Sad Wedding

3 1 0
                                    

Djoana berenti sejenak menyadari bahwa dirinya baru saja bertingkah memalukan. Pipinya merona mengingat kecupan memalukan pada lelaki yang baru saja Ia temui.
"Ouwh ! Apa-apaan sih lo Jo ?! Malu-maluin aja ! Tapi gak papa lah kan bentar lagi juga jadi suami gue..." Djoana merutuki dirinya memukul pelan kepalanya menggunakan buku yang Ia bawa kemudian meneruskan langkah menuju mobil.

Tangisan Djoana pecah setelah mendengar penjelasan Kenzo. Batinnya terus mengumpati dirinya atas tindakan bodohnya. Sekarang Djoana tak tahu harus perbuat apa. Reiki yang sesungguhnya telah sah menjadi suaminya. Ingin rasanya menghilang dari bumi dan meninggalkan semuanya. Djoana juga berharap ini hanyalah mimpi dan Ia ingin segera bangun dari mimpi buruk itu.

"Maafin gue Jo... Andai aja gue bisa ungkapin perasaan gue lebih dulu ke lo mungkin gak akan gini kejadiannya...." Kenzo menatap pilu punggung Djoana yang berlalu begitu saja.

Langkah kaki Djoana begitu berat apa lagi saat Ia melihat tenda bernuansa putih berpadu gold menghiasi pelataran rumah sisa acara akad nikah kemaren. Ini kenyataan bukanlah mimpi, Djoana harus mempersiapkan diri menjalani kehidupan rumah tangga dengan seseorang yang tak Ia kenal. Belum lagi fisik suaminya itu jauh dari type, dia harus menerima apapun bentuk fisik suaminya. Djoana harus bertanggung jawab atas apa yang sudah menjadi kewajibannya. Memilih bercerai masih terlalu dini dan itu tindakan bodoh. Nama baik keluarga besar kedua belah pihak akan menjadi taruhannya.

Tiba hari H dimana pesta resepsi pernikahan di gelar. Jajaran rangkaian bunga ucapan selamat memenuhi pelataran gedung. Para tamu undangan riuh silih berganti memasuki aula gedung dengan segala kemewahannya. Suara merdu penyanyi terkenal yang dipandu sepasang pembawa acara pun turut memeriahkan pesta perkawinan malam itu. Tak tanggung-tanggung seluruh pengisi acara baik pembawa acara maupun penyanyi adalah publik figur yang seliweran di layar televisi tampangnya.

Dibalut gaun rancangan disainer kenamaan Djoana tampil sangat memukau bersanding dengan pria di atas pelaminan. Ribuan tamu undangan dari berbagai pulau telah memenuhi aula gedung berbaris mengular sepanjang red karpet mengantri untuk berselaman memberikan do'a dan selamat untuk mempelai.

Kesibukan adegan bersalam-salaman menyelamatkan Djoana mengatur suasana raut wajahnya sehingga masih bisa tersenyum kepada para tamu undangan meskipun hatinya sedang hancur. Walau demikian Reiki sadar bahwa wanita di sampingnya itu merasakan ketidak nyamanan tapi tak tahu alasannya. Sejak dari awal pertemuannya di depan gedung tadi hingga berjalanan beriringan menuju singgasana pelaminan, Reiki tak melihat Djoana tersenyum sekalipun kepadanya. Bahkan Reiki merasa Djoana enggan menatapnya langsung setiap kali pandangan mereka bertemu Djoana langsung berpaling. Reiki berusaha membuang pikiran-pikiran negative agar tak sembarangan menyangka-nyangka.

Bukannya di telepon Djoana sangat antusias bercakap-cakap menceritakan apa saja yang pernah mereka lalui secara bergantian ketika Reiki menelepon sepulangnya dari Singapure tepat pukul 10 malam. Hanya sekali itu mereka berbincang panjang lebar saling mengenal kepribadian masing-masing lewat cerita pengalaman hidup, Hobby, apa yang disuka dan tidak disuka melalui udara. Dari sana Reiki sudah bisa menyimpulkan seperti apa tindak tanduk calon istrinya. Tetapi pada kenyataannya penilaiannya berbeda terlebih ketika Djoana membuang muka serasa menikahi orang asing saja.

Reiki sempat merasakan bahagia tak terhingga ketika gadis yang menarik perhatiannya sejak pertama kali bertemu itu menerima pinangan Reiki. Beberapa kali Reiki menjalin hubungan dengan seorang wanita namun kandas di tengah jalan setelah Reiki mengutarakan niat untuk melamar. Wanita-wanita matre itu langsung ngacir tanpa kabar padahal apapun sepinta mereka di kabulkan Reiki tanpa banyak cencong. Harapannya agar para kekasihnya itu berbalik setia bersedia menjadi pendamping seumur hidupnya.

Perasaan gelisah Reiki terus bergemuruh memikirkan berbagai perspekulasi tentang gadis yang telah sah menjadi istrinya. Penolakan pinangan-pinangan sebelumnya telah membuat Reiki sedikit pesimis mengenai wanita dan itu mempengaruhi penilaiannya terhadap Djoana. Terbesit pikiran negativ bahwa Djoana menyesal telah menerima pinangannya. Tapi apa alasannya ? Bukannya Djoana telah melihat dirinya secara langsung saat di Cafe ? Lalu apa ?

Tepat pukul 00.00 waktu setempat seluruh rangkaian acara telah usai. Sepasang pengantin telah memasuki mobil mewah menuju hotel bintang lima. Hotel itu merupakan salah satu list paket dari WO yang dipercayakan mengatur acara pernikahan mereka. Sepanjang perjalanan menuju hotel bibir Djoana mengatup rapat membuang pandangan ke arah terluar mobil sibuk dengan pikirannya sendiri. Sedangkan Reiki berulang kali menatap Djoana penuh tanda tanya. Reiki tak habis pikir kenapa sikap gadis yang duduk disampingnya saat ini sangat berbeda dengan sikap sewaktu mereka berbincang lewat telepon.

Setibanya di kamar hotel mereka di buat kagum oleh dekorasi kamar hotel itu. Kelopak bunga mawar bertebaran dimana-mana. Aroma vanila menari-nari di dalam rongga hidung dan penerangan berwarna keemasan menambah suasana romantis. Djoana memandangi pantulan bayangannya dari balik kaca berukuran cukup luas di dalam kamar mandi hotel. Kamar hotel sekelas VVIP memang sangat mewah wajar saja harganya selangit.

Tak terasa air mata menitik dari ujung netra Djoana yang kemudian Ia usap menggunakan ketiga jarinya. Djoana belum siap menghadapi malam pertama dengan lelaki berbadan tambun itu. Membayangkan lemak-lemak di perut lelaki itu membuat ngeri dan bergidik geli. Di luar Reiki nampak cemas karena Djoana tak kunjung keluar dari kamar mandi. Khawatir terjadi sesuatu pada istrinya seperti saat hari ijab kabul Djoana jatuh pingsan.

Tok ! Tok ! Tok !

"Kamu baik-baik saja Jo ?" Reiki mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi namun tak ada jawaban. Reiki semakin khawatir berulang-ulang mulutnya menyebut nama Jojo.

"Gue gak papa !" sahutan Djoana teredam oleh suara gemericik air yang sengaja Ia buka agar dikira sedang mandi.

"Gila ya tu cowok gak sabaran banget ! Dasar otak mesum ! Dia pikir gue mau gitu melayani dia di ranjang ?! Jangan mimpi ya ! Awas aja dia berani nyentuh gue !!" Djoana terus saja mengumpat di dalam kamar mandi. Tidak menyangka kalau Reiki bakal secepat itu memintanya untuk melayani. Buktinya baru saja sebentar Djoana berdiam di kamar mandi untuk mengganti gaun pengantin dengan pakaian tidur lelaki gendut itu sudah meneriakinya.

Tak lama berselang Djoana keluar kamar mandi lengkap dengan pakaian tidur berlengan panjang. Djoana sengaja membeli baju tidur itu agar tubuhnya yang mulus tidak dapat dilihat langsung oleh suaminya. Dimana-mana malam pertama para wanita akan mengenakan pakaian super sexy agar menambah gairah sang suami tapi tidak berlaku untuk Djoana. Padahal Reiki telah memberikannya kado berisi Lingerie untuk dikenakan saat malam pertama dan malam-malam selanjutnya.

Harapan Reiki melihat Djoana tersenyum manis menampilkan wajah merona oleh rasa malu dengan mengenakan pakaian sexy yang Ia hadiahkan pupus sejak pertemuan di depan gedung pernikahannya beberapa jam silam. Sejak saat itu Reiki tak berharap banyak karna sadar Djoana tidak merasa nyaman akan kehadirannya. Perasaan penuh tanda tanya masih menggelayuti kepala Reiki.

"Sudah selesai ?" Reiki tersenyum manis ke arah Djoana kemudian berdiri mengibas permukaan ranjang dari kelopak mawar.

Jantung Djoana berdegup cukup kencang. Mati lah kamu Reiki kalau sedikit saja kamu menyentuh tubuh Djoana tendangan maut akan melayang ke perut besarmu itu. Djoana sudah memasang kuda-kuda bersiap mengambil tindakan seperti layaknya pesilat handal melawan serangan pria besar di hadapannya.

"Istirahat gih kamu pasti cape kan. Tadi tamunya cukup banyak kamu harus rela beridiri sepanjang acara" ucap Reiki lembut.

Di luar dugaan ternyata Reiki menyarankan Djoana untuk beristirahat bukanlah melayaninya beradegan ranjang seperti tertakaannya. Sesaat Djoana dapat mengembuskan nafas lega tetapi masih terus waspada kalau-kalau Reiki akan menerkamnya saat Djoana terlelap tidur.

Djoana duduk di tepi ranjang tidak berani membaringkan badan. Reiki menatapnya penuh arti lalu pergi meninggalkan Djoana menuju kamar mandi. Sekuat tenaga Djoana menahan rasa kantuknya dari balik selimut. Namun rasa lelah ditambah aroma terapi yang menyeruak semerbak di seluruh ruangan membuat Djoana terlelap.

Keluar dari kamar mandi Reiki menatap tubuh Djoana tertutup selimut sepenuhnya hanya tersisa setengah rambut hitamnya yang tergerai keluar. Garis bibirnya melengkung  entah apa yang ada di dalam pikiran Reiki saat ini.

My Imperfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang