Di tempat lain, di sebuah bar yang sudah dipenuhi pengunjung, Fani duduk di pojokan seorang diri dengan sebotol anggur putih di atas meja. Sekali-kali perempuan itu menenggak minumannya meski kepalanya sudah terasa berat. Beberapa lelaki muda dengan tampilan rapi menyapa Fani sekedar untuk berbasa-basi namun perempuan itu tak mengindahkannya. Pikirannya sedang kacau. Kesulitan finansial yang dirasakan hari-hari belakangan ini membuatnya sering merasakan sakit kepala dan tekanan yang luar biasa. Fani belum siap untuk menghadapi semua itu. Satu-satunya jalan untuk melupakan segenap masalah yang adalah dengan mengkonsumsi minuman beralkohol, dengan begitu Fani bisa melupakan sejenak semua masalah dan beban hidupnya.
"Mas, toilet sebelah mana?" tanya Fani pada seorang pelayan berseragam putih dan biru dongker sambil memegang kepalanya yang berdenyut.
"Dari sini lurus saja, setelah itu belok ke kanan. Toiletnya ada di basement bar ini," jelas pelayan tadi lalu beranjak untuk melayani tamu-tamu yang lain.
Fani berdiri, berjalan tertatih-tatih menuju arah yang ditunjuk pelayan tadi. Beberapa laki-laki berusaha untuk menawarkan pertolongan namun Fani menolaknya. Setelah menerobos kerumunan pengunjung yang mulai berjejal di bar itu, Fani menapakkan kaki di tangga menuju basement bar. Di ujung tangga sebuah lorong panjang dengan penerangan temaram tampak lengang. Fani melangkahkan kakinya pelan sambil memegangi kepalanya yang lagi-lagi berdenyut.
Sebuah pintu dengan tanda "private only" dilewati Fani sebelum sampai di toilet yang ia tuju. Perempuan itu kini berdiri di depan wastafel dengan cermin yang cukup besar. Fani tersenyum getir menatap pantulan bayangannya, lalu mengeluarkan sebuah lipstik dari tas kecil yang ditentengnya. Perempuan itu lalu memoles bibir tipisnya.
"Sungguh sial sekali nasibku sekarang," monolognya lalu melangkah masuk ke dalam sebuah toilet dan menguncinya dari dalam.
Ruangan dengan pintu bertulis "private only" adalah sebuah gudang. Berkrat-krat botol bir, botol anggur dan minumal beralkohol lainnya tersusun rapi di sudut ruangan. Beberapa barang yang tak lagi terpakai juga terlihat teronggok di gudang itu. Tiba-tiba saja terdengar sebuah letupan kecil dari salah satu saklar-saklar listrik yang berjajar di dalam gudang itu. Sebuah asap mengepul dan percikan api menyala pelan-pelan. Konsleting yang mendadak itu menyebabkan semua sistem penerangan padam. Para pengunjung bar sontak kaget dan kebingungan.
"Tenang ... tenang semua. Ini mungkin hanya kesalahan tehnis saja," teriak seorang pegawai berusaha menenangkan para pengunjung.
"API! API!"
Seorang laki-laki berteriak kencang saat melihat nyala api yang berasal dari basement.
"KEBAKARAN ... KEBAKARAN!"
Semua pengunjung bar lari pontang-panting menyelamatkan diri mereka masing-masing, beusaha secepat mungkin keluar dari bar. Api yang berkobar dengan cepat menjalar kemana-mana.
Sementara itu Fani belum menyadari bahaya maut yang sedang mengintainya. Perempuan itu masih duduk di toilet dengan memejamkan mata sambil memijit kepalanya yang masih saja berdenyut.
BRAK
Beberapa sisi bagian atap ambrol dan berdebum tepat di depan ruangan kamar mandi. Fani terlonjak kaget dan menyadari keadaan sekarang sedang gelap gulita. Lalu perempuan itu berusaha membuka pintu toilet, namzn sepertinya ada yang mengganjal dari luar hingga pintu itu susah dibuka. Fani berusaha sekuat tenaga mendorongnya, namun pintu itu tak juga bergerak.
"Tolong ... tolong!" teriak Fani meminta tolong, namun tak seorangpun datang membantu.
Uhuk uhuk
Fani terbatuk-batuk saat asap hitam bergulung-gulung masuk ke dalam toilet dan mengepungnya. Hawa tiba-tiba mulai menghangat.
"TOLONG! TOLOOONG!"
Fani berteriak-teriak sejadi-jadinya dan menggedor-gedor pintu dengan sekuat tenaga tapi tak satupun manusia menampakkan batang hidungnya. Kini Fani merasakan suhu ruangan perlahan menjadi panas. Tubuhnya berkeringat, hidungnya perih tak terkira. Asap itu semakin tebal.
BRAK
Dinding salah satu sisi toilet yang terbuat dari bambu ambruk dihantam runtuhan atap. Fani melotot melanga tak percaya, didepannya kini hanya kobaran api menyala siap menelan apa saja. Fani kebingungan tak tahu harus lari kemana. Ia sudah dikepung api, tak ada jalan untuk menyelamatkan diri.
AAAARGH!
Fani menjerit melengking panjang saat sebuah tonggak kayu membara menghantam tubuhnya. Fani roboh, badannya oleng dan tersungkur ke lantai. Kobaran api dengan ganasnya menyambar tubuh Fani dan membakarnya. Perempuan itu menggapai-gapai, semakin lama semakin lemah hingga tubuh itu berkelojot lalu tak bergerak sama sekali.
🥀
Bono membolak-balikkan badan. Sedari tadi kedua matanya tak bisa dipejamkan. Udara di kamar itu terasa panas walau ia sudah menanggalkan baju penjara yang dikenakannya.
Trang trang trang
Suara pentungan sipir penjara mengagetkan Bono. Pria itu langsung terduduk di pinggir ranjang kayu tanpa matras yang setia menemaninya beberapa bulan terakhir.
"Bono, ke sini kamu!" bentak sipir penjara sambil memukul-mukulkan pentungannya lagi ke terali besi penjara.
Bono lalu beranjak dan berjalan mendekati sang sipir penjara. Laki-laki denfan kumis tebal dan wajah beringas itu lalu membisikkan sesuatu ke telinga Bono.
"Tidak ... TIDAAAK!" Bono menjerit tak tertahan. Badannya luruh ke lantai. Laki-laki itu menangis sambil menutupi wajah dengan kedua tangan.
"Maafkan Ayah, Alya. Maafkan Ayah!" ratap Bono meremas rambutnya kasar. "Ayah tahu ayah sudah melakukan kesalahan. Ini semua adalah karma Tuhan buat ayah." Bono sesenggukan lalu meraba pelipis kirinya. Ada bekas luka di sana. Luka yang menjadi saksi kelakuan bejatnya beberapa tahun lalu. Kesalahan masa lalu yang malam ini terulang lagi dan menimpa anak sulungnya.
Bono duduk bersujud, menangis meratapi malam naas sepanjang hidupnya.
"Alya ... Fani!" rintihnya tertahan.
Tuhan tidak pernah tidur. Dia tahu apa yang dilakukan oleh umatnya. Setiap kejadian yang terjadi di masa kini adalah pantulan kejadian masa lalu yang pernah kita lakukan. Menabur kebaikan atau menyiram kejahatan adalah sebuah pilihan kita dalam hidup. Jika kamu ingin mendapatkan kebaikan, maka taburlah kebaikan, niscaya hidupmu juga akan terlihat lebih mudah.
Setiap manusia berhak menentukan jalan mana yang akan dipilih. Jalan yang baik atau jalan yang buruk? Dan setiap pilihan pasti ada pengaruh dan akibatnya. Seperti yang dipilih Fani dan Bono, semua yang mereka lakukan di masa lalu akhirnya menghukum mereka dalam penyesalan yang amat mendalam dan menyakitkan bahkan rasanya berlipat-lipat jauh lebih besar dan lebih menyakitkan dari apa yang sudah dilakukan.
Jadi apa pilihan dalam hidupmu? Jalan yang baik atau jalan yang buruk?
🥀
Assalamualaikum
Siapa yang menanam pasti akan menuai. Pepatah yang menjadi salah satu inspirasi dari ide part ini.
Masih ada 1 extra part lagi, gimana nasib Alma selanjutnya dan nasib cinta Mbok Ina pemilik kantin sekolah pada Bang Udin🤣
Wassalam
DS. Yadi
KAMU SEDANG MEMBACA
Ratap (TAMAT)
Romance"Bunda kan udah bilang, makan makanan yang ada di kolong meja, bukan di atas meja!" Ini kisah anak-anak malang yang memperjuangkan hidup dan kebahagiaan. Tentang bakti seorang anak pada orangtua, tentang persahabatan, dan tentang cinta. Alya Aqwaa V...