Bulan sudah mendekati akhir tahun dan Lesi semakin dibuat cemas akan hal itu pasalnya ia belum menemukan jurusan yang ia mau apalagi sebentar lagi SNMPTN dan SBMPTN mau dibuka.
Lesi menghela napas. Sudah berbulan-bulan sejak ia memikirkan hal ini tapi ketika ia mencari lebih jauh tentang jurusan kampus malah dibuat semakin bingung. Ia bahkan latihan soal-soal yang bahkan Lesi tidak tahu untuk apa, mungkin untuk memancing ketertarikannya akan suatu mata pelajaran tapi sayangnya hasilnya nihil. Lesi selama ini benar-benar merasa hampa dan akhirnya ia melarikan diri dengan bermain handphone.
Lesi mendengus ketika mengingat percakapan dengan kedua sahabat karibnya waktu itu.
" kalian mau ambil jurusan apa nanti ? ", ucap Lesi dengan mulut penuh snack yang ia ambil dari chiki milik Mika.
Kedua temannya terdiam beberapa saat sebelum menatap Lesi dengan heran.
" Tiba-tiba sekali. Ada apa ? " tanya Kela sambil menyeruput minuman jus yang ada dihadapannya.
" Apanya yang tiba-tiba ?!! Kita sudah kelas 12 loh. Terakhir kali Bu Anggung nanya, kalian bilang jadi dokter. Apa-apaan tuh ?!!! " Lesi membentak dengan kesal atas tangggapan temannya. Lesi benar-benar merasa heran dengan mereka, setiap hari mereka terlihat santai-santai saja. Lesi bahkan berani bersumpah kalau mereka tidak menyentuh buku sama sekali di luar sekolah.
" Tenanglah. Waktu itu kan cuman buat jawab pertanyaan Bu Anggung. Kita kan gak kayak kamu yang senang denger ocehan Bu Anggung ". Mika nyengir ketika melihat Lesi menatapnya dengan tajam
" Aku beneran mau jadi dokter kok ", ucap Kela dengan tenang membuat Lesi dan Mika menatapnya dengan tak percaya " Apa-apaan tatapan kalian itu?"
" Serius ? " , tanya Lesi yang masih tidak percaya. Kela hanya mengangguk sebagai respon.
" Kau pikirkan lagi deh Kel. Dokter kan biayanya mahal terus kan susah banget masuk ke sananyaaa !! ", sahut Mika dengan dramatis sambil tangan di angkat-angkat membuat tatapan aneh tertuju kepada Mika yang heboh di tengah-tengah kantin.
Lesi dan Kela merasa malu mempunyai teman seperti Mika. Mungkin kedepannya jika di tempat umum, mereka akan pura-pura tak kenal Mika.
Kela menghela napas sebelum menjawab pasalnya ia tahu akan banyak orang yang skeptis akan pilihannya tapi ia sudah merasa yakin terhadap pilihannya meski butuh beberapa tahun untuk meraih mimpinya itu. " Benar kok. Memang sih, nilai Biologi aku tergolong kecil tapi bukan berarti aku belum keterima kan. Aku juga udah bilang ke mama sama papa dan mereka setuju dengan pilihanku "
Jawaban Kela membuat Lesi dan Mika menganga lebar. Kela terkekeh melihat tatapan yang mereka berikan seakan-akan Kela sedang kesurupan .
" Tutup mulut kalian, tadi aku lihat ada lalat di sekitar sini ". Lesi dan Mika buru-buru menutup mulutnya dan menatap tajam Kela yang sekarang tertawa keras.
" Tapi bener-bener deh. Aku pikir pas kamu jawab pertanyaan Bu Anggung, 'dokter' . Itu cuman bualan ". Mika mengangguk, setuju atas ucapan Lesi. Kela sedikit tersenyum sebelum menghela napas.
" Aku dari dulu suka dengan dunia kesehatan. Kalian tahu kan Bu Desy, tetanggaku ? Waktu kecil, asma Ibu pernah kambuh dengan parah pas kita pindahan ke situ. Untungnya, Bu Desy yang saat itu sedang membantu keluargaku membereskan rumah langsung dengan sigap memberikan bantuan ke ibuku". Kela menutup matanya, mengenang kenangan saat itu dengan senyuman tipis menghiasi wajahnya.
" Aku kagum saat Bu Desy membantu Ibuku waktu itu. Pada saat itulah aku memutuskan untuk menjadi Dokter. Mungkin sewaktu itu masih kekaguman anak kecil tapi pas pelajaran Biologi aku benar-benar tertarik walau gak pernah dapet nilai bagus sih " Kela berkata sambil tertawa pelan diakhir kalimatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencari Mimpi
Cerita PendekLesi kebingungan ketika dihadapkan oleh pertanyaan yang dilontarkan gurunya itu. Tidak boleh asal menjawab tapi Lesi masih belum mempunyai jawaban atas pertanyaan itu. Maka, inilah cerita Lesi yang sedang mencari jawaban itu. . . . . Karya pertama...