A. 11 Kembali

8 1 0
                                    

Pagi ini gue menatap matahari yang sama, apa akan ada hal yang berbeda hari ini? Atau semua akan sama saja seperti sebelumnya? -Alena

Di hari minggu ini, Lena memiliki rencana untuk jalan-jalan ke taman.  Terlihat Lena mengenakan baju kaos berwarna putih, celana pendek, dan sepatu olah raga. Kini dia sudah di taman, detemani oleh angin dan cuaca yang cerah.

Brukk

"Eh maaf, saya gak sengaja." Orang itu menatap sopan ke arah Lena.

"Tidak apa-apa Pak." Lena juga membalas dengan sopan. Tapi apa ini? Wajah itu seperti akrab di pikiran Lena. Wajah yang dia kenal, seseorang yang berharga di masa kecilnya.

"Om ... Om Denan?" tanya Lena pada orang itu. Tatapan matanya terlihat sangat bahagia.

"Iya saya Denan. Kamu siapa ya?" tanya orang bernama Denan itu. Terlihat dia sedikit kebingungan.

Setelah mengetahui jika memang benar dia Denan, Lena langsung memeluknya dengan erat. Sampai-sampai Denan mundur beberapa langkah karena terkejut.

Lena terlihat sedikit menangis. "Om, Bara nyuri coklat lagi." Lirih Lena tanpa melepaskan pelukannya.

Tangan yang sebelumnya enggan membalas pelukan Lena, kini tangan itu memeluknya dengan hangat. "Lena sayang. Kamu apa kabar?" tanya Denan pada orang yang sudah dia anggap sebagai putrinya.

"Lena baik Om. Om gimana?" ujar Lena lalu melepaskan pelukannya.

"Om baik juga. Rumah kamu masih yang lama?"

"Masih Om. Cuma di renovasi dikit." Lena tertawa kecil sambil mengusap air matanya.

"Apa kamu inget sama Bara?" tanya Denan lalu mengajak Lena duduk.

Lena duduk menghadap ke depan. Tanpa menatap wajah Denan. "Aku inget Bara, tapi Bara mungkin enggak," sorot matanya mulai sendu.

"Siapa bilang? Dia kangen kamu, mungkin kamu udah lihat dia. Hanya belum kamu sadarin." Denan mengusap pelan kepala Lena.

"Dia di kota ini juga?"

"Iya sayang. Bahkan sekarang dia lebih tampan dari dulu."

"Terus Om Denan kalau lihat aku gimana? Cantik gak?"

"Cantik dong. 'Kan kamu calon mantu Om."

Percakapan ringan mereka mendatangkan hal lama yang pernah hilang dari Lena. Sudah lama dia menunggu saat-saat bersama Denan dan Bara. Dan akhirnya, saat itu mulai tiba.

"Bentar ya. Om ambil minum di mobil," ujar Denan lalu pergi.

Lena masih tersenyum. Dia merasa bahagia hari ini. "Kenapa Bara gak disini coba, dasar cowok nyebelin," omel Lena.

"Sendirian?" tanya seorang cowok dengan dandanan cukup rapi.

"Kalo iya kenapa?" sahut Lena dengan nada tidak suka.

"Ayo ikut. Kamu bisa jadi kunci buat saya," orang itu menarik tangan Lena. Namun, dengan cepat Lena menendang kaki orang itu.

Tapi siapa sangka, orang itu tidak sendiri, beberapa orang bodyguard muncul di belakangnya.

"Ikut dengan baik. Atau mau saya kasarin!" bentak orang itu.

ArganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang