Ch. 4 Mimpi Lesi

3 2 0
                                    

" Lesi ? " Suara familiar tapi juga tak familiar itu memasuki gendang telinga Lesi, ia pun membalikkan badan mencari sumber suara. Matanya terbuka lebar saat melihat Rika sedang tersenyum sambil melambaikan tangan.

Rika berjalan menghampiri Lesi setelah berpamitan dengan beberapa wanita yang jelas lebih tua dari mereka berdua. " Kau juga ikut seminar ini rupanya " Lesi menggenggam erat handphone yang ada di tangannya, saat ini ia merasa canggung karena mereka memang tidak sedekat itu bahkan cuman bicara kalau ada tugas kelompok walaupun mereka duduk sebangku dari masuk kelas 12 sampai saat ini dan... Oh! Tolong jangan ingatkan Lesi tentang betapa tidak sopannya dia beberapa bulan yang lalu.

Lesi tersenyum canggung sambil mengangguk pelan."Aku tidak tahu kau sependiam ini. Maksudku, perasaan kau termasuk jenis orang ekstrovert di kelas. Bukankah aku yang seharusnya pendiam ?". Lesi mengerjapkan matanya beberapa kali masih berusaha memahami perkataan Rika. Rika memang tergolong anak pendiam di kelas bahkan temannya bisa dihitung dengan jari, itulah salah satu alasan Lesi tidak bisa dekat dengan Rika.

Sebelum Lesi membuka suara, Rika sudah mendahuluinya dengan tertawa pelan. "Hahaha.., aku bercanda. Maafkan aku, kita memang tidak sedekat itu tapi aku begitu senang begitu melihat teman sekelasku ada di sini". Rika tersenyum dengan kilatan sedih di matanya membuat Lesi sedikit merasa kasihan.

"Bukan gitu. Cuman canggung aja apalagi aku pernah ngomong kasar kaya gitu". Rika kembali tertawa setelah mendengar ungkapan Lesi membuat Lesi menunduk malu. " Tapi kan 3 hari setelahnya kau sudah meminta maaf dan juga sepertinya sekarang aku sudah mengerti kenapa kamu berbicara seperti itu "

Lesi membuka mulutnya bermaksud menanyakan apa maksud dari ucapan Rika, tapi lagi-lagi Rika mendahuluinya dengan membuka suara " Lebih baik kita duduk dulu karena sepertinya obrolan kita akan panjang ", tawar Rika sambil menunjuk sebuah kursi panjang yang berada di taman depan bangunan, tempat berlangsungnya seminar tadi.

Lesi mengangguk dan mengikuti Rika yang berjalan di depannya menuju kursi yang tadi disebutkan. Kursi  tersebut cukup panjang, muat hingga 5 orang dewasa dan menghadap ke arah bangunan seminar. Lesi mengikuti gerakan Rika yang duduk di kursi tersebut dengan jarak yang cukup membuat kedua orang itu tidak berjauhan maupun tidak berdekatan.

"Apa maksudnya tadi ?", tanya Lesi setelah selang beberapa menit, memecahkan keheningan yang tercipta di sana. Rika tersenyum tipis sambil memerhatikan orang-orang yang keluar dari gedung seminar di depannya. " Kau tahu orang tadi ? Kak Radensyiah Putra. Dia pernah jadi motivator di Gedung Merdeka. Iya benar. Gedung yang besar itu. Kau pasti bertanya-tanya bagaimana bisa Kak Raden sampai di gedung kecil ini? Kau pasti sadar susunan acara seminar ini tidak seperti umumnya. Harusnya ada sesi tanya jawab, tidak hanya motivator berbicara yang hanya berlangsung 2 jam. Tapi sih Kak Raden biasanya juga akan mengadakan sesi tambahan di luar yang tidak dipungut biaya bagi yang masih kebingungan"

"Dulu, Kak Raden pernah diundang untuk menjadi motivator di salah satu acara seminar yang diadakan di Gedung Merdeka tetapi karena pernyataan Kak Raden sewaktu seminar menyinggung pihak mereka, mereka mengusir Kak Raden. Beberapa pihak yang lainnya pun ikut sehingga cuman tempat kecil ini yang mau menampung Kak Raden. Meskipun begitu, masih banyak orang yang mengagumi Kak Raden bahkan sampai mendengarkan seminarnya ke sini". Rika menoleh ke arah Lesi dan tersenyum memamerkan gigi gingsulnya. " Termasuk aku "

"Kak Raden begitu hebat. Aku pertama kali melihat seminarnya di Gedung Merdeka itu tapi pernyataannya waktu itu benar-benar menampar diriku. Waktu itu Kak Raden memang masih berbicara seadanya dan memang bisa memunculkan konflik dari berbagai pihak, tapi pasti Kak Raden mengerti bahwa itu salah jadi dia mencoba memperbaiki diri. Aku benar-benar bisa melihat perkembangannya di depan mataku sendiri dan aku merasa hal itu benar-benar manusiawi"

Mencari MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang