Thirdteen

18 3 0
                                    


"Sepertinya ada yang familiar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sepertinya ada yang familiar ..."

Zahwa mengernyitkan dahi kebingungan mendengar untaian kalimat Alfa. Ingin menanyakan, namun kata-katanya tertahan di mulut karena keberadaan Kiara yang kini sedang merapikan kasur Zahwa padahal tak diminta. Melihat apa yang dilakukan Kiara tentu membuatnya malu bercampur bingung. Malu karena tidak sempat merapikan kasurnya sebelum kedatangan Kiara. Bingung kenapa Kiara tiba-tiba saja mau merapikan kasurnya, padahal sebelumnya ia tidak pernah begini. Hm.

"Ah, mungkin itu hanya perasaan saya saja."

Mau tak mau Zahwa menoleh. Memanfaatkan kesempatan dikala terdengar senandung ceria dari mulut Kiara yang masih asik berurusan dengan kasur beserta para penghuninya, membuat Zahwa makin heran karena ia belum pernah melihat Kiara seperti itu sebelumnya. Namun apa yang dikatakan Alfa jauh membuatnya penasaran. "Kenapa memangnya?" ia berbisik. "Kamu ingat sesuatu?"

Alfa mengangguk. "Gadis yang kemarin itu ... saya rasa saya pernah melihatnya sebelum saya meninggal." Ia berujar pelan. Ekspresinya terlihat serius.

Butuh waktu beberapa detik bagi Zahwa untuk mengingat siapa yang dimaksud Alfa yang kini tampak berpikir keras. "Oh ... Kak Kana?"

"Namanya Kana?" Alfa terlihat terkejut, yang kemudian berubah menjadi kecewa. "Sungguh diluar dugaan. Mungkin memang benar ini cuma perasaan saya saja."

"Maksudnya?" Zahwa benar-benar bingung. "Kamu kenal dia?" tanyanya, masih dengan mode bisikan meskipun tahu tak akan ada yang melihat karena manusia-manusia lain di rumah ini sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. "Kak Kana?"

"Dia mirip dengan teman saya waktu kecil. Kira-kira umur saya waktu itu masih lima tahun. Namanya Disa." Alfa menjelaskan, dengan helaan napas yang masih tersirat kekecewaan. "Bisa dibilang saya dan Disa adalah sahabat, malah saudara. Kami cuma bertemu dalam waktu yang enggak lama, karena saya pindah ke kota ini setahun setelahnya. Sudah lama sekali."

Zahwa mendengarkan penjelasan Alfa dengan saksama. Kemudian mengajukan pertanyaan sederhana. "Wajah mereka mirip, ya? Sampai kamu merasa kayak gitu?"

Sosok transparan yang ada di sampingnya itu mengangguk. "Disa dan orang yang kemarin itu sama-sama punya mata sipit. Gaya kuncir rambut pun saya rasa tak jauh beda. Paling yang beda itu sifatnya mungkin."

"Ooh ..."

"Dan juga, satu hal yang membuat saya ingat Disa ketika lihat dia kemarin itu adalah kalungnya."

Zahwa membelalakkan mata. "Kalung?" Tak menyangka Alfa juga menyadari keberadaan kalung bintang itu, meski dengan perbedaan situasi. "Kalung bintang itu, kan?"

"Benar ... kalung itu. Disa memiliki kalung yang sama dengannya. Persis," kata Alfa. "Ingatan saya tentang kalung itu masih bertahan sampai sekarang ... tapi jika menyangkut peristiwa yang membuat saya begini ..." Ia menghela napas berat. Tanpa dijelaskan secara lanjut pun Zahwa tahu apa yang Alfa maksud.

GAFFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang