Sembilan: Let's Break Up

406 101 43
                                    

Now Playing: Fine - Taeyeon

***

"Jangan pernah mencintai seseorang melebih cintamu untuk diri sendiri. Sebab dengan cara itu kamu akan tau, kapan waktu yang tepat untuk meninggalkan sesuatu sebelum menyakiti hati."

***

Illio menatap deretan buku novel di depannya dengan dahi mengernyit bingung. Kebingungan memilih buku mana yang bisa ia jadikan hadiah untuk Syahla. Ia tau mantannya itu begitu menyukai buku dari jenis apapun. Mulai dari novel, komik hingga buku-buku konspirasi yang biasanya jarang seorang perempuan baca.

Di hadapkan pada puluhan judul, alih-alih membuat Illio mudah memilih justru membuatnya semakin bingung. Ia jelas tak mungkin memilih novel karangan Rayna, meski buku itu berada di rak buku terlaris. Pasti mantannya sudah membeli sendiri buku itu, di hari pertama buku Rayna terbit.

Mata Illio tanpa sadar teralih kepada deretan novel yang sepertinya sebuah serial dengan gambar sampul yang cukup unik. Mudah baginya menebak buku tersebut salah satu buku fantasi. Bukan hanya itu, ia yakin betul pernah melihat Syahla membaca salah satu buku dari serial tersebut.

Baru saja tangan Illio hendak meraih buku tersebut, sudah ada tangan lain yang mengambilnya lebih cepat. Spontan Illio menoleh, lantas memasang ekspresi sama terkejutnya dengan orang tersebut. "Vina?"

"Loh Yo, kebetulan banget ketemu kita." Vina menyapanya dengan riang, tak menyangka akan bertemu dengan kembaran sang sahabat di toko buku seperti ini. "Ikutin serial ini juga?"

"Nggak juga sih, rencananya gue mau beli buat kado," sanggah Illio seraya mengambil buku lain dengan judul sama.

"Buku buat kado? Lo yakin orangnya ikutin serial ini?" tanya Vina sedikit tidak yakin akan pilihan hadiah Illio. "Memangnya buat siapa?"

"Syahla, gue sempat liat dia baca salah satu serial ini sih." Illio menunjuk satu novel bersampul merah marun yang sempat dilihatnya dulu ketika masih bersama Syahla.

"Oh hadiah buat mantan ya?" gumam Vina mengangguk paham. Masih ingat sosok Syahla yang beberapa kali muncul di akun sosial media kembaran Rayna itu.

"Dia ulang tahun, gue nggak-"

"Tenang aja, gue nggak mikir yang aneh-aneh kok." Vina tersenyum kecil, memotong ucapan Illio yang sepertinya panik sekali. Takut seseorang berpikiran aneh, tentang dia yang mencari sendiri kado untuk sang mantan ketika ia sudah punya pacar. "Tapi kalau gue bisa kasih lo saran, lebih baik hadiahnya jangan buku."

Tangan Vina bergerak mengetikkan sesuatu pada ponselnya sebelum memberi kode pada pemuda itu untuk mengikutinya. Berjalan menuju sisi lain toko, tempat dimana mereka menawarkan hal-hal lain selain buku. "Dianya suka apa? Atau mungkin hobinya?"

"Melukis?" jawab Illio sedikit ragu, sukses membuat Vina jadi menoleh kearahnya lantas tertawa meledek. Sukses membuat Illio mengubah ekspresinya menjadi datar. "Apa kenapa ngeledek gitu mukanya?"

"Sekarang gue ngerti, kenapa Rayna sering banget ngeluh belakangan ini soal hubungan lo. Gimana ceritanya sih lo nggak tau hobi mantan sendiri, padahal pacaran 1 tahun. Jangan-jangan sama Airin lo juga nggak tau apa-apa lagi."

Perkataan itu membuat Illio bungkam, tak bisa mengelak kalau ucapan Vina benar adanya. Baru seminggu yang lalu, ia melupakan ulang tahun Airin dan terburu-buru menyiapkan hadiahnya. Ia bahkan tak tau apa Airin cukup puas diberi hadiah berupa snack box semata. Illio berjengit kaget ketika secara tiba-tiba Vina menghentikan langkahnya. Tepat di deretan alat-alat lukis. Sahabat kembarannya sejak SD itu sudah menatap deretan cat di depannya dengan penuh minat.

A+ [JUM'AT - SABTU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang