AKU INGIN AYAH BANGGA

7 1 0
                                    

"Setiap dari kita pasti ingin membuat orang tua bangga terhadap apa yang bisa kita raih. Tapi pernahkan diantara kita pernah merasakan bahwa orang tua kita tidak pernah bangga dengan prestasi kita? Itulah yang aku rasakan"

~Nora Andani Putri Siregar~

         Nora Andani Putri Siregar. Saat itu usianya menginjak 25 tahun, anak semata wayang dari Halim Andi Siregar dan Yuliani Novita. Ia baru saja lulus kuliah di daerahnya. Sedari kecil ia ingin bercita-cita menjadi seorang guru bahasa Inggris, maka dari itu ia memilih jurusan sastra bahasa Inggris saat memasuki jenjang perkuliahan. Keinginannya yang kuat pupus seketika saat ayahnya meminta Nora menjadi seorang Pramugari. Sebenarnya memang cocok jika Nora menjadi pramugari karena tubuhnya yang ideal dan tinggi yang semampai, penampilannya pun juga menarik. Perlu diketahui jika ayah Nora selalu berkemauan keras dan harus di turuti kemauan tertentunya. Ibu Nora cuma bisa memberi dukungan kepada Nora.

"Rara itu pernah bilang sama saya 'mah, aku itu nggak pengen jadi pramugari' tapi saya nggak bisa apa-apa. Saya mendukung cita-cita Rara tapi kalau sudah berurusan dengan ayahnya saya angkat tangan" ucap tante Yuli padaku. Diketahui bahwa panggilan Nora dirumah adalah Rara. Sorot mata tante Yuli berkaca-kaca saat bercerita denganku kala sore itu.

            Rara selalu memberi ayahnya pertimbangan agar Rara tak diwajibkan menjadi pramugari. Itu semua selalu sia-sia, ayahnya tetap bersikukuh dengan keingianannya. Ayah Rara banyak mencari tahu dari teman-teman kerjanya yang memiliki anak seorang pramugari. Rara bersikap acuh jika ayahnya berbicara tentang dunia penerbangan lalu ujung-ujungnya ke masalah pramugari lagi. Apa pun Rara lakukan agar kedua orang tuanya bangga terutama ayahnya. Prestasi apa saja pernah ia torehkan sejak dibangku kelas 9 SMP. Ia lulus Ujian Nasional perikat 1 tingkat Kota saat SMA. Sayang, wisuda SMA tak dihadiri Rara karena ia merasa belum bisa membuat ayahnya Bangga. Saat kelulusan kuliah Rara mendapat IP 4.0 meraih gelar Cumloud. Tuan Halim, ayah Rara bersikap biasa saja menerima berita jika anaknya berprestasi.

"Rara waktu itu sempat marah,'ayah, Rara harus apa sih biar ayah bangga? Ap aku masih kurang berprestasi yah??' dia bilang gitu. Saya jawab ' ayah baru bangga jika kamu jadi pramugari'. Setelah mendengar kata-kata itu Rara langsung pergi ke kamarnya dan menutup pintunya kuat-kuat, tapi saat itu saya tetep santai aja" ungkap Om Halim saat aku tanya.

                Tak pernah berhenti ia belajar dan mencari tahu tentang ilmu pengetahuan. Tak hanya itu, Rara sebelumnya pernah menjadi asisten dosen dikampusnya. Pekerjaan sebagai guru les privat bahasa Inggris pernah dilakoni oleh Rara. Berjalan 1 semester pekerjaan Rara sebagai guru privat, terpaksa berhenti. Ayah Rara memaksa berhenti karena ia tak setuju, dan lebih baik jika Rara banyak bergaul dan cari tahu tentang pramugari. Lama-lama Rara sering mengurung diri dikamar, semua hal ia lakukan di kamarnya. Ia malas jika berurusan pramugari dengan ayahnya yang pemaksa. Ia tak keluar kamar jika tidak perlu. Ayahnya menganggap itu hal biasa, sibuk mungkin. Begitulan anggapan Tuan Halim. 

              Suatu hari, pukul 8 pagi Rara sudah rapi menggunakan atasan putih dan bawahan hitam dan rambut diikat rapi. Ia menyalami ibunya dan berkata,

"....'mah aku berangat, doa'in aku lulusnya..' Rara bilang gitu. Keliatan dari wajahnya itu ceria banget.." tutur tante Yuli, menirukan ucapan putrinya. Saat akan keluar menuju teras, ayah Rara memanggil

"Kamu mau kemana?"

"mau tes PNS" jawab Rara dengan wajah malas saat itu.

