Tak lama ia merasakan sesuatu yang dingin mengenai pipinya yang sontak membuatnya terkejut.
"Kenapa, Fee? senyum-senyum sendiri, kesambet, lu?" tanya Vano yang datang dengan membawa minuman boba yang dipesan Nafeeza.
"Astaga! ngagetin tau," pekik Nafeeza dengan sambil merampas minuman bobanya.
"Lagian senyum-senyum sendiri. Lagi seneng yah? cerita donk!" bujuk Vano yang tahu pasti sahabatnya sedang bahagia sampai bisa membuatnya tersenyum tidak jelas.
"Senyum itu ibadah, makanya gue senyum. Ya kali gak boleh senyum?" ketusnya.
"Sosis bakarnya mana? Ihh, masa lupa, No?" lanjutnya saat melihat Vano tidak membawa sosis bakar pesanannya.
"Itu, Kantin rame banget, sumpah. Males Gue ngantri lama," ujar Vano dengan cengiran khasnya.
"Nih, kalau gue nyidam, anak gue ileran nih gara-gara gak keturutan makan sosis bakar," ketus Naffeza tetapi masih meminum boba favoritnya.
"Sa aee, Maemunah," ucap Vano sambil mengusap pelan kepala Naveeza hingga membuat rambutnya berantakan.
"Berantakan ihhh, gak cantik lagi ntar. Benerin gih!"
"Iya iya, Tuan Puteri. Padahal berantakan aja masih cantik, tapi kalau dilihat peke sedotan," canda Vano sambil merapikan rambut Nafeeza dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya memegang minuman boba yang sama dengan Nafeeza.
Mereka lanjut dengan berbincang-bincang bahkan sesekali tertawa lepas. Hanya Vano yang bisa membuat Nafeeza tertawa lepas seperti saat ini.
Tanpa meraka sadari ada sepasang mata yang sejak tadi memperhatikan keduanya dengan sorot mata tajam yang menandakan ketidaksukaannya melihat interaksi keduanya.
***
Malam ini Nafeeza mengisi live music di cafe D'Lux tempatnya bekerja, ia menyayikan sekitar sepuluh lagu lebih.Akhtar pun ada di kafe ini, jika kalian pikir Akhtar menemani Nafeeza bekerja maka kalian salah. Ia datang ke kafe untuk mengerjakan tugas laporan.
Dering gawai diatas meja mengalihkan perhatian Akhtar, tertera nama sang Mama. Dengan cepat ia menempelkan benda pipih itu ketelinga.
"Halo, Ma, ada apa?" tanyanya.
"Kamu dimana? kok sudah malam gak pulang? ada rapat BEM yah?" tanya sang Mama secara beruntun. Menbuat Akhtar memutar bola matanya.
"Ini lagi ngerjain laporan di cafe tempat Fee kerja," ucapnya sambil melihat ke panggung kecil dimana Nafeeza berada.
"Ciee, lagi nemenin tunangannya kerja yah, Dek?" Goda sang Mama.
"Apa sih, Ma. Orang ini gak sengaja ketemu disini," elaknya.
"Yaudah, sekalian anterin Feeza pulang, kasihan kalau dia pulang sendirian!" ujar Mama.
"Iya, Ma. Udah yah, aku tutup," kemudian mematikan sambungan telepon dengan sang mama.
Kumau dia, walau banyak perbedaan
Kuingin dia bahagia hanyalah denganku
Bukan kumemaksa oh Tuhan
Tapi kucinta dia
Tuhan, kucinta dia
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh dari Ayah
General FictionNafeeza Sabhira Almahyra, gadis cantik berusia sembilan belas tahu harus menerima perjodohan dengan lelaki yang tidak mencintainya, bernama Akhtar Farzan Wijaya yang merupakan senior sekaligus presiden mahasiswa di kampusnya. "Asal kamu tau...