Kumau dia, walau banyak perbedaan
Kuingin dia bahagia hanyalah denganku
Bukan kumemaksa oh Tuhan
Tapi kucinta dia
Tuhan, kucinta dia.Suara merdu Nafeeza dengan petikan gitarnya berhasil membuat Akhtar menatapnya. Seolah lagu itu dinyayikan khusus untuk Akhtar, apalagi bait-bait terakhirnya sangat relate dengan kondisi mereka saat ini.
Pandangan mereka pun bertemu seolah rasa dari lagu itu sampai ke Akhtar.Nafeeza tersenyum manis kepadanya. Namun, dengan cepat Akhtar membuang pandangannya kearah lain.
Lagu Kumau dia dari Andmesh Kamaleng sebagai penutup penampilan Nafeeza pada malam ini dan para tamu pun memberikan tepuk tangan yang meriah. Ia pun meletakkan gitar ditempat semula dan berjalan kearah barista yang disapa Arham itu.
"Kak Arham, mau minum dong, haus nih!" ucapnya dengan menyentuh lehernya dengan menandakan bahwa ia sangat kehausan.
"Nih, original Cocholate dengan boba yang banyak," ujar Arham dengan menyerahkan minuman yang sudah ia siapkan khusus untuk Nafeeza.
"Ihh, terimakasih, tau aja kesukaan Fee." Nafeeza menerimanaya dengan senang hati kemudian mulai menusukkan pipet dengan ukuran agak besar dan mememinumnya.
"Apa sih yang gak buat kamu?" ujar Arham dengan mengusap rambut Nafeeza. Mereka pun tertawa bersama.
Nafeeza adalah gadis yang mudah dekat dengan siapapun, hal ini membuatnya memiliki banyak teman yang menyayaginya.
Interaksi tersebut tidak luput dari perhatian Akhtar, dengan cepat ia memasukkan laptop dan buku-buku yang berada diatas meja kedalam tasnya. Kemudian mengirimkan pesan kepada Nafeeza mengatakan bahwa ia menunggu di parkiran dan akan pulang bersama.
Sudut bibir Nafeeza melengkung ke atas saat membaca pesan yang masuk. Membuatnya bergegas mengambil tasnya untuk pulang tak lupa ia berpamitan dengan Kak Arham karena, sang pemilik Kafe sedang tidak datang malam ini.
"Kak, Feeza balik duluan, yah? udah dijemput," ujarnya meminta izin.
"Iya, hati-hati!" ujar Arham mengingatkan.
"Siap!" ujarnya dengan tangan yang hormat bak prajurit.
Setelah sampai parkiran, ia langsung masuk kedalam mobil Akhtar. Tanpa berkata apapun Akhtar langsung melajukan mobilnya meninggalkan kafe.
"Kak." Setelah terdiam cukup lama Nafeeza mulai buka suara sambil melihat kearah Akhtar.
"Hemm?" jawab Akhtar tanpa melihat keasal suara.
"Terima kasih udah mau nganteri Fee balik," ucapnya dengan tulus. Yang hanya dibalas anggukan oleh Akhtar.
Lelaki itu masih diam, bukan karena fokus mengemudi, hingga akhirnya ia mulai membuka suara.
"Besok kuliah sampai jam berapa?" tanya Akhtar dengan nada dingin.
"Jam sebelas udah selesai, Kenapa, Kak?" ujar Nafeeza dengan menoleh kekanan. Tumben sekali Akhtar mau bertanya tentang jam kuliahnya.
"Mama mau ketemu. Selesai kuliah saya tunggu di parkiran, kita ke rumah bareng!" Akhtar berkata tanpa menoleh sedikitpun kearah Nafeeza.
Baru Nafeeza ingin mengatakan sesuatu, Akhtar sudah lebih tulu berkata, "Jangan kegeeran ini Mama yang nyuruh, kalau bukan karena Mama saya juga gak mau."
"Iya, aku ngerti," ujar Nafeeza dengan mengalihkan pandangannya ke jendela.
Nafeeeza sadar sangat sulit baginya untuk masuk ke hati lelaki ini. Jangankan untuk menghuni hatinya, diterima dihidup Akhtar pun sepertinya sulit. Namun, ia pantang menyerah, ia harus bisa membuat Akhtar jatuh cinta kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh dari Ayah
General FictionNafeeza Sabhira Almahyra, gadis cantik berusia sembilan belas tahu harus menerima perjodohan dengan lelaki yang tidak mencintainya, bernama Akhtar Farzan Wijaya yang merupakan senior sekaligus presiden mahasiswa di kampusnya. "Asal kamu tau...