1.🐺+🦁

2.4K 253 25
                                    

~Melihat orang tertawa, marah dan menangis membuat ku berfikir. Bagaimana mereka melakukan itu?~Leon

▪▪▪▪▪▪▪▪

Sebelum lanjut aku cuma mau bilang..

Kalau dulu ada yang pernah baca Maska. Cerita ini berubah ehehe..

Why? Karena sayang banget kalau nganggur.

Jadi aku rubah. Wht? this is not bl.

Yah, cuma mungkin brothership. Atau sedikit tipis-tipis dirubah beberapa.

Byee semoga suka.

.
.
.
.
.
.
.
.

🐺🦁

  Pagi ini sungguh indah, matahari bersinar hangat. Orang-orang berlalu lalang melakukan aktifitasnya dengan semangat. Menyapa sesama pengguna jalan, dan tersenyum manis ketika mendapat sapaan.

Sama halnya dengan pemuda satu ini. Ia berjalan riang menelusuri trotoar bersama pejalan kaki yang lainnya. Menyapa orang-orang yang bertemu padahal tidak mengenalinya. Senyum luntur dari bibir indahnya. kebahagian nampak sekali terpancar.

Jovan dengan riang berjalan kaki menuju sekolahnya, SMA Taruna Bangsa. Jarak sekolah dan apartement tidak terlalu jauh, hal itu membuatnya memilih berjalan kaki. Lagi pula sambil olah raga pagi dan menikmati hari.

15 menit ia berjalan, akhirnya sampai didepan gerbang sekolah. Sekolah nampak sepi karena masih terlalu pagi. Dengan riang ia berjalan masuk. Namun ketika baru beberapa langkah, sebuah motor dengan cepat melewatinya. Hampir saja ia terjatuh.

Pemuda itu menatap kesal pengendara itu. Tak berselang lama terdengar deru motor lain. Beberapa motor sport masuk ke area sekolah dengan cepat. Melihat hal itu Jovan menghela nafas lelah.

"Dasar," ucapnya dan berlalu pergi.

Pada akhirnya ia memilih pergi menuju kelasnya, 11 Ips1. Namun ternyata kelas masih sepi. Karena bosan sendiri ia memutuskan pergi. Berjalan-jalan dikoridor, hingga tanpa diduga sudah berada ditaman belakang.

Jovan mendudukkan dirinya disalah satu bangku taman, sambil memejamkan matanya menikmati udara pagi. Suasana yang sangat tenang dan damai membuatnya nyaman disini.

Hingga ia tidak menyadari telah lama duduk disana.

Bel masuk berbunyi. Jovan terkejut. Ia dengan cepat berlari menuju kelasnya. Beruntung saat sampai dikelas guru yang mengajar belum datang, ia pun dengan cepat pergi ketempat duduknya.

Kedua sahabatnya yang sudah berada ditempat duduk menatap heran. Tidak biasa Jovan terlambat.

Brian Rafangga, pemuda berwajah manis dengan rambut yang sedikit kecoklatan itu berbalik. Melihat Jovan yang sudah duduk tepat dibelakang bangkunya. "Dari mana Lo?" Tanyanya heran.

Jovan tersenyum bodoh. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Taman belakang, gua diem disana eh tau-tau bel."

"Ketiduran?"

MĄŚĶÃ {Topeng} || End✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang