1. Vava Helia Anjello

130 19 11
                                    

Hai hai! Sebelum baca jangan lupa vote and coment nya dulu.
Terimakasih:)

HAPPY READING✨

***

Kring ...!

Terdengar suara bel berbunyi, pertanda jam istirahat tiba.

Terlihat dua orang bersiap-siap menuju kantin, sebelum itu mereka membereskan alat tulis mereka ke dalam tas.

"Eh, Va, hayu ... buruan beresinnya. Ntar kita gak dapat tempat duduk lagi di kantin," kata Chessy.

"Iyaa, ini juga lagi diberesin. Sabar dong, Ches, kamu aja belum selesai," kesal Vava pada Chessy.

"Hehe ... iya juga, ya. Maap deh." Chessy cengengesan.

"Nah 'kan. hadehhh." Vava mencibir. "Sudah. Yuk buruan, aku udah nih."

"Gue juga udah, let's go!"

Vava dan Chessy pun menuju kantin yang ada di lantai satu, sedangkan kelas mereka berada di lantai dua.

"E--eh, tunggu dulu."

"Kenapa lagi?"

"Mari kita lomba lari menuju kantin, siapa yang kalah, dia yang bakal pesanin makanannya, gimana?"

Vava tampak berfikir, setelah beberapa saat gadis itu pun menganggukkan kepalanya, tanda ia setuju.

"Ayok, siapa takut."

"1 ... 2 ... 3, Lari ...!"

***

Setibanya di kantin, mata mereka melotot dikarenakan kantin telah dihuni oleh banyaknya siswa. Parahnya lagi antrian pun panjang.

"Yah, udah padat gimana nih?" tanya Vava.

Chessy tampak berfikir, "Di situ aja kali ya?" ujar Chessy, "mereka udah siap mau pergi."

"Oh, oke."

"Tapi lo yang mesan, ya, 'kan lo yang kalah, haha ...," lanjut Chessy.

"Iya deh, iya, aku yang mesan," ucap Vava.

Chessy pun menempelkan jari-jari tangannya pada bibir merahnya lalu menjauhkan dari bibirnya, ya, seperti kiss bye.

Eh, iya, kenalin perempuan yang pesan makanan tadi, namanya Vava Helia Anjello, panggil aja Vava. Anak satu-satunya di keluarga Anjello. Ramah dan cerewet, cerewet dalam kurung berlaku pada orang terdekatnya. Terkadang kedua orang tuanya dibuat pusing dengan kecerewetannya tersebut, tetapi hal itu tidak membuat kasih sayang mereka hilang.

Ia pintar? Enggak juga.

Bodoh? Sama.

Lah, lalu apa?

Mungkin menengah.

Dan perempuan satu lagi, merupakan sahabat Vava semenjak masuk sekolah, lebih tepatnya saat mereka melakukan mos.

Pada saat itu, mereka dihukum dikarenakan telat datang dan dari situlah persahabatan mereka dimulai.

Namanya Chessy Rahmania, biasa dipanggil Chessy, anak broken home. Meski begitu, kedua orang tuanya masih akur dan ia pun masih mendapatkan kasih sayang seperti biasanya.

Mau kasih tau juga, kalo Chessy lebih pintar dari Vava.

Sering kali, Vava ditinggal pergi oleh Chessy, untuk mengikuti lomba sains di luar kota selama tiga hari.

Saat-saat itu 'lah, tidak ada yang bisa Vava ajak bicara seasik Chessy, itu membosankan. Namun, tak apa. Vava selalu mendukung dan mendoakan Chessy agar menang.

Dan satu lagi, sekarang mereka duduk di bangku kelas XI IPA tiga.

Oke, segitu aja dulu perkenalan buat mereka berdua.

Back to topic!

Kurang lebih sepuluh menit menunggu, pesanan mereka akhirnya datang.

"Ini Neng, pesanannya. Nasi goreng 1, bakso 1, teh esnya 2 'kan?" tanya mbok Atik memastikan.

Mereka menjawab bersamaan. "Iya, Mbok. Makasih, ya!"

"Iya, Neng."

"Va?" panggil Chessy setelah Mbok Atik berlalu.

"Apa? Mau ngegosip pasti?" tebak Vava, "nanti aja, habisin dulu makanannya, baru deh ngegosip sepuasnya."

"Ntar keselek 'kan gak lucu haha ..., " lanjut Vava.

"Haha ... gayaan lo, padahal juga pengen ngegosip 'kan?"

"Tau aja kamu, Ches hehe ... tapi makan dulu deh aku udah lapar nih."

Kruk ...! Kruk ...!

"Tuh 'kan bunyi, Ches!" ujar Vava dengan hebohnya.

Chessy terkekeh, "Haha ... Iya-iya."

***

Setelah makan dan kenyang, kini kedua gadis itu kembali kerung kelas.

"Akhirnya ... cacing-cacing di perutku udah tenang," ungkap Vava.

"Hooh, perut gue aja udah buncit nih." Chessy menunjukkan perutnya yang telah membuncit.

Vava tertawa sambil mengangguk kan kepalanya, membenarkan apa yang Chessy bilang.

"Eh, tadi kamu mau ngegosip apa?" lanjut Vava dengan bertanya.

"Oh, iya, lo masi ingat gak? Sama cowok yang kemaren digangguin sama anak-anak famous di sekolah kita itu?" Chessy bertanya.

"Yang mana?" Kening Vava tampak berkerut, ia benar-benar tak mengingatnya.

"Iih ... yang itu lho!" geram Chessy.

Vava pun mencoba mengingat kembali, "Oh, iya! aku ingat!" akhirnya.

"Nah, bagus!" sahut Chessy.

"Terus dia kenapa?"

"Apa dia diganggu lagi?"

"Di mana?"

"Kapan?"

Vava terus saja menanyakan tentang cowok tersebut tanpa henti.

Pletak!

Sebuah jitakan mendarat di kening mulus Vava.

"Akhhg!" jerit Vava, "sakit tau!"

"Lagian lo, bisa gak sih ... , kalo nanya itu satu-satu!" kesal Chessy.

"Maaf deh."

Cukup lama mereka terdiam, Vava pun mengungkapkan kegondokan yang ada dalam hatinya "Aku khawatir sama dia, kesel sama orang yang selalu mem-bully dia. Aku gak suka! Padahal dia gak ada salah, Ches!"

"Iya ... aku tau. Aku juga gitu, tapi kita gak bisa apa-apa, mereka banyak. Kita bakal kalah, Va!" terang Chessy.

Vava menghela napas kasar.

***

To be continued

Maap kalo ceritanya gabagus:(

Kalo ada typo atau apalah gitu kasih tau yaa:)

See you❤️

Vava Dan Agam [VAGAM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang