Part 6 - Dunia yang Sebenarnya (2)

1.4K 174 14
                                    

"Kau tidak akan bekerja."

Seketika bunyi peraduan sendok dengan piring kaca terdengar memenuhi ruangan yang sunyi itu.  Pastinya pelaku dari hal itu adalah Claudia yang tidak terima dengan apa yang Albert katakan. Dia tinggal di rumah ini karena tidak ingin keluar dari pekerjaannya yang bahkan belum dimulai itu. Tapi malah pria itu dengan tenang mengatakan ia tidak akan bekerja. Dia pikir, dia itu siapa?!

"Tidak---!"

"Aku tidak menerima bantahan!" tegas Albert dengan penuh penekanan dan mata yang menyorot tajam setelahnya langsung pergi begitu saja.

Claudia terdiam di tempat duduknya. Dirinya masih shok akan tatapan menusuk Albert yang sangat menakutkan, membuat tubuhnya merinding. Perlahan kepala Claudia menunduk memandang makanan penutupnya yang tinggal setengah.

Sekarang ia tidak memiliki nafsu lagi untuk memakan hidangan yang begitu menggiurkan. Dengan lesu ia bangkit dari duduknya hendak kembali ke kamar saja. Mengurung diri untuk merenungi nasipnya ini. Dia juga akan menanyakan hal ini ke pada ayahnya nanti dan membiarkan ayahnya itu berbicara kepada Albert soal keputusan sepihaknya itu.

"Mari, Nona. Saya antar."

Claudia mengangguk saja tanpa melihat siapa yang berbicara itu. Toh, itu juga tidak hapal jalan menuju kamarnya, jadi tidak membatah apa yang dikatakan pelayan itu adalah hal yang harus dia lakukan. Setidaknya sampai dia hapal akan jalan di rumah yang bak istana ini, barulah ia bisa berjalan tanpa dipandu gini.

"Kau bisa meninggalkanku." Perintah Claudia begitu mereka tiba di kamarnya.

"Baik, Nona." Ucapnya dan langsung pergi.

Sementara Claudia langsung masuk ke kamarnya, tidak lupa pula menguncinya agar tidak ada yang masuk. Setelahnya dia mencari ponselnya yang berada di dalam tas ke sepenjuru ruangan. Namun, beberapa menit kemudian tas yang dia bawa semalam dari rumah tak kunjung ketemu. Selain itu, koper yang dia bawa juga tidak ada di kamarnya.

"Ke mana dia meletakkan barang-barangku?" gumam Claudia yang bingung sendiri juga sedikit lelah karena harus berjalan ke sana dan ke mari dengan menggunakan heels dan juga gaun yang mengembang.

"Apa aku tanyakan saja padanya? Tapi bagaimana jika dia justru memarahiku."

Wajah Claudia berubah menjadi murung saat memikirkan kemungkinan yang terjadi. Helaan napas kasar ia lakukan dan merebahkan tubuhnya begitu saja di atas kasur tanpa memperdulikan keadaan rambutnya yang tertata rapi akan menjadi berantakan.

"Kalau begini terus aku akan mati kebosanan." Getutunya yang diakhiri dengan helaan napas kembali.

"Apa yang kau lakukan?"

"ASTAGA!" pekik Claudia dan spontan mengubah posisinya menjadi duduk saat suara Albert terdengar

"Apa yang kau lakukan?" tanya Albert kembali sembari berjalan untuk lebih masuk ke dalam kamar Claudia.

Claudia menggeleng cepat dan matanya curi-curi pandang pada pintu yang sudah tertutup rapat kembali.

"Aku menggunakan kunci cadangan." Ucap Albert seakan mengerti apa yang sedang Claudia pikirkan saat ini.

"Oh." Lirih Claudia dengan kepala yang perlahan menunduk saat Albert berhenti tepat di hadapannya.

Spontan otaknya memutar kembali kejadian di meja makan tadi, membuat tubuhnya refleks merinding dan meringkuk dalam sebagai bentuk pertahan diri karena takut akan kemarahan Albert.

Tentu saja hal itu dalam dilihat oleh Albert yang matanya tidak pernah lepas dari Claudia sejak tadi ia masuk ke dalam kamar itu meski tanpa kunci cadangan. Ya, Albert berbohong akan kunci cadangan itu karena saat ini mereka sudah tidak lagi berada di bumi, tapi di dunianya, dunia Wonderland.

"Kau takut padaku?" tanya Albert dengan nada dan sorot mata yang lembut. Bahkan sekarang kedua bibirnya sudah tersenyum. Senyum yang hanya akan ditampilkan untuk Queen-nya, Claudia.

"Tidak." Bantah Claudia cepat dan kembali menegakkan tubuhnya, tapi tidak dengan sorot mata yang lebih memilih memandangi ubin lantai.

"Kalau gitu, tatap mataku." Perintah Albert dengan penuh penekanan seakan tidak ingin dibantah.

Kembali tubuh Claudia mengkeret ketakutan dan keringat dingin mulai keluar memasahi tubuhnya. Claudia juga duduk dengan gelisah dan sesekali mencuri pandang pada Albert yang senantiasa memandangnya dengan senyuman lembut menenangkan, tapi tetap saja masih membuat Claudia takut.

Tiba-tiba terdengar suara tawa yang begitu lepas, membuat Claudia terdiam sejenak dan perlahan memandang Albert-sang pelaku yang tertawa keras itu.

"A-apa? Kenapa k-kau tertawa?" Tanya Claudia terbata.

Albert hanya menggeleng. Pria yang memiliki surai yang sama dengan Claudia itu bergerak dan duduk tepat di sebelah Claudi. Masih dengan sisa tawanya, tangan Albert terangkat guna mengusap butiran keringan di wajah Claudia dengan tangan kosong tanpa rasa jijik sedikitpun.

Mendapat perlakuan demikian tentu membuat Claudia terkejun hingga tubuhnya membatu dengan mata yang fokus pada Albert yang sekarang sudah berhenti tertawa, menyisahkan senyum lembut kembali.

"Aku tidak akan pernah menyakitimu, bahkan jika aku dalam keadaan marah sekalipun." Ucap Albert masih dengan kegiatannya mengusap  wajah Claudia.

Claudia tidak menyahut. Dia terus memandang Albert yang entah kenapa membuat perasaan aneh kembali muncul dalam dirinya. Perasaan yang sulit dia katakan seperti apa itu, tapi menimbulkan sesak di dadanya sekarang dan membuat matanya memanas, ingin menangis.

"Ada apa, huh?" tanya pria bermata coklat itu dengan lembut saat sadar raut wajah Claudia berubah menjadi sendu dan mata yang berkaca-kaca.

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya? Aku merasa kita memiliki sesuatu yang kuat. Membuat dadaku sesak hanya karena memandang langsung matamu. Apa kau tahu apa yang aku rasakan? "

Albert terdiam akan perkataan Claudia yang tidak pernah dia pikirkan akan terucap begitu bahkan disaat pertemuan mereka yang baru dua hari. Senyumnya juga perlahan pudar dengan sorot mata yang terkunci pada Claudia. Sampai sini, Albert bertanya. Apakah sekuat itu perasaan mereka?

 Apakah sekuat itu perasaan mereka?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


The Demon Queen (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang