Ada yang pernah jadi OSIS?atau lebih tepatnya OSIS galak? Kenalin aku Mery Andini MANTAN OSIS galak. Entah kenapa sebutan itu bisa jadi lebel untuk diriku. Sebenarnya, menurut aku itu aku nggak galak sih, cuma tegas ditambah kalo ngomong pakai nada tinggi, heheh. Sekilas aku menceritakana tentang jabatan aku dulu di OSIS. Aku menjabat sebagai seksi organisasi dan politik, masa baktinya sekitar tahun 2018-an lah kira-kira. Itu pertama kalinya aku menyandang nama OSIS, dan untuk pertama kalinya juga aku menjadi kakak pembina MPLS. Aku ditugaskan untuk mangajar MPLS di salah satu kelas, bersama dengan dua orang temanku, Dede dan Elwina. Dan yang bikin aku jengkel adalah kenapa aku harus ditempatkan di kelas yang anaknya rada badung?? Hedeeh.. Emosiku di kelas selalu diuji oleh anak-anak yang bikin naik pitam. Banyak hal, mulai dari ngajak ribut temennya di kelas, gak bisa diem, dikasih tugas nggak buruan dikerjakan. Aduh pokoknya capek deh. Semua hal itu akan aku ceritain disini..
Pagi hari sekitar pukul 7 diadakan upacara pembukaan masa MPLS untuk siswa baru. Seluruh siswa baru, anggota OSIS, dan bapak ibu guru mengikuti upacara ini. Aku dan anggota OSIS lainnya berbagi tugas untuk berjaga di belakang barisan siswa baru itu. Sekitar pukul 8 pagi upacara selesai. Para siswa di persilahkan masuk kedalam kelas sementara yang sudah ditentukan pada hari sebelum MPLS dimulai. Aku dan para anggota OSIS mengadakan rapat sejenak sembari menetukan kelas mana yang akan kita ajar. Setelah semua anggota tahu dimana kelas MPLS, dengan segera meluncur ke tempat masing-masing. Aku dan ketiga orang temanku memasukki ruang MPLS yang penuh siswa baru dengan masih menggunakan seragam putih merahnya.
Hal pertama yang dilakukan sebelum memulai kegiatan MPLS adalah, berdoa memohon kelancaran pada Tuhan. Selanjutnya absen untuk siswa baru. Berdoa sudah, absen sudah, lalu menentukan struktur kelas sementara. Dari ketua, wakil hingga sekertaris. Saat di tengah-tengah pemilihan struktur kelas, ada salah satu sisiwa diantar temanku OSIS memasukki kelasku,
"permisi, ini siswa tambahan soalnya kelas lain sudah penuh" ucap temanku itu. Aku dan kedua temanku menerima kehadiran siswa itu. Aku memanggil siswa tambahan itu kedepan.
"nama kamu siapa?" ku tanya namanya untuk ku tulis di daftar absen.
"Adam Juliari Pangestu.." jawabnya. Dari pengamatanku, siswa ini rada badung, pakaiannya kurang rapi, rambut acak-acakan dan tas yang di tanggalkan bahu sebelah. Wajahnya memang tampak sedikit aneh, setengah kaya orang ngantuk setengah lagi kaya orang mabuk.
"dari sekolah mana??" tanyaku lagi.
"SD Permata Indah.." jawab Adam, lalu aku memperbolehkannya duduk di tempatnya. Kegiatan selanjutnya yaitu anggota OSIS membacakan peraturan di sekolah ini. Dede membaca kertas yang berisikan peraturan,
" oke di sekolah kalian yang baru ini kalian akan di perintahkan untuk mengikuti peraturan yang berlaku diantaranya sbb:
1. Siswa diharuskan memamakai seragam dengan rapi dan sopan.
2. Mengikuti pelajaran dengan baik
3. Tidak datang terlambat... Bla bla blaa
Itu tadi adalah peraturan dasar di sini, peraturan tambahan selanjutnya akan dibacakan oleh Kak Elwina atau Kak Wina.." tutur Dede. Ku perhatikan saat Dede membacakan peraturan tadi banyak siswa perempuan tidak fokus dengan peraturan yang di bacakan, tapi malah terpesona dengan kharisma Dede. Perlu diketahui bahwa Dede adalah salah satu anggota OSIS yang paling keren dan kece tapi sayang orangnya agak ngeselin gitu. Tapi kalo udah marah, semuanya bakal angkat tangan.
"itu yang cewek-cewek di belakang ngomongin apa?? Simak peraturan yang di bacakan bukan orang yang membaca!!" teriakku. Hal yang ku lakukan itu membuat mereka menunduk malu dan saling menyalahkan satu sama lain. Aku dan Wina menatap hal itu merasa lucu.
Setelah dipersilahkan membaca peraturan Wina membacakan peraturan selanjutnya,
"Peraturan selanjutnya atau peraturan tambahannya yaitu, aturan untuk laki-laki sbb:
1. Dilarang menggunakan tindik, anting dan sejenisnya
2. Memotong rambut sesuai aturan, yaitu potongan cepak
3. Seragam bagian tidak boleh dikeluarkan.... Bla bla blaa
Peraturan laki-laki sudah saya bacakan dan untuk peraturan perempuan akan dibacakan oleh Kak Mery.." tukas Wina. Aku menerima kertas peraturan yang diberikan Wina kepadaku lalu membacakan dengan lantang,
"Peraturan untuk perempuan yaitu:
1. Dilarang menggunakan perhiasan berlebihan
2. Dilarang mewarnai/menyemir rambut selain hitam
3. Dilarang bersolek berlebihan di sekolah,
4. Tidak merubah seragam menjadi press body.. Dan bla blaa blaaa".
"mas itu yang duduk pojok belakang sendiri jangan ganggu temennya.." ucap Wina dengan halus. Wina terpaksa menegur siswa itu karena siswa perempuan di depannya merasa terganggu. Siswa cowok itu tak menggubris peringatan Wina.
Dengan keras Wina membentak siswa cowok itu untuk bertukar tempat duduk dengan siswa lain,
"Kamu yang yang duduk di pojok, berdiri pindah kesana.." titah Wina.
Dihari berikutnya, siswa baru deberi tugas, yaitu menulis lagu Mars SMP. Wina menuliskan mars di papan tulis lalu, Dede pergi duduk di bagian belakang kelas entah bermain Hp. Aku masih senasntiasa duduk di meja tempat guru berada biasanya. Ku amati setiap garak-gaerik siswa yang berjumlah 32 orang itu. Ada 2 orang siswa yang duduk di bangku no 3 dari depan berbicara sendiri dan tidak mencatat tulisan yang ada di papan tulis,
"hey kamu berdua.. Yang lagi ngobrol..." tegurku dengan lantang. Mereka berdua menatap ke arahku
"sudah selesaikah nulisnya?? Kalau sudah sini bawa ke saya??" ucapku dengan nada tinggi.
"belum kak" sahut mereka berdua.
"makannya buruan jangan ngobrol aja!!" bentakku lalu mereka segera mencatat.
Di tengah keheningan siswa yang sibuk mencatat, timbullah ulah dari salah seorang siswa yang mengajak ribut temannya,
"lo mau ngajak ribut haah.." ucap salah satu siswa. Aku yang benci akan keributan langsung berdiri dari tempat duduk dan menarik mereka ke depan kelas.
"maksud kalian apa pake mau ribut segala?? Mau jadi jagoan?? Iyaaa??" tanyaku dengan kasar.
"..." hening. Tak keluar sepatah kata dari mereka berdua.
"JAWAAAAABB.." teriakku membuat satu kelas tertuju kearahku. Mereka berdua menggelengkan kepala.
"kalau sampai kalian berbuat yang tak semestinya, saya tidak segan-segan mengeluarkan kalian dari kelas ini.. PAHAAMM!!" tukasku.
"paham kak.." jawab mereka berdua kompak. Aku memperbolehkan mereka berdua kembali duduk.
"dengar, kalian masih belum jadi siswa yang secara resmi dan sah, kalian bisa saja dikeluarkan jika saat masa MPLS kalian berbuat yang menyimpang. Ingat pesan saya jangan pernah berbuat onar dan bermain-main disaat pelajaran." aku berbicara dengan tegas kearah semua siswa. Wina dan Dede melanjutkan aktivitas mereka sendiri, nampak seperti sudah biasa aku marah-marah di dalam kelas. Ketika aku akan kembali duduk,
"Kak Mery, jangan marah-marah kenapa kak, jadi OSIS kok galak banget.." aku tertegun ketika salah seorang siswa cowok mengungkapkan hal seperti itu. Aku menyimpan rasa malu diam-diam lalu memandang siswa itu sekilas dan beranjak duduk.
Mulai saat itulah aku dipanggil 'OSIS galak' oleh adek kelasku. Dan terus melekat sampai siswa di atas angkatanku pun menjuluki diriku sebagai 'OSIS galak'. Hingga suatu saat saat aku lalu di sekumpulan cowok kakel mereka seperti mencibirku dengan sebutan OSIS galak.

KAMU SEDANG MEMBACA
KUMPULAN CERPEN
Cerita PendekCerpen yang dibuat sebagain diambil dari kisah nyata. Baik dari teman penulis atau dari khayalan penulis sendiri