20. Persaingan

493 75 3
                                    

Baby Alisha baru saja memasuki ruangan kelas saat Zayn, teman satu kelasnya menghampiri bangku tempat dimana dia duduk. "Baby Al, lo dipanggil kepala sekolah."

Baby Alisha menautkan alis menjadi satu. Tanpa berkata apa-apa ia berbalik dan berjalan menuju ruang kepala sekolah. Saat sampai di ruang kepsek, Alya dan Alveno sudah duduk berdampingan di depan Pak Suryo, kepala sekolah SD Brawijaya.

"Selamat pagi, Pak," saps Baby Alisha di ambang pintu.

"Silahkan masuk, Baby Alisha." Pak Suryo menurunkan kacamatanya dan menatap dalam gadis berambut panjang itu.

Baby Alisha melangkah masuk, menatap Alya dan Alveno secara bergantian dan tanpa mengatakan apa-apa dia duduk di sebelah Alveno dengan menggeser Alya tanp permisi yang sedari awal duduk di sebelah anak laki-laki itu. Alya bergeming, begitu juga dengan Alveno.

"Terima kasih kalian sudah datang," kata Pak Suryo mengawali. "Seperti yang kalian tahu, seminggu lagi lomba cerdas cermat akan dilaksanakan. Bapak berharap kalian sudah mempersiapkan diri kalian masing-masing. Alya, Alveno dan Baby Alisha ... kalian adalah harapan sekolah saat ini. Semoga tahun ini kita bisa menyabet juara satu lagi seperti dua tahun terakhir. Pesan bapak, tingkatkan kemampuan kalian dengan belajar lebih banyak karena kalian hanya punya waktu satu minghu lagi untuk persiapan."

Ketiga murid itu hanya mengangguk-anggguk mengiyakan tanpa bersuara. Alya meski duduk di samping Baby Alisha tak merasa gugup bahkan Alya merasa ada yang lain, kehangatan menyusuri hatinya. Apa ini karena ada Alveno yang juga duduk di dekatnya walau  terhalang Baby Alisha? Entahlah, Alya tak mengerti. Alya bahkan tak pernah memikirkan anak lelaki itu dalam hari-harinya. Ia terlalu sibuk dengan mengurus adik kecilnya, Alma.

Pak Suryo memandang satu-satu murid-murid itu lalu melanjutkan, "Jika kalian masih ada kesulitan dan ingin menanyakan sesuatu atau bahkan perlu bantuan, silahkan hubungi wali kelas kalian terlebih dahulu. Bapak berharap kalian bisa menjadi tim yang bisa bekerjasama dengan baik. Sebelum bapak akhiri, apa ada pertanyaan dari kalian?"

"Tidak, Pak!" jawab ketiga anak itu datar dan hampir berbarengan.

"Baiklah kalau begitu. Semoga kalian sukses membawa nama baik sekolah ini lagi dan kembali mengharumkannya tahun ini. Akhir kata, bapak ucapkan terima kasih atas dedikasi kalian kepada SD Brawijaya ini. Sekarang kalian boleh kembali ke kelas kalian masing-masing. Untuk Alveno jangan pergi dulu, bapak masih masih mau ngomong sama kamu," pungkas Pak Suryo mengakhiri percakapan.

Alya dan Baby Alisha lalu berpamitan dan beranjak pergi dari ruangan itu.

🥀

"Alya, tunggu!" cegat Baby Alisha menghalangi langkah Alya saat mereka sudah sedikit menjauh dari ruangan kepala sekolah.

"Ada apa lagi, Baby Al?" sorot Alya menatap Baby Alisha yang merentangkan kedua tangan guna menghalangi langkah Alya.

"Kita harus bicara," ucap Baby Alisha sengit.

"Tak ada yang perlu dibicarakan diantara kita." Alya membalas pelan dengan menepis satu tangan Baby Alisha, namun gadis itu malah menegang dan makin menghalangi Alya. "Biarin gue lewat, aku mohon."

"Enak saja! Lo pikir gue bakalan gitu aja ngelepasin lo? Mimpi lo, Al!" gadis berkuncir ekor kuda itu tersenyum sinis menatap Alya yang mulai sedikit beringsut menghindarinya.

"Mau lo apa sih?"

"Mau gue apa? Lo 'kan udah tahu sendiri! Gue mau kalo lo ngundurin diri dari kegiatan cerdas cermat itu! Kok lo masih ikut? Lo masih ada waktu buat ngundurin diri dan nggak perlu ikut kegiatan itu. Jangan sampai habis kesabaran gue, Al!"

"Gue sudah memohon pada Pak Suryo agar gue nggak ikut dalam acara cerdas cermat itu tapi beliau menolak keinginan gue. Kalo lo nggak percaya, lo tanya saja sama Pak Suryo sendiri."

Baby Al melotot tajam, jawaban Alya membuatnya bungkam sesaat. "Lo berani merintah gue sekarang? Bisa apa sih loh?" rahang gadis kecil itu menegang menahan marah.

"Gue bukan merintah lo. Kalo lo emang punya nyali, lo tanya aja langsung pada Pak Suryo. Kalo perlu lo bilang saja sama beliau kalo gue mau mengundurkan diri. Itu pun kalo berani."

"Lo ...." Baby Alisha mengangkat tangannya ke udara, sedetik sebelum tangannya menampar pipi Alya sebuah tangan lain mencekal erat tangannya.

"Apa-apaan ini!" Alveno berdiri menatap tajam netra Baby Alisha. Alya yang sudah memalingkan wajah ke arah lain untuk menghindari tamparan Baby Alisha sedikit terkesiap mendengar suara itu.

"Lo lagi! Lo selalu ngehalangin gue! Lo maunya apa sih?" Baby Alisha menarik kasar tangannya dan mengusapnya dengan satu tangan yang lain. Gadis itu mendecih.

"Lo yang maunya apa?" tanya Alveno dengan nada lebih tinggi dari tekanan suara Baby Alisha. " Sudah terlalu sering lo berbuat kayak gini sama Alya. Emang dia salah apa sih ama lo sampe lo segitu bencinya ama dia."

Alya mendengus kasar. "Lo nggak perlu tahu urusan gue ama dia apa atau kenapa gue selalu berurusan ama dia. Lo urus saja dirimu sendiri!"

"Baby Al ..." Alveno menjeda kalimatnya, menoleh pada Alya yang masih berdiri mematung. "Kita adalah satu tim untuk saat ini. Bagaimana kita bisa memenangkan lomba cerdas cermat itu kalau kelakuan lo kayak gini sama partnermu sendiri. Lo mikir nggak sih?"

"Nggak usah menggurui gue, Alveno! Gue tahu dengan apa yang gue lakukan. Dan gue kayaknya nggak akan pernah bisa berpartner sama gadis miskin ini!" sengit Baby Alisha yang beberapa detik berikutnya tersadar dengan apa yang barusan ia ucapkan. Gadis miskin, bukannya ia juga seperti itu sekarang? Dia mungkin bahkan lebih miskin dari orang yang sudah dihinanya.

"Cukup, Baby Alisha! Lo sudah keterlaluan!" Alveno benar-benar kesal dengan ucapan Baby Alisha. Wajahnya memerah menahan marah. Rahang anak itu mengejang. Buku-buku tangannya merapat. Alya sendiri masih bergeming dengan mata berkaca-kaca.

"Emang kenapa? Lo berani sama gue, hah?" Baby Alisha seakan sengaja menantang Alveno. Gadis itu membusungkan dada dan mencetak senyum tipis.

"Kalo lo berani sekali lagi menyentuh Alya, lo bakal tahu sendiri akibatnya. Lo akan berhadapan sama gue!"

"Alveno ... Alveno, berani lo ngancsm gue?" Baby Alisha bertepuk tangan beberapa kali seolah mengejek ancaman Alveno. "Lo mau kalo satu sekolah tahu semua rahasia hidup lo, hah? Lo pikir gue nggak tahu siapa lo!"

"Apa maksud lo, Baby Alisha?" Alveno membulatkan matanya sempurna.

"Sudahlah, Al. Jangan diladeni," kata Alya pelan berusaha meredam emosi Alveno. Pipi gadis itu sudah basah dengan airmata. Alveno tak mengindahkan apa yang dikatakan Alya. Anak lelaki itu benar-benar dikuasai oleh emosi.

"Katakan, maksud lo apa, Baby Al?" tanya Alveno mengulangi lagi ucapannya.

"Lo pikir gue nggak tahu. LO 'KAN CUMAN COWOK PENYAKITAN DARI KELUARGA YANG BERANTAKAN!" cecar Baby Alisha seraya menyeringai sinis.

🥀

Assalamualaikum...

Bikin emosi ga chapter ini?

Baby Al kok tahu tentang Alveno ya? Ternyata ada udang dibalik rempeyek nih😂

Jangan lupa tinggalin vote dan komen kalian ya❤

Wassalam

DS. Yadi

Ratap (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang