51. Akankah Mereka Baikan?

249 38 1
                                    

"Ayahnya ternyata hanya tukang suap."

"Jadi selama ini Alya cuma makan uang haram."

"Nggak pantas anak tukang suap sekolah di sini."

"Nggak tahu malu banget mereka itu."

"Kasihan sekali nasib Alya, sudah tak punya ibu dan sekarang harus kehilangan ayah."

"Mampus di penjaralah ayahnya itu!"

Seharian hanya nada-nada sumbang yang masuk ke telinga Alya. Namun tak sedikit pula yang bersimpati dan memberi support pada Alya. Hari ini Alya benar-benar tak bisa fokus dalam belajar. Seluruh pikirannya tertuju pada sang ayah. Tak heran ketika bel sekolah tanda istirahat berbunyi, Alya langsung melesat keluar kelas, menyusuri koridor-koridor sekolah diiringi tatapan murid-murid sekolah Brawijaya yang semua memandang ke arahnya. Alya berjalan menuju halaman belakang sekolah dan berusaha menenangkan diri di sana. halaman belakang sekolah.

"Masih punya muka lo di sini?"

Alya mendongakkan kepala saat  Baby Alisha sudah berdiri di sampingnya dengan suara ketus miliknya. Alya menutup kedua matanya. "Kenapa ada dia di sini?" ucap Alya dalam hati.

"Heh! Pura-pura tuli lo!" ketus Baby Alisha sekali lagi.

"Maksud lo apa?"

"Pura-pura lagi! Cih!"

"Mau lo apa sih, Baby Al?" tanya Alya pelan, berusaha menahan airmatanya yang sebentar lagi menetes.

"Emang lo ga malu punya orang tua tukang suap? Jangan-jangan orang tua lo korupsi pula!" Nada sinis suara Baby Alisha benar-benar menusuk hati Alya.

"Jaga mulut lo, Baby Alisha! Tega banget lo ngehina orang tua gue seperti itu." Alya mulai menangis. Sindiran dan nyinyiran hampir semua teman-temannya ia dengar hari ini, ditambah lagi dengan perkataan-perkataan tak mengenakkan dari Baby Alisha. Hati dan perasaannya benar-benar terluka. Sakit rasanya.

Baby Alisha tertawa mengejek. "Ya emang bener 'kan semuanya. Di koran dan televisi pun kita semua sudah bisa melihatnya. Jadi nggak ada alasan buat lo untuk mengelak lagi. Semuanya terpampang nyata dan jelas."

"Terus mau lo apa sama gue?" Alya mengusap pipinya yang basah, menatap Baby Alisha yang terlihat makin ketus saja.

"Anak tukang suap nggak pantas sekolah di sini. Kalo gue jadi lo sih, gue mending pindah sekolah. Asli malu gue!" Dengan menyilangkan kedua tangan di depan dada, Baby Alisha mencetak senyum miring penuh kemenangan.

"CUKUP, BABY ALISHA!"

Alveno yang sudah berdiri diantara Alya dan Baby Alisha menatap dua teman sekolahnya itu dengan nanar. Di sampingnya berdiri Nana yang ikut mengepalkan kedua tangannya karena jengkel. "Apa-apaan sih lo, Baby Al? Berani-beraninya lo berkata seperti itu pada Alya!" Nada tinggi ditekankan Alveno pada suaranya.

Baby Alisha tersentak. Ia menoleh pada Alveno dan Nana bergantian. "Oh ... kalian mau main keroyokan sekarang, hah? OK, gue layanin!"

Gadis dengan rambut dikuncir kuda itu sepertinya tak gentar sedikit pun. Malah ambisinya untuk mengolok-olok makin menjadi.

"Sorry, rasanya buang-buang energi kalau berurusan sama anak kayak lo," sengit Nana menimpali.

"Eh lo diam yah! Pengen gue hajar lagi?" tantang Baby Alisha melangkah maju mendekati Nana.

"STOP, HENTIKAN!"

Alveno merentangkan kedua tangannya menghalangi Baby Alisha yang berusaha mendekati Nana dan mulai menyulut emosi mereka. Raut wajah Baby Alisha memerah. Sepertinya gadis itu benar-benar marah sekarang.

Ratap (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang