[ t i g a ]

23 3 0
                                    

Mendung, cuaca tidak bersahabat yang satu ini membuat Sunwoo benar-benar malas pergi ke sekolah. Tapi ia tidak mau terjebak di dalam rumah seharian penuh hingga jam kerja part time-nya datang.

Ponselnya berdering, suara diseberang sana cukup ramai, "Hei, hei dengarkan aku. Aku terjebak badai di Busan, cuaca sangat tidak bersahabat dan tidak ada transportasi yang mengarah ke Seoul sejak semalam," pemuda diseberang sana mengoceh dengan jelas. Walau terdengar teriakan beberapa orang yang sepertinya menjelaskan bagaimana keadaan di sana.

"Katakan saja apa maumu?"

"Gotcha, bagaimana kau tahu? ah itu tidak penting ... aku hanya ingin bilang, tolong katakan pada bos jika aku belum bisa kembali bekerja hari ini. Jika ia ingin memotong uang gajiku—" Jeda di seberang sana. "Maka tak apa, aku rela," katanya walau sedikit tak ikhlas.

"Aku bisa melakukannya hari ini untukmu, asalkan gajimu hari ini untukku."

Seperti biasanya, kelakuan pemuda bernama Jung Jaehyun itu selalu saja menyusahkannya bahkan di hari pertama mereka bertemu.

"Kau akan membolos lagi?" Bukannya Jaehyun yang meminta, Sunwoo yang mengusulkan. Tapi tetap saja rasa sungkan karena telah membuat Sunwoo membolos terpantri di dalam hati pemuda bermarga Jung tersebut.

"Sudah kubilang berkali kali, sekolah itu hanya formalitas. Dan aku sudah sering membolos karena permintaan seseorang yang paling merepotkan di dunia ini," mendengar jawaban Sunwoo membuat Jaehyun terkekeh.

"Baiklah, kali ini aku akan membawakan makanan dari Busan untukmu. Akan kututup adik manis, cuaca disini sangat buruk," Sunwoo berdeham. "Sebentar, Jaga kesehatanmu, jangan sampai kau terkena hujan ataupun badai. Sampai jumpa dan terima—"

Sunwoo mematikannya, kemudian beberapa menit setelah itu dentingan ponselnya berbunyi. Sudah ia tebak Jaehyun pasti akan mengiriminya pesan singkat pada aplikasi warna kuning mengatakan bagaimana tidak sopannya ia karena menutup telepon sebelum Jaehyun menyelesaikan perkataannya.

Selain menyusahkan, tapi ini adalah alasan yang paling masuk akal jika ia sedang tidak ingin menghadiri kelas di sekolah. Untuk bagaimana bisa Jaehyun sampai di Busan tak lain karena jatah hari liburnya. Seperti Sunwoo yang kerap kali mengumpulkan hari libur dan memilih lembur di hari biasa. Jadi ia dapat menikmati satu minggu di Busan dan sialnya terjebak badai.

Kamar Sunwoo dapat dikatakan cukup jika hanya untuk tinggal satu orang. Tempatnya di loteng rumah dan tidak terpakai, Sunwoo merubahnya menjadi sebuah kamar kecil yang penuh dengan tempelan berbagai macam stiker. Tangganya pun langsung menghadap jalanan, tanpa harus turun ke rumah yang ada di bawahnya. Sunwoo masih dapat dikatakan beruntung, karena ia tidak perlu menghabiskan uang gaji bulanannya untuk menyewa tempat tinggal.

Pemuda bermarga Kim itu belum mengenakan seragamnya. Lantas mencari hoodie hitam yang ia gantung di dinding, tentu saja itu adalah pakaian kesukaannya. Tidak banyak yang ia punya, apalagi soal varian warnanya. Hitam adalah yang terbaik.

Jangan lupakan tas berwarna hitam yang Sunwoo pakai kemanapun ia pergi. Di dalam sana hanya terdapat dompet, satu buku tulis karena ia meninggalkan banyak bukunya di dalam loker, dan baju ganti tentu saja. Satu lagi, payung lipat berwarna kuning yang semalam ia pakai. Sunwoo mengambilnya ketika barang itu tergeletak di depan pintu. Masih cukup lembap karena Sunwoo menutupnya begitu saja setelah memakainya serta menyisakan bekas basah di lantai. Benar-benar kebiasaan yang tidak bagus untuk ditiru.

Pemuda itu mengerang dengan dramatis ketika keluar dari loteng langsung dihujami tetesan air hujan yang membasahi dirinya. Tak lupa Meruntuki diri sendiri yang dengan begitu bodohnya keluar tanpa membuka payung terlebih dahulu.

Bus Number : 13Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang