PROLOG

113 10 6
                                    

23.00

BRUK!!

Seorang pria jatuh diatas rerumputan liar. Tak terlalu sakit mengingat dia sudah sering seperti ini. Pria itu menjulurkan tangannya. Mengomel. "Turun, cepat! Jangan sampai ketahuan lagi!" Dia menyeru dalam suara pelan.

Temannya, yang masih termangu diatas tembok pembatas hanya mengangguk pelan. Dia mengangkat kaki kanannya. Memindahkannya dengan hati-hati agar turun dengan selamat. Tangan kanannya bergerak, mencari sesuatu yang bisa dijadikan pegangan.

"Hati-hati, Put--ADUH!!"

Refleks, pria berkumis tipis itu menghindar. Ikut mengaduh kesakitan saat temannya jatuh di posisi yang sama dengannya beberapa saat lalu. Menggeleng pasrah. Berusaha memaklumi temannya yang masih saja seperti ini. "Sini, saya bantu kamu berdiri," dijulurkan tangan pada temannya.

"Makasih, bos." Pria yang dipanggil Putra itu berdiri. Dia membersihkan bagian belakangnya yang kotor. "Sekarang kita mulai, bos?" Menyalakan senter kecil yang sedari tadi nyaman di saku kecilnya.

Pria yang dipanggil bos mengangguk. Mengeluarkan kamera kecil dan tongsis dari ranselnya. Mengangguk setelah memasang kamera kecil pada tongsis. "Kamu jalan aja ke sana. Saya akan merekam dari sini."

Putra mengacungkan jempol. Berjalan menuju arah yang ditunjuk si Bos. Di bawah cahaya bulan yang cukup terang, ia berhenti berpijak. Sudut matanya menangkap sesuatu yang aneh, berada di dekat kolam renang. Hal itu membuatnya mengernyitkan dahi. Mengingat tidak ada siapa pun selain mereka berdua di sini. "Bos!" Ia menoleh ke belakang, melambaikan tangan.

Si Bos mendekati Putra. "Ada apa?"

"Saya lihat ada orang disini," Putra berbisik. "Kita tidak salah tempat, kan?"

Bos menerawang sekeliling mereka. Sejauh ini, ia hanya melihat hewan-hewan liar seperti kucing melintas didekat mereka. "Kamu lihat dimana?"

Putra menunjuk kolam renang. "Di situ, Bos."

Bukannya takut, Si Bos justru tersenyum. Ditepuknya pundak Putra. "Putra ... Putra ... Bukannya itu bagus? Kita ke sini tujuannya untuk bertemu 'mereka, kan?" Ia mengangkat tongsis. Memperbaiki posisi kamera yang tadinya miring ke kanan.

"Tapi, Bos ..."

"Kamu takut?" Si Bos menerka. "Sudah saya katakan di awal, Putra. Jika kamu ingin masuk channel kami, kamu harus mengumpulkan keberanianmu. Kita akan berburu 'mereka', bukan melakukan prank pada 'mereka'."

Seketika Putra merasa sesak napas. Kakinya mulai gemetar seiring dengan jari telunjuknya mengarah ke belakang Si Bos. "Bos, itu ..."

"Apa--HAH?!"

***

Hai ...

Ini cerita baruku, semoga kalian suka, ya😊 Dipersilakan untuk vote dan comment.

Sungai Penuh, 25 Agustus 2020
Athaya Sholeha





GAFFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang