"Tidak perlu membenci saya, saya bahkan telah membenci diri saya sendiri"|| Artha
🍁✍️🍁
Lagi-lagi aku lelah, aku pengen nyerah aku capek. Sungguh dunia begitu kejam aku gak kuat.
Jika bisa memilih aku benar-benar tidak ingin di lahirkan ke dunia ini, aku pengen pergi jauh. Dimana tidak ada seorang pun yang mengenali ku.
Tapi itu hanya hayalan semata, kini aku harus kembali ke kenyataan bahwa sebenarnya aku adalah orang yang tidak pernah diinginkan di dunia ini.
______________________________________"Ahhh hari ini sungguh lelah, aku pengen istirahat sejenak dikamar ku" ucap ku selesai pulang sekolah.
Aku tertidur dalam kamar ku, sungguh hari ini begitu melelahkan. Hari mulai sore, aku melihat jam dan ternyata sudah pukul 17.00 aku tertidur selama 3 jam tapi tetap saja aku masih ingin istirahat.
"Ahhh udh sore ternyata, kenapa setelah istirahat badan ku masih terasa capek yah? Apa aku begitu lemah jadi cewek?" Ucap ku pada pantulan diri ku di kaca.
"Ahh aku lupa bukan badan ku yang capek tapi mental ku" sambung ku diiringi tawa kecil melihat diriku yang begitu kacau.
"Ahh aku lupa tugas sekolah ku masih banyak yang harus dikerjakan. Aku harus menyelesaikan semua nya satu-persatu. Jika tidak aku bisa di hukum lagi" ucap ku merutuki diriku yang begitu bodoh.
Aku melihat begitu banyak tumpukan buku di meja ku, sungguh hari yang melelahkan. Aku membersihkan satu persatu bukunya, mata ku tertuju pada sebuah kembar foto.
Aku tersenyum melihat foto itu, disitu ada aku, dan dua adek kembar ku. Kami tersenyum manis seraya memegang gula kapas. Itu semua hanya kenangan masa lalu, andai aku bisa mengulang itu semua. Andai kejadian menyedihkan itu tidak terjadi. Mungkin semuanya akan baik-baik saja tapi itu semua hanya andaian.
Memejamkan mata perlahan,lalu menarik nafas dalam itu adalah cara ku menguatkan diri. Aku tersenyum tipis bagaimana dunia begitu tidak adilnya dengan ku.
***
Tiga hari sudah berlalu kini ayah, ibu dan adik ku akan pulang. Aku senang bisa melihat mereka lagi. Namun tidak bisa dibohongin aku juga takut melihat mereka. Sungguh saat ada keluarga ku rumah ini terasa panas bagiku.
"Hmmm hari ini ayah, ibu, dan adik akan pulang. Sebaiknya aku masak untuk mereka, mereka pasti capek" ucap ku begitu tulus dan memilih ke dapur untuk menyiapkan semuanya.
"Ehh non Artha ngapain disini? Biar bobok aja yang masak non" ucap wanita paruh baya mengambil ahli atas apa yang aku pegang.
"Hmm, tidak perlu saya bisa sendiri bi. Apa salahnya jika saya ingin memasak untuk keluarga saya" tanya ku dengan ekspresi datar.
"Baik lah non, terserah non saja. Jika butuh sesuatu kabarin bibi yah" ucap wanita paruh baya itu sembari tersenyum ke arah ku.
"Hmmm"
Aku menyiapkan semuanya, sup kepiting dengan ayam kecap buatan ku. Sungguh aku tidak sabar menanti mereka pulang. Harapan ku cuman satu semoga mereka suka.
Setelah aku selesai menata makanan di meja makan. Aku segera berlari menuju kamar ku untuk mandi membersihkan diri.
Kemudian setelah aku selesai mandi tiba-tiba terdengar suara mobil yang baru saja berhenti. Aku melihat dari balkon kamarku dan ternyata aku benar itu adalah mobil ayah ku yang dua Minggu kemarin baru dibelinya.
Aku segera berlari membuka pintu untuk mereka. Aku menyalim tangan kedua orang tuaku namun bukannya disambut balik malah aku dapat perlakuan buruk.
"Ngapain kamu pegang-pegang tangan saya? Yang ada tangan saya kotor dipegang oleh pembunuh seperti mu" ucap seorang wanita paruh baya yang tetap masih terlihat cantik dan terawat.
"Awww sakit yah, kenapa ayah mendorong ku hingga ku terjatuh?" tanya ku berusaha bangkit.
"Kenapa tidak terima? Pembunuh emang cocok disitu. Gk pantas berdiri di samping kami" ucap seorang pria yang mulai kelihatan tua.
"Udah cepat bawakan koper kami semua" ucap kedua orang tuaku berlalu meninggalkan ku sendiri.
'awwww'
"Sakit, hiks" ucap ku menetap adik ku kesal.
'Upsss'
Ucapnya diiringi tawa, "maaf aku sengaja, lagain itu tidak ada apa-apanya dengan kematian Rahayu" ucapnya lalu berlalu pergi.
Aku hanya tersenyum tipis dan berkata dalam hati 'mereka tidak bersalah, Allah hanya meminjam raga mereka untuk menguji ku. Mendidik ku agar aku lebih baik lagi, pasti semuanya akan berlalu' aku mengangkat semua koper dengan kesusahan.
"Kanaya sayang turun, kamu sudah capek makan dulu" ucap Helena yang merupakan ibu kami berdua. Aku hanya tersenyum mendengar itu, sudah lama aku tidak merasakan nya. Semoga suatu saat nanti semuanya kembali membaik.
Makan malam telah tiba. Aku sengaja bergabung dengan mereka, mereka terlihat seperti keluarga sedangkan aku? Aku tidak dianggap sama sekali.
"Bibi makanannya enak besok buat lagi" ucap Dion yang merupakan ayahku.
"Ta-ta-tapi nyonya itu" ucap bibi hampir saja keceplosan.
"Tapi apa bi?" Tanya Kanaya padanya.
"Tidak ada non besok saya buatkan lagi deh" ucap bibi diiringi senyum manisnya.
"Aku ke kamar duluan ma, pa" ucap Kanaya bangkit menuju kamarnya di atas.
Makan malam telah selesai, semua nya sudah dirapikan. Aku menghampiri bibi sekalian mengambil air agar tidak perlu tengah malam keluar kamar ke dapur.
"Bibi" ucap ku pelan.
"Iya non? Ada yang bisa bibi bantu?" Balas bibi itu tersenyum dengan tulus padaku.
"Hmmm. Tidak ada Bu, saya hanya ingin mengucapkan terimakasih. Makasih karena bibi sudah bantu saya" ucap ku tersenyum.
"Tidak masalah non, tapi seharusnya masakan itu pujiannya untuk kamu, tapi malau dikasih ke bibi deh" ucap bibi tertawa.
"Iya bi, jangan bilang siapapun yah bi, saya duluan sudah ngantuk" ucap ku tersenyum.
"Iya sama-sama non, selamat malam non" ucap bibi itu tersenyum padaku.
"Hmmm" ucap ku menanggapi.
Malam menerpa diri ku, menyalurkan angin malam. Aku biarkan angin masuk begitu saja kedalam tubuh ku. Sungguh rasanya begitu tenang saat bisa merasakan kenyamanan tanpa harus ada yang menganggu.
"Terimakasih Allah buat hari ini, terimakasih sudah menguatkan diriku. Aku tidak akan berhenti sebelum aku menjadi kupu-kupu. Aku pasti mampu menjadi kupu-kupu, yang setelah dijatuhkan berkali-kali mampu bangkit, dan terbang begitu tinggi" tulis ku dalam sebuah buku diary.
"Tidak boleh lemah, aku kuat semangat diriku" ucap ku mengusap cairan bening yang keluar dari mataku.
Aku menutup jendela balkon, membersihkan diri lalu pergi menuju tempat tidur. Membiarkan diriku terlelap dalam kegelapan malam tanpa ada sebuah cahaya yang menemani ku. Segelap itulah hidupku semenjak perlahan semua masalah datang menimpa ku secara berturut-turut.
______________________________________
Hai semua nya, gimana kabarnya baik kan? Maaf yah jarang update, dimana pun kalian berada aku kirim salam 🤗
Jangan berhenti berjuang yah. Selama kita hidup kita harus berjuang hingga menuju finish kehidupan 🍂
"Orang kuat adalah orang yang mau bangkit walau diterjang badai berkali-kali" - Tata.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Notes in a diary"
Teen FictionBuku harian adalah tempat ku mengaduh, semua yang terjadi padaku tercatat dalam buku harian ku. Buku berwarna biru laut, berbentuk hati yang retak merupakan sesuatu yang berharga bagi ku. Begitu banyak curahan hati dalamnya, kejadian demi kejadian...