terkenal galak seantero sekolah. Tapi mau bagaimana lagi, Lesi benar-benar tidak tahu mau menjadi apa nanti. Masa ia harus menjawab Dokter yang hampir setengah murid yang tadi maju ke depan bilang ? Lesi pusing memikirkannya .

Lesi menghela napas dan bertepatan saat Lesi duduk, ada seorang siswi yang maju ke depan. Bu Anggung pun melontarkan pertanyaan yang sama ke siswi itu.

" Saya ingin menjadi Dokter ! "

Lesi mendengus mendengar jawaban itu. Dokter. Dokter lagi. Memang, ada beberapa anak yang jawabannya beda tapi tetap tidak masuk akal seperti presiden, bos perusahaan, ilmuwan, arsitektur. Ayolah, tidak ada yang lebih logis gitu ? Dan sekarang jawabannya adalah dokter yang sudah beberapa kali diucapkan membuat kepala Lesi pening.

" Rika Amelia ", panggil Bu Anggung

Teman sebangku Lesi yang bernama Rika itu berdiri dan berjalan ke depan kelas. Bu Anggung pun melontarkan beberapa pertanyaan sebelum pertanyaan yang membuat Lesi kesal akhirnya keluar.

" Saya masih belum mengetahui ingin menjadi apa nanti nya tapi saya sudah mengetahui jurusan apa yang saya tuju nanti . Jurusan yang saya tuju adalah Sastra Jawa "

Lesi mendengus untuk kedua kalinya. Memang jawabannya lebih masuk akal daripada sebelum-sebelumnya tapi apa-apaan tuh Sastra Jawa ? Mendengarnya saja belum pernah. Lesi merasa Rika menyia-nyiakan bakatnya yang pandai Matematika, padahal dengan nilai Matematikanya selama ini Rika bisa masuk jurusan akutansi bahkan jurusan Teknik Informatika jika mau.

' Ayolah, jika begitu caramu mending berikan kepandaianmu ' pikir Lesi sembari menatap tajam ke arah Rika yang baru saja duduk di sampingnya dan membalas Lesi dengan senyuman.

" Kau aneh ", ucap Lesi terus terang membuat Rika memiringkan kepalanya dengan kebingungan

" Lupakanlah!! ", sahut Lesi dengan kesal membuat bentakan terdengar lagi dari gurunya.

" Lesii !! Berisik kamu !! Jangan ngobrol disaat yang lain sedang berbicara di depan !! Pikirkan saja dirimu yang masih belum tahu mau kemana !!"

Lesi mendengus untuk ketiga kalinya pasalnya mood Lesi sedang buruk dan sekarang ditambah ocehan menyebalkan gurunya. Bukannya disemangati tapi malah dimarahi. Fix. Mulai saat ini, Bu Anggung akan masuk ke dalam daftar guru yang dibenci oleh Lesi.

~#~#~#~

" Assalamualaikum " salam Lesi ketika memasuki pintu rumahnya. Lesi menengok kanan-kiri mencari sosok ibunya yang biasanya menetap di rumah.

" Walaikumsalam " balas sang ibu keluar dari dapur mendapati anak perempuannya sedang duduk bersungut di sofa sambil menyalakan televisi dengan remot.

" Ada apa ? Kok bersungut gitu ? " Sang Ibu duduk di samping Lesi sambil memerhatikan ekspresi Lesi yang sejak awal tidak berubah dari saat ibunya melihat Lesi.

Tidak ada yang berbicara, hanya suara dari televisi yang terdengar mengisi wilayah ruangan itu sebelum Lesi memutuskan membuka suara.

" Ibu ingin aku jadi apa ? "

" Sudah Ibu katakan beberapa kali. Ibu terserah dengan keputusanmu "

Jawaban Ibunya malah membuat Lesi semakin kesal, ia berdiri dan langsung berlari ke arah kamarnya. Ibunya menggeleng melihat tingkah Lesi sambil mematikan televisi yang ditinggalkan menyala.

Setiba di kamar, Lesi menghempaskan tubuhnya ke kasur dengan kencang membuat dirinya terpantul beberapa saat sebelum akhirnya terbaring diam dengan posisi telungkup. Dalam suasana kamar yang hening dan gelap gulita, Lesi menghela napas panjang. Ia sebenarnya tidak tahu apa yang diinginkan olehnya.

