A. 13 Akhir dan Penyesalan

9 2 0
                                    

Sorry, bukan maksud gue berada di jalan yang salah. Tapi untuk saat ini, cuma ini jalan satu-satunya buat gue.~ BARA





Pagi hari ini semua akan terjadi sesuai dengan takdirnya. Namun, ada seseorang yang juga sudah menyiapkan rencananya sendiri untuk menulis kisahnya sendiri.

"Kalian semua keluar. Gue yang akan jaga dia." ucap seorang pemuda yang memerintahkan anak buahnya.

Perlahan dia masuk ke ruangan sempit nan gelap itu, saat dia mencari sosok yang terkurung di ruangan itu. Dia tersenyum ketika mendapati sosok yang dia cari sedang terduduk tidak berdaya di lantai.

"Apa kabar? Oh ... lupa gue, gimana bisa orang yang jadi tahanan gue baik-baik saja." Pemuda itu tertawa, dan mencekik leher sosok di depannya.

"Gue gak akan maafin kelakuan lo. Nanti semua pasti akan terbuka," ujar sosok yang sedang berusaha menyesuaikan napasnya yang baru saja normal setelah pemuda itu melepaskan lehernya yang di cekik.

"Mimpi! Selama ini lo udah punya banyak hal, bahkan hal yang jadi mimpi gue. Tapi sekarang, yang lo punya akan ada di tangan gue, dan saatnya lo yang cuma bisa bermimpi."

"Mereka gak akan sebodoh itu hingga percaya begitu aja sama lo. Bahkan orang pertama yang akan sadar gue menghilang itu adalah gadis yang gue cinta."

"Gadis lo? No... no ... no ... dia gadis gue. Hanya milik gue, bahkan kalau dia tahu tentang kita, gue yakin dia akan lebih percaya sama gue.

"Gue tahu dia mungkin akan percaya sama lo. Tapi hatinya, hanya akan memihak gue."

"Sepertinya gue perlu ngajak lo ke dunia nyata, mimpi lo terlalu tinggi."

Sebuah pisau menggores pergelangan tangan, dan perlahan sudut bibir pemuda yang menggores tangan sosok itu terangkat. Raut kemenangan terpancar jelas dari wajahnya yang nyaris bak pangeran.

"Gue udah ingetin sama lo. Ikutin permainan ini, atau dengan perlahan lo akan gue siksa. Udah dikasi kamar dan fasilitas bagus, malah berontak, 'kan jadinya harus balik ke ruangan kecil nan sempit ini."

"Apa lo gak merasa kesakitan? Saat menusukkan dan menggoreskan pisau ke tangan gue?"

"Gue merasakan itu semua. Bahkan setiap darah lo, akan gue bayar dengan penyesalan di penghujung hari. Tapi mau gimana lagi? Ini satu-satunya jalan yang bisa bawa gue ke tujuan gue."

"Omong kosong! Kalau gitu buktikan kalau lo peduli sama gue!"

"Baik. Ini pisau buat lo, lo bisa lakuin hal yang sama pada gue."

"Gue gak kaya lo, yang bisa nyakitin tanpa peduli apapun."

"Baiklah. Gue janji sama lo. Gue akan selesaikan ini hari ini juga, setelah itu gue akan bebaskan lo. Tapi hanya ada satu yang akan mendapat semua, antara lo atau gue."

"Kalau lo mau keluarga gue, bahkan dengan mudah kasih sayang mereka lo dapat. Tapi bukan dengan menyingkirkan salah satu, dengan kita menjadi bagian keluarga yang sama, itu akan lebih baik."

"Sudah cukup gue mendam ini semua selama belasan tahun. Gue enggak sekuat itu, hingga akan melupakan semua, dan bergabung dengan lo."

ArganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang