Hari ini adalah pertama kalinya aku asistensi laporan praktikum ke dosen pembimbing yang membimbingku melakukan praktikum. Perasaanku rasanya tidak karuan, keringat dingin dan jantung berdebar menjadi satu. Sialnya aku mendapat dosen pembimbing yang terkenal ganas pada mahasiswanya, menurut cerita para kakak tingkatku. Beliau menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknik di perguruan tinggi tempat ku menimba ilmu sekarang, ngeri sekali bukan Beliau ini.
Memasuki ruangan asistensi dengan Beliau di dalamnya sudah seperti masuk ke dalam liang lahat yang sudah siap ditanya oleh malaikat disana. Jika salah menjawab, akan dicambuk dan disiksa, menyeramkan. Satu persatu laporan ku diperiksa dan diberi pertanyaan olehnya. Saat Beliau melontarkan pertanyaan, suara yang keluar seperti orang sedang kumur – kumur, pelan sekali dan tidak jelas. Demi Tuhan pun aku yakin, nyamuk yang berterbangan di sekitarnya takkan sanggup mendengar. Bahkan angin berhembus dan daun kering yang jatuh jauh lebih berisik dibandingkan suara Beliau. Ingin rasanya aku mengumpat disitu, dalam hati aku berdumel "YA AMPUN PAK GEDEIN DIKIT NAPA SIH SUARANYA, ANJIR DEH. KAGAK DENGER WOY"
Dengan tanpa hati nurani, laporan praktikum yang sudah berhari – hari ku kerjakan dan mengurangi waktu hibernasi ku di coret – coret dengan bulpoin merah miliknya. Aku tau bahwa yang dilakukan Beliau untuk memberitahu letak kekeliruan yang ada pada laporanku. Kembali aku berdumel dalam hati "TOLONG LAH PAK TOLONG NYORETNYA PAKE AKAL SEHAT. PERIH HATI SAYA MELIHATNYA PAK, YA TUHAN"
"Ini ada beberapa yang salah, segera diperbaiki dan cari contoh yang benar di internet atau youtube". Katanya
"Baik pak". Jawabku
"LAH DIPIKIR AKU PROFESSOR SURUH MIKIR SENDIRI ANJIR. UNIK NIH ORANG, UNTUNG AKU SABAR YA TUHAN". Dumelku
"Saya permisi dulu".
"Iya pak, terimakasih atas waktunya"
Keluar dari ruangan itu aku seperti artis papan atas saja. Di wawancarai oleh teman kelasku dan juga kakak tingkatku. Mereka tidak tahu bahwa batinku sedang terguncang oleh Beliau, aku jadi gila mendadak. Ingin rasanya ku menikah saja, tapi sadar bahwa calonnya saja tidak ada.
***
"Ril Ariel." Teriak seseorang memanggilku
"Oh kak, iya kak ada apa?" Ternyata ketua umum organisasiku yang memanggilku
"Besok ada agenda rapat ya Ril, buat acara donor darah. Tolong bikinkan pengumumannya ya ke grup."
"Siap laksanakan."
"Ayo ke sekret Ril sama anak – anak."
"Iya ini kak gue juga mau kesana kok."
Ya beginilah aku, selain sibuk mengejar deadline praktikum dan sibuk melupakan Vino, aku juga disibukkan dengan urusan organisasiku. Sebagai salah satu anggota penting di organisasiku, aku diberi amanah untuk mengemban jabatan sebagai kepala divisi humas. Aku bertanggung jawab untuk menjalin hubungan baik antara internal atau external kampus, selain itu aku juga bertanggung jawab untuk mencari mangsa daru para mahasiswa baru untuk bergabung ke organisasiku ini.
Aku masih teringat chat ku dengan Kak Iqbal semalam. Dia lucu kurasa, orang yang humoris. Tapi sayangnya chat yang kukirim terakhir tidak mendapat balasan darinya, memang waktu itu sudah larut malam jadi mungkin dia sudah terlelap bersama mimpinya, kurasa. Atau mungkin dia malas mencari topik baru karena aku hanya mengirim teks "iyap", entahlah. Siang ini aku berharap mendapat notif darinya, ya walaupun harapanku tak sebesar harapanku untuk kembali pada Vino. Setidaknya bertemu dengan Kak Iqbal dapat sedikit mengurangi lukaku setelah kehilangan Vino.
Line line...
Nada dering line di ponselku berbunyi, buru – buru aku cek dan ternyata pesan dari Kak Iqbal yang muncul di lockscreenku. Tidak langsung ku balas pesannya biar terkesan aku cuek hihi, padahal aslinya ya menunggu balasan darinya. Kita terus chatting melalui aplikasi line itu, meskipun saling slowrespon karena memang aku juga jarang sekali online di line dan kadang notifikasi pesan baru tidak muncul di bar notif ponselku. Tapi tidak masalah, suatu saat aka ku berikan nomer whatsapp ku kepadanya, tunggu saja
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka, Cinta, dan Satu Semester
RomanceSatu semester yang sangat complicated sekali. Ada luka, cinta, dan ada kamu tentunya. Berpisah dengan dia dan bertemu dengan kamu di semester yang sama