"gak usah, gak perlu. Di rumah aja!" bentak ayah Rara   "kok gak usah sih, Yah.. Ini penting buat kerjaan aku nanti.." perdebatan antara Ayah dan Anak yang saling bersikukuh dengan pendirian masing-masing. Akhirnya perdebatan dimenangkan oleh ayah lagi. Rara lagi-lagi kesal dan tak ingin bicara dengan ayahnya sementara waktu. Rara waktu itu memang sudah mendaftar CPNS dan lanjut akan tes namun gara-gara sang ayah ia gagal menjadi PNS.

              1 bulan kemudian, Rara didaftarkan dan diantar ayahnya sebagai seorang pramugari di salah satu maskapai penerbangan. Hampir 2 minggu menunggu, Rara dinyatakan diterima seleksi tahap pertama, ia akan mengikuti tes 3 hari berikutnya. Rara sebenarnya tidak mau dan tidak ada niatan sedikit saja untuk menjadi pramugari, tapi ia terus didorong oleh ayahnya. Tes yang dilakukan Rara bisa dibilang ia lakukan dengan asal-asalan. Tiada yang menyangka, Rara lulus tes yang dijadwalkan. Mulai dari tes pertama dan seterusnya. Dua bulan selanjutnya, tepatnya di bulan Mei Rara melakukan FAT(Flight Attendant Trainning) selama 5-6 bulan lamanya. Hingga akhirnya secara resmi ia menjadi seorang pramugari. Teman-temannya banyak yang memuji dan memberi selamat kepada Rara dan tak terkecuali kepada keluarganya.

"tetangga-teteangga sekitar itu banyak yang ngucapin selamat karena Rara berhasil jadi pramugari.." ucap tante Yuli sambil menitikkan air mata.

Rara biasa saja menaggapi hal itu, ia masih berharap jika masih ada kesempatan ia akan daftar PNS dan menjadi guru lagi.

               Setelah bekerja di penerbangan hampir 2 tahun, gaji yang Rara peroleh saat menggiurkan. Tapi tak pernah sepeser saja gaji hasil kerja pramugarinya itu ia pakai. Semuanya ia berikan kepada ayahnya. Rara meminta ayahnya untuk menyimpan uang itu. Kala usianya menginjak 25 tahun ia sempat pulang ke rumah sebentar dan berangkat kerja kembali. Ulang tahunnya yang ke-25 dirayakan kecil-kecilan oleh ayah dan ibunya. Rara hanya bersikap 'pura-pura bahagia' berbanding terbalik dengan hatinya. Satu minggu ia pulang ke rumah, lalu tugas memanggilnya kembali. Mau tak mau ia harus pergi. Ia menuliskan sepucuk surat teruntuk kedua ortu, khususnya ayah, yang ia letakkan di meja makan sesaat sebelum pergi kerja,

"Ayah, Mama.. Rara minta maaf jika nggak bisa lama-lama dirumah karena Rara sibuk kerja. Rara minta doa dari ayah sama mama biar lancar kerjanya. Rara selalu doa buat ayah sama Mama biar dilindungi oleh Allah. Buat ayah, semoga dengan masukknya Rara di pramugari bisa buat ayah bangga. Rara pengen Ayah Bangga. Terimakasih yang bisa Rara ucapin ke ayah sama mama. Maaf Rara berangkat pagi-pagi dan nggak pamit secara langsung ke ayah dan mama..

Be loved your Daughter

Nora Andani P. Siregar

Demikian isi surat yang ditulis Rara. Ucapan pamit pergi kerja, berubah menjadi pergi untuk selama-lamanya. Rara pergi selamanya meninggalkan ayah dan ibunya beserta dunia dan seisinya. 

             Tersiar kabar sore hari di berita bahwa pesawat  yang ditumpangi Rara terjatuh setelah beberapa waktu hilang kontak di pegunungan suatu negara. Jenazah Rara di temukan 1 hari setelah kejadian. Tuan Halim dan Nyonya Yuli menjemput putrinya yang sudah tak bernyawa di pos mortem polisi. Nyonya Yuli menangis hingga hampir pingsan melihat anak semata wayangnya pulang hanya tinggal jasad tanpa nyawa. Belum lagi dengan tuan Halim ia hampir depresi mendapati anaknya pulang dalam keadaan seperti itu. Ia sempat menyesal dan merutuki dirinya sendiri.

"waktu itu saya merasa hampir gila, menyesal banget sudah memaksakan kehendak diri saya. Sikap saya itulah yang membuat saya sadar bahwa tak baik jika memaksakan kehendak. Dan karena sikap saya itu, membuat nyawa anak saya melayang.." ungkap om Halim terbata-bata sambil mengeluarkan air mata.

                Mulai saat itu lah tuan Halim sadar jika sikapnya pada putrinya itu sebenarnya tidak tepat. Namun apa daya, nasi telah menjadi bubur, kepergian putrinya merupakan hal yang paling ia sesali. Ia tak bisa berbuat apa-apa lagi. Satu hal yang ia ingat dari anaknya.. "Aku Ingin Ayah Bangga".

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 27, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KUMPULAN CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang