"Aku kembali membuka lembaran yang sebelumnya, aku mengingat kembali luka di masa lalu. Hati ku kembali tergores, sakit itu yang kurasakan saat ini"|| Artha
🍁🍁🍁🍁🍁
"Kakak awas ada mobil" ucap Kanaya yang merupakan adik Artha, iya Artha mempunyai dua adik kembar.
Rahayu yang melihat kejadian itu,langsung menarik lengan kakaknya
"Druak"
Rahayu pun tertabrak mobil, tubuhnya tergelatak di jalan tersebut, begitu banyak darah yang berceceran. Artha dan Kanaya panik bukan main, Artha sudah terduduk sambil menyantap nanar adik nya tersebut. Disisi lain Kanaya langsung menghampiri orang tuanya dan menceritakan kisah tersebut.
Helena dan Dion yang merupakan orang tua dari Artha, Rahayu,dan Kanaya, langsung membawa Kanaya kerumah sakit. Rahayu masuk ruang UGD betapa syhoknya orang tua Artha. Artha sendari tadi berdoa untuk kepulihan adiknya begitu juga Kanaya yang berdoa untuk saudara kembarnya.
Tidak lama kemudian seorang dokter keluar dari tempat Rahayu dirawat, dokter menatap nanar keluarga tersebut.
"Maaf pak, buk. Anak bapak dan ibuk tidak bisa kami selamat kan, semoga keluarga diberi ketabahan" ucap sang dokter dengan berat hati.
"Tidak, anak saya tidak mungkin mati, anaknya hanya sedang tidur dong. Anak saya suka bercanda" ucap Helena dan langsung berlari ke kasur anaknya dan memeluk tubuh anaknya.
"Sayang ini mama, bangun dong. Iyh deh mama kalah, kamu bangun yah nanti kita lanjut mainnya" ucap Helena dengan air mata berlinang. Dion yang melihat istrinya merasa iba, dia juga merasakan sesak di dada nya ketika tau anaknya telah tiada.
"Sayang baik-baik yah disana, ayah sayang kamu nak" ucap sang dion yang berusaha tegar menghadapi ujian tersebut. Dion membelai pipi putrinya dengan lembut, lalu mengecup kening putrinya. Tanpa sadar air matanya menetes. Ia segera membekap istrinya keluar dari ruangan tersebut.
Disisi lain Artha yang mendapat kabar dari dokter syhok berat, dia terduduk lemas. Tidak disangka akibat kecerobohan nya ia harus kehilangan adik kesayangannya. Artha tidak berhenti mengeluarkan air mata. Saat ingin melihat adiknya, ada suara orang yang menghentikan langkahnya.
"Mau kemana kamu pembunuh?" Ucap Helena dengan mata yang merah.
"Jangan pernah dekati jasad anak kami, dasar cewek pembawa sial" ucap Dion yang menatap Artha dengan tatapan tidak suka.
"Aku benci sama kakak,akibat kecerobohan kakak aku kehilangan saudara kembar ku" ucap Kanaya dengan keadaan yang kacau
Mendengar caci maki dari keluarga nya, Artha keluar meninggal kan tempat itu. Rasa sesak yang ia rasakan begitu perih menggores luka dihatinya.
Artha terduduk dibawah pohon mangga, ia memeluk dirinya sendiri.
"Kenapa kamu yang harus mati Rahayu, kenapa tidak kakak saja dik" ucap Artha
"Andai kamu tidak selamatkan kakak, pasti kakak sudah tenang dek. Sekarang kakak tidak tau harus apa, mama papa dan semua keluarga membenci ku" ucap Artha yang masih enggan berdiri.
Tiba-tiba angin bertiup kencang, dan hujan pun datang dengan deras, seolah mengerti penderitaan yang Artha rasain.
🍁🍁🍁🍁🍁
Keesokan harinya adalah pemakaman sang adik tercinta. Semua kerabat ayah dan ibu datang. Artha bisa melihat jelas bahwa ada sorotan kebencian yang terlihat dimata mereka. Seolah tidak mau ambil pusing, Artha segera menghampiri adiknya yang akan dimakam kan dini hari.
Setelah pemakaman selesai, Artha segera berlari ke kamarnya. Ia mengeluarkan air mata, lagi dan lagi. Artha segera mengambil cuter dan menggoreskan ke lengannya. Ada rasa tenang ketika melakukan itu, seolah rasa sakitnya redah.
Artha berjalan menuju balkon, dan menatap langit, pisau yang digenggam nya telah tergeletak di lantai. Artha dengan tangan berdarah menatap bintang yang begitu bersinar.
"Dek, kamu sekarang udah jadi bintang dilangit, andai kamu disini kakak ingin sekali memeluk mu" ucap Artha memandang salah satu bintang yang begitu indah.
"Dek, kakak mau ikut kamu, semenjak kejadian itu hidup kakak berubah. Semua orang membenci kakak" ucap Artha seraya menghapus air matanya.
Tiba-tiba angin bertiup kencang. Artha yang berada di balkon, segera ke kamar dan menutup jendelanya. Artha berdoa kepada Tuhan. Setelah beberapa menit, Artha terlelap dalam tidurnya sambil memeluk foto adiknya tersebut.
Disisi lain, semua keluarga sedang berkumpul. Mereka benar-benar berduka, mereka menyalakan Artha sebagai penyebab kesedihan mereka.
🍁🍁🍁🍁🍁
Artha terbangun dalam tidur Nya. Ia beranjak dari kasur dan menuju kamar mandi. Artha beredam, tiba-tiba ia merasakan sakit dipergelangan tangannya.
"Auww, kenapa begitu perih" keluh Artha sambil mengusap lengannya.
Artha memakai seragamnya berniat ingin sekolah, tidak lupa ia memakai jaket yang berwarna hitam. Saat keluar kamar terdengar suara orang yang begitu familiar di telinganya.
"He pembunuh, mau kemana kamu?" Ucap Helena ibunya Artha.
"Dasar tidak tahu malu, ngapain kamu pakai seragam sekolah? Seharusnya kamu itu membusuk dipenjara" Ucap Dion ayahnya Artha dengan lantang.
Hinaan demi hinaan diterima Artha, hatinya begitu perih mendengar kata-kata kasar dari keluarga nya. Artha yang ingin membela dirinya dengan ucapan, ternyata langsung dipotong adiknya.
"Kakak macam apa kau,yang membunuh adiknya sendiri? Pergi kau dari sini aku tidak tahan melihat seorang pembunuh" Ucap Kanaya dengan emosi.
Tanpa sadar setetes air bening keluar dari mata Artha, ya Artha menangis. Sekeras apapun dia menahan air matanya, tetap saja jika orang sudah terluka dan tidak mampu melampiaskan nya maka air mata lah yang keluar. Artha segera pergi dari rumah itu tanpa berpamitan kepada kedua orangtuanya. Artha berlari menuju sekolahnya. Setelah kejadian itu Artha tidak diperbolehkan memakai fasilitas keluarga nya.
🍁🍁🍁🍁🍁
Hai semua 👋👋
Gimana kabarnya? Semoga sehat yah✌️Ada yang penasaran tidak nih dengan ceritanya? Kita lanjut lagi nanti 🙏🙏
Jangan lupa vote and komen yah!😌🌝
Maaf kalo ada kata yang kurang menyenangkan, typo sedang bertebaran jadi mohon maaf apabila banyak sekali typo🤣🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
"Notes in a diary"
Teen FictionBuku harian adalah tempat ku mengaduh, semua yang terjadi padaku tercatat dalam buku harian ku. Buku berwarna biru laut, berbentuk hati yang retak merupakan sesuatu yang berharga bagi ku. Begitu banyak curahan hati dalamnya, kejadian demi kejadian...