Sesampainya di New York, Morgan dan Morgen menemui Natasha. Mereka sempat terkejut dengan perubahan Natasha yang signifikan. Pakaiannya yang sangat modis, kulit yang jauh lebih bersih dan mulus, tulang rahang yang sangat menonjol, dan rambut platinum blonde yang berkilauan seperti seorang puteri."OMG my twins brother.. akhirnya kalian keluar dari rumah. Siapa diantara kalian yang tinggal di New York?"
Morgen mengangkat tangannya.
"Ah.. ok, sori kamu yang Morgan atau Morgen? Kita udah 7 tahun loh gak ketemu, terakhir ngeliat kalian masih pada pake seragam SD."
"Ini Morgen, Nat. Morgan yang hidungnya gede sebelah. Ceritain gimana kamu bisa sukses disini."
"Ah.. itu sih aku jadi barista di warung kopi. Terus ada ibu-ibu nanyain aku, mau gak jadi model bajunya dia. Yaudah kan aku iyain aja. Dia bawa pulang beberapa baju yang udah lama gak kepake atau gak laku gitu, buat anaknya katanya. Tapi karena kebijakannya maksimal cuman boleh bawa 2 potong, anaknya disuruh milih baju mana yang mau diambil. Makanya dia butuh aku buat jadi modelnya. Terus aku upload foto kan di instagram pakai baju bekas itu, eeh ada banyak ternyata orang yang minta aku jadi modelnya. Makin hari makin banyak photoshoot, sempet viral jadi model dadakan. Gak lama kemudian ibu itu balik dan nawarin aku jadi modelnya, eeh ternyata dia kerja bareng Vera Wang. Bentar ya aku mau balesin chatnya Gigi Hadid, dia ngasi reminder mulu maksa aku dateng ke birthday party nya."
Morgan lalu mengantarkan Morgen ke apartemennya, kemudian mereka berpisah. Di awal mereka berpisah, hampir setiap hari mereka saling menghubungi. Lambat laun Morgan mulai kesulitan menghubungi saudaranya. Empat tahun kemudian, Morgan telah lulus dengan predikat pujian dari kuliahnya di Eberhard Karls. Dan dia sekarang menjadi guru olahraga di salah satu sekolah menengah di kota Tubingen, Jerman.
Tidak lama setelah Morgan lulus, Morgen juga menyelesaikan pendidikannya di Parsons. Bahkan Morgen sudah mengeluarkan brandnya tersendiri dan mulai naik daun di kota New York. Natasha beberapa kali menjadi model untuk brand buatan Morgen supaya pamornya naik, dan benar saja, Morgen sudah membuka beberapa cabang seperti di Los Angeles, San Francisco, Chicago, dan akan segera merilis cabang barunya di Las Vegas.
"Halo, Natasha?" Tanya Morgan di suatu siang
"Hey, kenapa? Sini ke LA."
"Aku udah lama gak ketemu Morgen, dia susah banget dihubungi 3 tahun terakhir ini."
"Biasa aja kalii... Morgen emang gak cerita sama kamu? Dia kan sekarang punya brand sendiri. Lagi naik daun, kemarin menang jadi desainer pendatang baru terbaik. Aku loh kalau mau ada acara runaway atau fashion week pasti juga susah dihubungi. Kemarin aku baru ketemu Morgen, dia kangen kamu tuh."
"Ya, iya sih dia cerita. Apa karena aku udah kebiasa kali ya kemana mana sama Morgen, gila 18 tahun loh aku sama Morgen gak pisah. Kerasa banget sepinya waktu kuliah."
"Oiya, kamu udah tau kan yang ayah marah-marah karena waktu Morgen wisuda kemarin surat yang sampai di rumah ternyata bukan dari universitas Yale, tapi malah Parsons."
"Ya, aku tau kok. Morgen udah cerita."
"Kamu udah berkeluarga belum sih?" Tanya Natasha
"Belum nih, kenalin dong sama model victoria secret. Hahaha"
"Dih.. pake dating app lah. Hari gini masih perjodohan. By the way aku cabut dulu ya, mau siap-siap buat runaway ntar malem. Love you, Morgan!"
Morgan yang penasaran kemudian mencoba mengunduh salah satu aplikasi kencan, dan memulainya.
Nama, Morgan Biantara. Usia, 27 tahun. Pekerjaan, guru olahraga.. ah tidak-tidak, pelatih olahraga. Hobi, membaca buku, bermain baseball, bermain golf, sepak bola. Tinggi badan, 182 cm. Bentuk tubuh, atletis. Tempat tinggal, New York dan Tubingen. Swipe kanan, swipe kanan, swipe kiri... Dan akhirnya Morgan tertarik dengan salah satu perempuan bernama Edna Gein.
Morgan semakin bersemangat ketika membaca biodata Edna yang sangat fantastis baginya. Kemudian Morgan memberanikan diri untuk menyapanya terlebih dulu."Hey, salam kenal. Aku Morgan."
Tangannya gemetaran dan tak sabar menunggu balasan dari Edna."Halo juga, Morgan. Aku Edna. Ada yang bisa dibantu? Hahaha."
Morgan dan Edna akhirnya mengobrol. Setiap hari pasti mereka selalu memberi kabar satu sama lain dan obrolan mereka semakin intens. Mereka juga sudah beberapa kali saling telefon dan video call.
"Kabarin aku kapan kamu free, aku mau ke New York. Aku punya kakak sama adik disana."
"Oh ya? Kerja dimana kakak sama adikmu?"
"Natasha Biantara"
"No waayyyy.. kamu adiknya Natasha itu?? Gila deh Natasha itu model favoritku tau nggak. Waktu aku mau ngeluncurin koleksi winter 2020 lalu, aku kerjasama sama dia. Asik banget orangnya bener-bener humble. Dia udah aku kontrak sih buat jadi brand ambasadornya Edna Gein. Kalau adikmu gimana?"
"Morgen. Sebenernya aku sama Morgen itu kembar. Dia desainer juga, tapi mungkin kamu gak kenal. Morgen and co nama brandnya."
"Ah.. kenal kok, pernah kolaborasi sekali, tapi bukan aku project managernya, jadi ya gak kenal-kenal amat. Aku soalnya sibuk sering ke luar negri, jadi mungkin si Morgen ketemunya sama asistenku. Oh iya, bulan Agustus aku kosong. Gaada jadwal tur dan lain-lain. Bisa tuh kalau kamu mau ke New York. Kita bisa meet up."
Morgan akhirnya memutuskan resign dari pekerjaannya dan dengan uang tabungannya, dia akan mencari pekerjaan sebagai guru olahraga atau pelatih baseball di New York.
* * * *
Bulan Agustus telah tiba, musim gugur menyelimuti kota New York. Morgan telah tiba di kota besar itu, dengan dijemput Edna di bandara. Kemudian Edna mengantarkan Morgan ke apartemen Natasha yang dipinjamkannya sementara sampai finansial Morgan sudah stabil kembali.
Edna yang sedang cuti dari pekerjaannya memilih untuk tinggal bersama Morgan dan membantunya mencarikan lowongan pekerjaan. Morgan akhirnya mendapatkan pekerjaan sebagai pelatih baseball di sebuah SMA negri."Morning, babe. Sori, aku harus packing. Malem ini aku berangkat ke Milan. Semua bahan makanan udah ada di kulkas. Cuma 3 hari kok, terus aku balik lagi ke New York."
Sapa Edna sambil naik ke pangkuan Morgan."Edna, i love you."
Kemudian Morgan menarik wajah Edna hingga bibir mereka saling beradu. Edna yang awalnya ragu-ragu akhirnya mulai menikmati ciuman itu. Tangan Morgan mulai menyentuh punggung Edna dengan lembut, lalu menarik tangannya ke depan hingga menyentuh paha dan perutnya.
Morgan ingin melakukan hal yang lebih, di pagi itu. Tapi Edna menghentikan langkahnya ketika tangan Morgan sudah berpindah ke dadanya."Maaf, Morgan. Aku rasa ini belum saatnya."
"Tidak, ini salahku. Maafkan aku. Maaf sudah lancang mencium dan menyentuhmu."
Mereka lalu menyebar dengan kesibukan masing-masing. Edna berpamitan pada Morgan karena ia tahu, ketika Morgan pulang, sudah pasti tidak ada Edna di rumah.
"Take care."
Kata Edna sambil mencium pipi Morgan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Life of Street Wolf
RomantikMorgan dan Morgen adalah saudara kembar yang terpisah lima belas tahun lamanya sejak lulus SMA. Morgan dengan kehidupan sederhananya di Jerman, dan Morgen dengan kehidupan glamornya di New York. Siapa sangka, Morgen memiliki banyak rahasia di dalam...