MALAM ini Daniel datang ke rumah Celyn. Celyn memanggil Daniel karena merasa bosan dirumah. Ia ingin memanggil Natasha dan Steffi, hanya saja teman-teman nya itu tidak bisa datang karena sedang aja janji.
"Celynnn?!" Teriak Daniel.
"Celynnn ..."
"Aku dateng nih."
"Jangan teriak-teriak Daniel, kamu kira ini hutan apa?" Celyn datang menghampiri Daniel.
"Hehehe, gak sengaja. Peace."
"Oh iya, nih makanan."
"Untuk siapa?" Tanya Celyn.
"Uncle Jo," jawab Daniel.
"Aku?"
"Beli sendiri!"
"Cih! Pelit."
Daniel tertawa pelan, lalu memberikan sekantong plastik yang ia sembunyikan dibelakang badannya.
"Ini, untuk kamu."
"Taruh sendiri sana!" Kata Celyn balas dendam. Bukannya bilang terima kasih.
"Hahaha"
***
Daniel duduk di sofa ruang tamu rumah Celyn. Mengarahkan pandangan nya kearah Celyn yang sedang menuju arah dapur. Lalu melihat sebuah gitar yang ada di sebelahnya.
Sepertinya milik Papa Jo. Karena tidak mungkin Celyn bisa memainkan sebuah gitar.Daniel mengambil gitar tersebut, lalu menaruh di pangkuannya. Memetik senar gitar perlahan membuat alunan sebuah nada terdengar.
"Ekhem"
"I found a love ..." Daniel memetik senar gitar mencari kunci yang sesuai dengan lagu yang akan ia nyanyikan.
"I found a love ..." Ulang nya sekali lagi.
"I found a ..." Masih terdengar kurang.
"I found a love ... for me." Kini petikan gitar Daniel sudah sesuai dengan lagunya.
"Oh darling, just dive right in and follow my lead ..." Lanjut nya menyanyikan lagu tersebut.
Langkah Celyn terhenti, karena mendengar nyanyian Daniel. "Ternyata dia bisa main gitar juga," kata Celyn pelan sambil tersenyum.
"Well, i found a girl, beautiful and sweet ..."
"Ohh i neve—"
"Sejak kapan bisa main gitar?" Tanya Celyn memotong nyanyian Daniel. Lalu meletakkan minuman yang dia ambil di dapur tadi di meja yang ada di depan Daniel.
"Hmm ... baru-baru aja sih, di ajarin Azka."
"Azka? Teman sekelas kita?"
"Iyaa."
"Aku juga bisa tau, main gitar." Ucap Celyn sedikit pamer.
"Bohong!"
"Serius ih, udah bisa, di ajarin Papa Jo," kata Celyn. Lalu mengulurkan tangan nya meminta gitar tersebut.
"Sini aku nyanyiin kamu." Ucap Celyn lalu mengambil gitar dadi Daniel dan kemudian mempangkunya.
"Mau dinyanyiin lagu apa?" Tanya Celyn yang sudah siap memetik senar gitarnya.
"Apa aja yang kamu bisa." Kata Daniel, karena ragu dengan Celyn yang sepertinya tidak bisa memainkan gitar.
"Hmmm, lagu apa ya ..."
"Ohhh ini aja." Sebuah lagu terlintas di pikiran Celyn.
Celyn mulai memetik gitarnya.
"Ekhem ... ekhem ..." Celyn berdehem mengetes tenggorokannya dengan sombong.
Lalu memperhatikan jari-jarinya, agar tidak salah kunci dalam memainkan gitar nya.
"Ku rasa ku telah jatuh cinta ..."
"Pada pandangan yang pertama."
Celyn mengangkat kepalanya melihat ke arah Daniel sambil tersenyum. Pandangan keduanya bertemu.
"Sulit bagiku untuk bisa ..."
"Berhenti mengagumi dirinya ..." Ucap Celyn penuh penekanan. Lalu tertawa renyah di sela nyanyiannya.
"Ohhh ... tuhan tolong lah diriku."
"Untuk membuat dia menjadi cin—"
Nyanyian Celyn terhenti karena gangguan ringtone handphone Daniel. tatapan keduanya saling teralihkan. Celyn memperhatikan raut wajah sumringah dari Daniel ketika melihat layar handphone miliknya.
"Bentar ya, ada yang nelpon," kata Daniel lalu beranjak dari duduk nya. Pergi keluar untuk mengangkat telepon.
Setelah beberapa menit Daniel pun kembali dan melihat raut wajah Celyn yang berubah. Nampak sedikit kesal, mungkin karena nyanyian nya tadi terpotong.
Daniel mendekat. Lalu—cup!
Daniel mencium puncak kepala Celyn, membuat Celyn mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Daniel.
"Suara kamu bagus. Main gitar nya juga jago." Ucap Daniel jujur sambil mengusap kepala Celyn.
Celyn terdiam. Lalu menelan saliva nya dengan susah payah. Daniel pun kini ikut diam. Suasana sekitar mendadak jadi canggung.
"M-maaf ..." kata Daniel, tersadarkan dengan apa yang barusan ia lakukan. Ia kelepasan.
Celyn menganggukkan kepalanya kaku.
"Aku pergi dulu ya." Kata Daniel, pamit.
Lagi-lagi Celyn hanya menganggukkan kepala nya. Ia melihat punggung tegap Daniel yang semakin jauh dan keluar dari rumah nya.
"Sial! Sadar Niel, sadar!"
"Lo ngapain tadi?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Darknees
RandomTak peduli dada mu sesak membutuhkan oksigen dan tak peduli kerongkongan mu kering membutuhkan air. Semuanya terasa sama. Mati rasa! Menerima kenyataan, bahwa kedua orang tua telah mati terbunuh. Mengapa mereka dibunuh? Mengapa ini terjadi? Celyn...