Seoang gadis yang berambut dan bermata coklat itu memandang langit penuh suka cita, tersenyum ramah dengan rambutnya yang digoyang kesana kemari oleh angin, menyipitkan mata karena silaunya sinar matahari, tak merasa panas, udaranya sangat sejuk.
Iriyama Yumeha, gadis 16 tahun yang cukup pemalu, berambut sepinggang yang dikepang sebagian rambutnya dan berwarna coklat, mata yang juga berwarna coklat indah dipandang, tinggal di Tokyo, tetapi kali ini sedang berlibur ke rumah sang Nenek di desa---Sakurayama, kira-kira 3 jam naik kereta dari Tokyo. Desa yang indah dengan bentang alamnya yang luas, hutan yang masih terpelihara, sungai yang dasarnya masih terlihat, kerbau dan sapi yang melewati jalan warga desa, rumah yang berjarak berjauhan tetapi punya solidaritas yang luar biasa.
Yumeha masih tersenyum melihat indanya desa Sakurayama ini, sesekali memiringkan kepalanya kekiri dan kanan.
"Yumeha~!" panggil Samaya-san, Ibunya.
"Iya, Bu?" tanya Yumeha, ia berdiri dari duduknya dan masuk kedalam rumah untuk menghampiri Ibunya. "Ada apa?" tanyanya kemudian.
"Nanti malam Ibu, Ayah, Kakek dan Nenek ingin ke Kuil, Yumeha ikut?" Jawab Samaya-san sekaligus bertanya pada Yumeha lagi, ia sedang memasak untuk makan malam nanti.
Yumeha mengangguk pelan, "Baiklah.. Aku ikut." jawabnya seraya tersenyum, "Oh, ada yang bisa kubantu?" tanyanya pada Samaya-san.
"Ah, iya, Yumeha tolong iris bawang ini, ya." jawab Samaya-san memberikan semangkuk berisi bawang yang akan diiris Yumeha.
"Baiklah!" kata Yumeha, lalu memulai pekerjaannya.
- c r e s c e n t L O V E -
"Yumeha! Ayo cepat!" panggil Yaito-san, Ayah Yumeha.
"Iya, Yah! Sebentar lagi!" jawab Yumeha dari dalam kamarnya, sekarang ia sedang mencari buku kecil kesayangannya yang sering ia bawa kemana-mana.
"Yumeha kami duluan ya~? Kuil-nya dekat, kok! Lagipula kan sudah Ibu beritahu jalannya! Oke ?" seru Samaya-san dari luar.
Yumeha menggaruk-garuk kepalanya, terlihat berfikir sebentar, "Baiklah Bu!" balasnya dengan suara yang keras.
Lalu kedua orang tuanya dan Nenek Kakeknya pun meninggalkannya untuk pergi duluan ke Kuil.
Yumeha masih mencari buku kecilnya, "Sepertinya kutaruh disini..." gumamnya, ia mengorek-ngorek tasnya sekali lagi.
"Ah! Ini dia~!" serunya senang, ternyata ia kurang teliti mencari buku kecil itu, buku kecil itu memang berada di tasnya. Lalu ia berlari keluar rumah, menyusul ke Kuil.
Seketika ia tak tahu arah, bingung mau kemana, padahal Ibunya sudah memberitahu jalan ke Kuil. "E-eh.. Aduduh.." gumamnya, ia menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal itu. Lalu ia diam ditempat, berfikir, 'Kan kata Ibu tadi dari rumah belok kanan.. Lalu lurus terus pertigaan kedua belok kiri.. Benar kok..' batinnya, lalu seketika ia teringat sesuatu. "P-pertigaan kedua?" ia baru ingat, ia belok kiri dipertigaan pertama. "Huuh bagaimana ini.." gerutunya, lalu matanya melirik keatas, "Oh, bulan sabit---KYAAA!!"
Yumeha terkejut bukan main melihat seseorang tiba-tiba ada di hadapannya. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya, sambil terus berteriak, "Kembalilah ke alam baka!! Ampuni aku jika aku mengganggumu!!"
"Halo?" sapa pria itu memiringkan kepalanya, ia melambaikan tangannya didepan wajah Yumeha.
Yumeha terdiam, ia membuka matanya dengan hati-hati. "A-ah.." katanya, rasa takutnya mulai hilang, ternyata hanya ada seorang pria berkacamata yang lebih tinggi darinya di hadapannya.
"Halo?" sapanya lagi.
"A-ah.. Ha-halo.. juga.. " jawab Yumeha tergugup, 'Ku-kukira dia hantu..' batinnya, lalu menghela nafas lega.
YOU ARE READING
Crescent Love
Short StoryYumeha, gadis pendiam yang menemukan kawan di desa neneknya. Namanya Shidau, pria paras tampan juga rupawan, suka bercanda dan sangat ceria, berbeda dengan Yumeha yang begitu pemalu. Sampai mereka jatuh cinta satu sama lain. Tapi, apa berjalan lanca...