Tujuh: Invitation From Ex

459 112 18
                                    

Now playing: Blind To You - Aimer

***

"Tau apa yang paling berbahaya dari cinta bertepuk sebelah tangan? Ketika kekasihmu masih mencintai masa lalunya."

***

"Loh Syahla ada apa?"

Airin tersenyum ramah, ketika mendapati orang yang menghampirinya ke kelas adalah Syahla. Kelasnya yang sedang ribut memutuskan konsep drama untuk tugas praktek seni mereka, membuat Airin terpaksa harus keluar agar tak terganggu. "Proposal buat kunjungan pertama di semester ini udah selesai?"

"Bukan kak, aku cuman mau ngasihin ini."

Sebuah undangan berwarna hijau toska dipadu warna silver diberikan kepada Airin. Membaca tulisan di bagian depan, sebelum Airin mengangguk paham. Sebuah undangan ulang tahun. "Wah kamu ada permintaan mau ku kadoin apa?"

"Apa aja kak, kakak datang aja aku udah senang kok." Syahla kemudian melirik-lirik kelas sebelah. Kelas dimana Illio berada. "Anak kelasnya Kak Illio kemana ya Kak?"

"Setauku lagi praktek di lab sih, kalau pelajarannya dijeda istirahat gini memang biasa ambil jam istirahat. Nanti sebelum ganti pelajaran baru mereka istirahatnya," jelas Airin sempat melihat anak-anak kelas sebelah berjalan menuju lab sembari membawa peralatan praktek mereka. Di tangan Syahla ada beberapa undangan, dan pasti salah satunya untuk Illio. "Apa mau nitip aku aja undangan buat anak kelas sebelah?"

Ekspresi wajah Syahla sedikit kaget, ia nampak gugup merasa ketahuan melirik-lirik kelas Illio yang tertutup rapat. Merasa tidak enak, karena bagaimanapun di depannya ini bukan sekedar ketua organisasi Putra Putri Sekolah yang menaunginya. Namun, juga pacar mantannya saat ini. Illio. "Kalau kakak nggak keberatan, titip undangan buat anak kelas Kak Illio ya," pinta Syahla memberi beberapa undangan kepada Airin. Permen mint yang semula digenggamnya, bergegas ia masukkan kembali ke dalam saku rok.

"Syahla," panggil Airin tenang, membuat Syahla yang sedaritadi menghindari bersitatap mau tak mau memfokuskan pandang ke Airin. Entah Airin harus bersyukur atau tidak karena posisi kelasnya yang berada di ujung, sehingga tak banyak murid yang lewat. Ia menatap kesekeliling memastikan tak ada siapapun yang mendengar pembicaraan mereka, lantas menghela napas.

"Kamu sebenarnya nggak pernah selingkuh dari Illio kan?"

***

"Kok bisa jatuh dari motor?"

Suara Illio yang sedikit mengeras, sukses membuat teman sekelasnya menoleh. Beberapa dari mereka yang hendak pulang, sempat terhenti untuk sekedar melihat ekspresi panik sang ketos. Rehan dan Haikal yang asyik bercanda pun spontan mengatupkan bibir mendengar sentakan Illio.

"Nggak tau, tiba-tiba ada motor nyerempet. Terus Kak Rayna otomatis ngehindarkan, cuman karena badanku tinggi malah jadi nggak seimbang motornya terus jatuh deh. Tapi Mbak Rayna langsung lepas stang biar nggak ikut keseret. Keren loh Mas, Mbak Rayna akrobat."

"Hanan ini bukan waktunya untuk bercanda." Illio berucap dingin, bisa-bisanya Hanan bercanda ketika Illio panik setengah mati ketika dapat kabar kedua saudaranya itu kecelakaan saat mau pulang sekolah. Hening di ujung sana, Hanan tak berucap apa-apa. Mungkin kaget karena dimarahin Illio seperti tadi.

"Lo ngomong apa sih, sampai Hanan diam gitu?"

Suara Rayna terdengar kemudian, nada bicaranya terdengar tenang membuat perasaan Illio sedikit melega. "Lo berdua nggak papa kan?"

A+ [JUM'AT - SABTU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang