"Hanya karena kamu lebih baik dalam beberapa hal bukan berarti kamu bisa merendahkan orang lain"|| Artha
🍁🍁🍁🍁🍁
"Keluar kamu dari rumah saya pembunuh" ucap seorang pria dengan nada membentak yang tidak lain adalah ayah Artha.
"Tidak ada yang bisa keluarga ini banggakan dari kamu. Kenapa kamu masih disini keluar saya bilang. Saya tidak sudi menjadi ayah mu" ucap Dion mendorong Artha hingga kepalanya terbentur ke dinding.
Sakit, itu sudah pasti. Siapa yang tidak sakit diperlakukan begitu oleh orang yang dulu sangat menjaganya.
"Pergi kamu dari sini anak sialan !! Saya menyesal telah melahirkan kamu ke dunia ini" ucap Helena emosi, ia masih belum bisa menerima anaknya mati karena Artha. Walau hatinya sesak ketika berkata begitu bagaimanapun Artha tetap anaknya.
"Gak ada malunya yah kamu jadi cewek? Udh disuruh pergi masih disini. Gak usah nangis, air mata buaya lu gak mampan disini" ucap Kanaya.
"Stop, saya tidak membunuh Rahayu. Tidak ada seorang kakak yang tega membunuh adik kandungnya" ucap Artha dengan tubuh gemetar menahan sesak di dada.
"Hahahaha, tapi buktinya kamu, kamu seorang pembunuh. Saya membenci kamu Arthaa" ucap Gideon kini amarah nya sudah tidak bisa ia kendalikan.
Artha sudah tidak tahan lagi akan sesak di dadanya. Kini dunianya benar - benar hancur. Artha pergi meninggalkan rumah itu, tujuannya hanya satu yaitu rumah sahabatnya.
"Naylaaaa" panggil Artha di depan gerbang. Dan keluar lah seorang ibu, iya ibu itu adalah pembantu di rumah Nayla. Nayla tinggal sendiri,orang tua nya diluar negeri, ia diurus oleh bibinya yang bernama bibi Ita.
"Bibi, Nayla nya ada di rumah?" Ucap Artha dengan sopan.
"Ada non, nona Nayla sedang mandi" ucap bibi mempersilahkan Artha masuk.
Tiba-tiba datang seorang perempuan dengan celana pendek dipadukan tentop hitam, dan rambut yang dibalut oleh handuk, menambah kesan mempesona bagi siapa saja yang melihatnya.
"Mau apa lu dirumah gue" ucap Nayla malas.
"Nayla, sejak kapan kamu menggunakan kata lu gue di hubungan persahabatan kita?" Ucap Artha kaget mendengar nya.
"Gak usah pura-pura pembunuh, kenapa lu kaget? Lu itu pembunuh kan? Adik lu udah cerita semuanya ke gue. Jadi gue udah tau siapa lu sebenarnya" ucap Nayla dengan senyum sinis nya.
Bagaikan pisau yang menancap dihati Artha, lagi - lagi dia dikecewakan. Artha terdiam mematung lemas, dunianya hancur. Artha mencoba bangkit, dia tidak tahu harus kemana lagi.
"Makasih udah pernah menjadi sahabat saya, jika suatu saat kamu mengetahui rahasia besar, aku berharap kamu tidak menyesal melakukan ini. Aku sudah memaafkan mu Nayla, makasih buat semua kenangan yg kita jalani. Semoga kita seperti dulu" ucap Artha dengan terbata - bata, diiringi air mata Artha melangkah keluar dari perkarang an rumah Nayla. Nayla merasakan ada hal yang aneh dihatinya, ucapan Artha yang terakhir membuatnya cemas. Tapi Nayla berusaha untuk tidak memikirkan hal itu.
______________________________________
Di tengah hari yang mulai menjelang malam artha berjalan sendiri. Di sepanjang jalan ia hanya termenung. Artha berniat pulang pada malam hari. Namun ia bertemu dengan seorang pria, yang tergeletak dipinggir jalan dengan darah di bagian kepalanya.
"Mas bangun, mas tidak apa-apa kan?" Ucap Artha dengan polos. Artha melepas helem cowok tersebut dan seketika Artha termenung melihat wajah tampan cowok tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Notes in a diary"
Teen FictionBuku harian adalah tempat ku mengaduh, semua yang terjadi padaku tercatat dalam buku harian ku. Buku berwarna biru laut, berbentuk hati yang retak merupakan sesuatu yang berharga bagi ku. Begitu banyak curahan hati dalamnya, kejadian demi kejadian...