Lesi tahu akan merepotkan kalau orangtuanya menentukan sebuah standar kepada Lesi tapi di satu sisi Lesi juga dibuat kebingungan atas masa depannya yang Lesi bahkan tidak tahu mau ambil jurusan apa nanti.

Lesi selama ini selalu mencoba mencari info tentang jurusan tapi pada akhirnya malah membuat Lesi makin kebingungan. Sebenarnya mungkin yang membuat Lesi tidak yakin adalah ia tidak percaya diri dengan kemampuannya untuk diterima oleh jurusan yang mungkin ia mau. Masih banyak yang perlu dipertimbangkan untuk memilih jurusan seperti prospek kerja, bakat, minat, mental dan hal lainnya.

Di saat Lesi minat dengan suatu jurusan, ia malah ragu ketika melihat prospek kerjanya yang kurang meyakinkan di zaman sekarang. Di sisi lain ketika Lesi menemukan jurusan yang prospek kerjanya meyakinkan, ia malah ragu akan kemampuannya.

Lesi menghela napas dengan lelah. Ia pusing dengan ini semua, ia ingin membicarakan semua kebingungannya kepada ibunya tapi seperti biasa jawaban yang diterima pasti selalu kata terserah dengan Lesi. Lesi jadi iri dengan ibu saudaranya yang aktif mencari sana-sini tentang info kampus dan selalu konsul dengan anaknya. Buktinya sekarang saudaranya itu sudah masuk ke kampus UI yang terkenal di Indonesia. Sayang sekali Lesi tidak dekat dengan saudaranya itu, jadi dia tidak bisa dengan bebas bertanya-tanya kepadanya.

' Jurusan yang aku tuju adalah Sastra Jawa '

Lesi sekilas mengingat ucapan Rika. Lesi mengerutkan kening saat mengingat hal itu. Lesi merasa  kebingungan dengan keputusan Rika, ia tidak mengambil jurusan yang sesuai bakatnya padahal prospek kerjanya sangat bagus tetapi malah mengambil jurusan yang prospek kerjanya tidak pasti.

Dilihat dari nada suaranya yang tegas ketika mengucapkan ' Sastra Jawa ', Lesi merasa yakin itu bukan keputusan sesaat melainkan keputusan yang benar-benar sudah matang sejak lama.

Lesi mengingat kembali ketika masih kelas 10. Ketika dihadapkan dengan pertanyaan yang sama, saat itu jawaban Lesi adalah menjadi Dokter Bidan. Klise memang. Tapi itu jawaban yang ada dipikiran Lesi pada saat itu.

Masa itu adalah masa dimana Lesi masih naif. Ia sedikit yakin dirinya bisa menjadi dokter tapi ketika seiring berjalannya waktu di SMA, Biologi masuk kategori pelajaran yang dibencinya. Padahal waktu SMP, nilai Biologi Lesi sangat stabil bahkan tergolong bagus tapi ketika di SMA ia merasa sedang belajar bahasa alien. Hal itu membuat Lesi sadar bahwa menjadi dokter bukanlah hal yang mudah apalagi ketika seminar yang diadakan di sekolah menjelaskan jurusan kedokteran, melihat angka yang ditunjukan di papan tulis membuat Lesi ingin pingsan dan Lesi yakin orang tuanya tidak akan mempunyai dana untuk membiayai itu semua.

Lesi membalikkan posisi tidurnya menjadi telentang, tangannya sebagai bantalan di belakang kepala. Lesi menatap langit - langit yang gelap pasalnya hari sudah memasuki malam tapi Lesi tidak ada niatan untuk menyalakan lampu dan lebih memilih membiarkan cahaya alami dari bulan untuk menyinari kamarnya walau memang masih tergolong gelap.

Saat dikasih pertanyaan seperti itu, Lesi masih merasa bodo amat dengan alasan masih kelas 10. Tapi sekarang ketika dihadapkan pertanyaan yang sama, tentu Lesi tidak bisa bersikap tidak peduli lagi karena sekarang ia sudah kelas 12. Arghhh !!

Lesi mengacak rambutnya dengan frustasi kemudian menghelas napas untuk sekian kalinya. Lesi memejamkan matanya berharap rasa kantuk menyerangnya. Lesi berharap saat ia bangun nanti jawaban akan datang di kepalanya. Semoga saja.

" Lesi!!! Makan dan sholat dulu !! "

Lesi langsung membuka matanya dan segera beranjak dari kasur. Rencana  tidur tadi untuk saat ini dibatalkan.

Mencari MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang