CHAPTER 2 : ARWAH DHANI

1.1K 34 3
                                    

Seminggu sudah terlewati setelah tragedi maut yang merenggut kawan kami, Dhani. Tragedi yang memberikan pukulan berat pada keluarga dan kerabat dekatnya yang ditinggalkan, tidak luput kesedihan dan rasa penyesalan masih meradang dihati kami yang turut dalam kegiatan touring itu. Namun hal tersebut tidak dapat menjadikan alasan untuk kami dan keluarganya untuk terus bergerak kembali kehidupan sehari - hari.

Sedangkan diriku yang sekarang, aku telah dianugerahi sebuah kelebihan yang sangat tidak kuharapkan sebagai syarat untuk melanjutkan hidupku. Dibalik dari kelebihan itu terdapat tugas besar yang harus diemban. Aku telah menjadi seorang perempuan yang dapat melihat sosok yang tidak sepantasnya dilihat manusia pada umumnya.

Tepat hari ini, hari sabtu, hari dimana Dhani kehilangan nyawa untuk selamanya. Aku masih tidak habis fikir, saat dimana pertama kalinya aku memiliki penglihatan itu, sosok pertama yang kulihat sekaligus dapat berbicara langsung denganku ternyata adalah 'Arwah Dhani'. Sebuah hal yang tidak kusangka yang akan menjadikan itu sebagai tugas pertamaku sebagai seorang Indigo untuk menuntaskan masalahnya.

Namun semenjak kontak pertamaku dengan Arwah Dhani dirumah sakit itu, aku tidak pernah lagi melihat sosoknya hingga saat ini. Bahkan ketika kehadiranku dipemakamannya, aku juga tidak melihat keberadaanya disekitar situ. Apakah ia sudah pergi? Lantas siapa yang menyapaku disaat rumah sakit itu? Apakah hanya halusinasiku saja?

Hari ini aku berkumpul dengan rekanan seperjalanan disebuah Mall, kami berencana mencoba untuk menghibur diri sambil menongkrong disebuah café donat yang cukup terkenal ditempat itu.

Karena aku memiliki kemampuan penglihatan itu, aku dapat melihat siapa saja sosok mahluk halus yang mengikuti teman - temanku kemanapun mereka berada, bahkan setia berjalanpun aku dapat melihat berbagai jenis sosok tak kasat mata. Namun karena aku sudah mulai terbiasa dengan keberadaan sosok - sosok itu, aku tidak lagi perlu khawatir ataupun ketakutan. Hanya saja, jika mereka muncul secara mendadak, mungkin tetap bakal mengejutkanku.

"Halo guys, gimana kabar kalian? Udah pada baikan?"

Berada disampingku, Dewi, seroang teman dekat yang selalu menemaniku. Aku tinggal bersamanya satu rumah. Jadi ketika menjumpai pertemuan ini, kami berangkat bersama sama.

Kami berdua merupakan anak gadis yang masih sekolah di bangku SMA kelas 3 yang sebentar lagi akan menjumpai masa masa kelulusan. Tidak heran, bagi orang lain kami selalu dianggap anak kuliahan karena postur tubuh yang mungkin sudah layak disebut ABG.

Berbeda dengan teman yang lain, rata - rata adalah anak kuliahan tingkat tahun pertama. Termasuk Dhani, ia adalah anak sulung yang juga masuk semester pertama, awal kenal kami berasal dari sekolah SMA yang sama, dikarenakan hubunganku dan kaka kelas seperti mereka terjaga dengan baik, pertemanan kami menjadi cukup awet.

"Jadi gimana sekolah kalian? Siap siap mau ujian tuh. Nanti rencana kuliah dimana?"

Yang bertanya itu adalah Rika, seorang anak kuliahan, yang sangat aktif bersosial media, apapun kegiatannya selalu ia foto dan ia update kedalam story akun nya. Apalagi jika sedang berjalan di Mall.

Rekan yang hadir disitu saat ini ada Aku(Kina(18)), Dewi(17), Rika (19), Angga (19), Randi(20), serta Siska (19). Hanya ada 6 orang yang hadir, kurang satu, tentu saja Dhani yang telah tiada.

Sebenarnya dalam pembicaraan itu aku berencana untuk mengungkit tentang Dhani, namun melihat dari pandangan mereka saja telah membuatku tidak nyaman untuk membicarakan itu. Dari pembicaraan mereka yang sangat formal, tidak sedikitpun mereka mengungkit tentang keberangkatan bahkan tragedi itu. Seolah olah kejadian itu tidak pernah terjadi dalam hidup mereka, bahkan Dhani adalah sosok yang tidak pernah mereka kenal. Tapi hal tersebut membuatku terdorong untuk berucap...

EXCORCIST GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang