ATLAN_03

55 28 17
                                    


~Happy Reading~

3. Ide jahil

Tepat jam 4 sore, mobil Vano memasuki perkarangan rumah mereka dan mematikan mesin mobil. Tapi mereka tetap terdiam di dalam mobil tanpa mengeluarkan sepatah kata.

Bukan.

Hindi bukannya marah. Hanya saja Hindi memikirkan sesuatu. Sesuatu apa yang akan dilakukan saat bertemu Dion-Papanya nantinya.

Apa Hindi harus memeluknya? Menangis di dekapannya? Atau sebaliknya? Tetapi teringat masalalu, dimana Dion malah melarikan diri dan menghilang tanpa kabar. Dan sekarang malah muncul menampakkan diri. Membuat Hindi kembali menyuruh otaknya berpikir.

"Bang." Vano menoleh pada Hindi.

"Terus... Sekarang dia dimana?" tanya Hindi pelan pada Vano.

Seakan tau maksud pertanyaan yang dilontarkan Hindi. Vano sekilas melirik Hindi lalu menatap lurus ke depan, "Gue enggak tau, kemarin gue nerima panggilan nomor enggak dikenal. Dia bilang 'Delvano,.... Gimana kabar kamu dan Hindi? Kalian baik kan? Papa minta maaf banget. Papa sangat salah disini. Maaf, maafin Papa'. Gue sempat kaget. Setelah gue denger suaranya, gue yakin dan pasti Papa." jawab Vano dengan tenang.

"Bang. Gue enggak tau harus gimana. Apa gue harus bahagia dan menyambutnya? Atau gimana bang? Di satu sisi gue kangen dan ingin memeluk Papa, tapi disisi lain gue masih kecewa sama Papa." ucap Hindi lesu tidak tau apa yang harus dia lakukan.

Vano menyentuh bahu Hindi, "Gue juga sama Hindi, banget malahan tapi kita enggak boleh egois. Kita perlu penjelasan dari Papa. Kenapa Papa begitu saat 2 tahun lalu." ujar Vano menasehati sebagai yang lebih dewasa.

Hindi menghela napas. "Gue masuk dulu." Hindi membuka pintu mobil dan bangkit dari duduknya.

"Iya, lo aja dulu. Gue ada urusan bentar."

"Loh, lo kemana lagi bang?"

"Ada urusan kantor yang gue tunda tadi." ucap Vano

"Oh gitu. Hmm.. Gue nitip sate ya." sahut Hindi antusias dengan mengedip-ngedipkan mata ke Vano.

"Liat aja nanti kalo ada. Tapi kalo enggak ada bekasnya mau?!"

"Ya kali lo ngasih adek lo sendiri bekas. Gue doa in lo enggak dapet pacar tau rasa lo" ucap Hindi kesal.

"Adek laknat lo ya. Ya udah tunggu aja. Gue pergi dulu." ucap Vano seraya menghidupkan kembali mesin mobilnya. Dibalas anggukan oleh Hindi.

🌀🌀🌀

"Atlan" panggil Dendra ketika Atlan baru ingin menaiki tangga menuju kamarnya.

Atlan menoleh ke arah sumber suara, "Ada apa Pa?" menunggu lanjutan apa yang diucapkan sang Papa.

"Apa Briga sering kembali?"

"Untuk sekarang enggak ada pa, tapi enggak tau kedepannya gimana"

"Maafin papa, Papa enggak tau ini akan terjadi pada kamu. Papa belum bisa mengurus keluarga kita. Hingga nyawa Mama kamu jadi korbannya." ujar Dendra sesal dengan wajah tertunduk.

Atlan menghela napas kasar, ucapan Dendra baru saja seperti menyentil dirinya. Dirinya juga ikut merasa bersalah sebab kejadian itu dirinya terlibat. Karena permusuhan antara geng motornya dengan geng motor Virgos. Saat itu Atlan sangat menyesalinya tapi setelah mendengar lebih dalam ternyata itu juga konspirasi untuk menghancurkan keluarga Manggala.

ATLAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang