3.🐺×🦁

1.6K 233 17
                                    

~Jadilah kuat, tetapi tidak jahat.
Jadilah baik, tetapi tidak lemah~ ...

▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪
.

.
.
.
.
.
.

🐺🦁

Bagi dirinya, hujan dan gemuruh amarah langit adalah hal paling dirinya takut. Hujan alasan diri pulang. Tempat yang seolah aman dimana ia melepas segala sakit dan takut tanpa orang lain ketahui.

Malam semakin larut. Namun angkasa seolah menumpahkan semua lelahnya. Bersama rasa sakit yang dirinya dera.

Ia sendiri dikamarnya, menangis, menutupi kedua telinganya dengan tangan untuk menghalau bunyi petir. Dadanya bergemuruh tidak karuan, sesak, sakit yang ia rasakan. Bebannya selama ini terlalu menakutkan.

Ingatan dimasa lalu berputar dikepalanya, kejadian kelam yang menimpanya sungguh menakutkan. Bibirnya yang tipis terus meracau.

"Lepas..Hikss..Lepas.."

Jovan menarik rambutnya kuat, sakit dikepalanya semakin menjadi. Ia sudah tidak bisa mengontrol ketakutannya malam ini.

Ia terus menangis, meracau meminta melepaskan dirinya. Hingga tidak menyadari Leon mendobrak pintu kamarnya. Ia tersadar ketika ada orang lain memeluknya. Namun ia masih menangis. Terlalu kacau dirinya.

Leon dibuat tidak mengerti. Ia bingung apa yang Jovan katakan dalam tangisnya. Hanya bisa memeluk erat walapun sang pemilik tubuh menolak keras.

Hingga suara petir bergemuruh keras membuat Jovan berteriak dan terlonjak, hal itu membuat dirinya faham. Jovan takut terhadap petir.

Leon semakin mendekap erat tanpa mengatakan apapun. Hingga perlahan pemuda itu pun mulai tenang. Jovan membalas pelukan tersebut dengan erat, tubuhnya masih bergetar dengan isak kecil dari bibirnya. Leon tidak bicara, ia hanya terus menyalurkan ketenangan.

Sama halnya dengan Zio, kucing putih itu mengusap dan mengendus kaki Jovan. Dirasakan bahkan tubuh Jovan begitu dingin, di pastikan pemuda itu sangat ketakutan.

Hujan diluar pun mulai reda bersama dengan tenangnya Jovan. Hingga hujan berhenti Leon tidak merasakan pergerakan apapun. Ia menunduk, dapat dilihat Jovan tertidur dengan mata dan hidung yang memerah. Membuatnya menghela nafas, perlahan mengangkat pemuda itu. Menidurkannya pada tempat tidur dan menyelimuti sebatas dada.

Zio ikut naik keatas kasur, duduk disamping Jovan dengan terus menatap sang tuan lekat. Leon melirik jam di nakas yang menunjukkan pukul dua dini hari.

Segera ia memutuskan kembali tidur, tapi bukan dikamar Jovan karena itu terlalu lancang. Lagi pula ia masuk kesini juga dengan merusak pintu kamar.

Di depan pintu sesaat dia terhenti, menatap Jovan yang tertidur sejenak. Setelah itu ia menutup pintu kamar tersebut, pergi kekamar sebelah untuk tidur. Hujan sudah reda, ia tidak perlu takut bila Jovan ketakutan lagi.

¤¤¤

Pagi ini nampak cerah, matahari bersinar terang. Setelah malam yang penuh dengan ketakutan, pemuda itu bangun dipagi hari dengan senyuman.

"Meow.."

Jovan menarik Zio dalam pangkuanya, ia tersenyum cerah seolah tidak mengingat sesuatu. Perlahan pemuda itu bangkit sambil menggendong Zio. Ketika membuka pintu ia bingung dengan gagang pintunya yang sedikit rusak. Namun ia tak peduli dan melanjutkan langkahnya.

MĄŚĶÃ {Topeng} || End✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang