Bagian 25 (Ending)

1.9K 158 48
                                    

Kamu adalah bintang yang berhasil kugenggam.
***

Darla berusaha kabur dengan memaksa Nilam mengantarnya pulang, tapi sahabatnya itu menolak, tidak mau kejadian dulu terulang. Demi menyelamatkan Darla dari kakak kelasnya, mereka malah celaka di area sekolah dan di depan banyak orang. Sungguh sangat memalukan.

Tak pantang menyerah, ia meminta bantuan Hesta. Sayangnya cowok itu beralasan hendak mengantar Giyas melihat pameran lukisan. Tidak ada pilihan, Darla segera berlari kecil keluar kelas. Bahkan dirinya menjadi orang pertama yang sampai gerbang sekolah.

Sepertinya semesta sedang berbaik hati karena bertepatan dengan itu, gojek yang ia pesan lewat online sudah menunggunya. Darla segera naik dan meminta sang driver melajukan kendaraannya dengan cepat.

"Selamat, selamat ...," ucapnya berulang kali. Namun, perasaan leganya tak berlangsung lama saat motor yang dikendarainya berhenti tiba-tiba. "Pak, kenapa berhenti?"

"Aduh Neng, bensinya habis, lupa belum saya isi." Driver itu menoleh, memberikan tatapan bersalah. "Sepertinya saya tidak bisa mengantar sampai tujuan."

"Yah, Pak." Darla turun dari motor, memberikan tatapan memelas. Baterai ponselnya habis, ia tidak bisa memesan gojek lain, kalau menunggu angkutan umum pasti akan lama. "Jangan gitu dong, Pak!"

"Gimana ya Neng, orang bensinnya habis. Kalau dipaksa juga gak bakal jalan motornya," balas lelaki paruh baya itu. "Atau mau ikut saya beli bensin?"

"Jauh gak, Pak?"

"Lumayan, Neng. Tau, kan letak pom bensin di sebelah mana?" tanyanya membuat bahu Darla menurun.

"Ya udah deh. Saya cari angkutan lain aja." Darla hendak membayar, akan tetapi sang Driver menolak dengan alasan tidak mengantarnya ke tempat tujuan. Berhubung Darla tidak tega karena bagaimana pun mereka sudah seperempat jalan, ia memaksa lelaki seumuran ayahnya itu untuk menerima uangnya.

Darla mendesah pelan, memandangi jalanan di depannya. Beberapa angkutan yang lewat tampak penuh dengan anak-anak sekolah. Ia berharap Genta tidak akan menemukannya. Yah jangan samp-
Mulut Darla terbuka lebar mendapati sebuah motor berhenti di depannya. Percuma ia melarikan diri karena cowok itu kini sudah membuka kaca helm dan memamerkan smirk-nya. "I got you."

Darla menghentakkan kaki lalu mendudukkan diri di boncengan Genta. Bibirnya tampak mengerucut, ia juga memilih berpegangan pada besi motor dibandingkan pada cowok itu.

"Kenapa belum jalan?" tanya Darla tak sabar. Genta meliriknya lewat kaca spion. "Nunggu kamu pegangan."

"Udah kok!"

"Mana? Belum." Genta tak mau kalah. Darla mencebik, terpaksa menyimpan tangan di pinggang kakak kelasnya. "Jalan cepet!"

Memenuhi keinginan Darla, cowok itu melajukan kendaraannya perlahan. Suasana kota di siang hari benar-benar membuat tak nyaman, apalagi jalanan yang macet karena jamnya pelajar pulang sekolah. Darla sampai berkali-kali menghapus keringat di dahinya.

"Haus gak?" tanya Genta sedikit berteriak.

Darla hampir saja menjawab iya. Namun, gengsinya yang begitu tinggi membuatnya mengatakan hal berlawanan dengan keinginannya. "Enggak!"

"Oh, ya udah." Genta kembali fokus pada beberapa kendaraan di depannya. Karena lampu merah, ia menghentikan kendaraannya. Namun, Darla yang tak bisa diam membuatnya menoleh. "Jangan gerak-gerak, entar jatuh."

Tak ada respon, Darla malah kembali menundukkan wajahnya ke arah depan hingga mengenai pundak cowok itu.

"Darl!" Genta hampir tak bisa menyeimbangkan diri. Ia sedang fokus memperhatikan lampu lalu lintas yang tak juga berubah warna dibuat terkejut dengan benturan kepala Darla.

Oh Darl ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang