"Aku tidak peduli dengan kekayaan ini. Aku hanya ingin mati!"
Suara pecahan beling kembali terdengar. Entah sudah berapa banyak barang yang bertemu permukaan dinding, kemudian jatuh ke lantai yang diselimuti cairan berwarna merah. Bau anyir semakin tercium. Membuat seorang wanita semakin menangis keras.
"Minami-san! Sudah cukup. Jangan sakiti dirimu sendiri!"
"Kau tahu apa Himari?!" bentak seorang gadis yang dipanggil Minami-san itu. "Kau baru masuk ke hidupku selama enam bulan! Kau tidak tahu apa-apa tentang aku!" raungannya semakin keras. Luka di tangannya semakin melebar, efek melempar barang di sekelilingnya. Lututnya pun terluka terkena serpihan kaca yang pecah.
Asano Himari, seorang maid di rumah yang cukup besar untuk ditinggali oleh gadis berumur 18 tahun. Memang, ia baru mengenal Minami Ran yang notabene-nya adalah majikannya, tapi selama itu pula ia menyayangi Ran, menganggap gadis bermanik anggrek itu sebagai adik kandungnya sendiri. Dan Himari tahu bahwa Ran juga menganggapnya sebagai kakak. Maka dari itu, melihat Ran se-depresi ini membuat batinnya turut terluka.
Himari berusaha mendekati Ran, memeluknya. Ran awalnya memberontak, namun akhirnya gadis berambut hitam keunguan itu mulai merasa tenang. Nafasnya mulai teratur. Himari mulai melonggarkan pelukannya, berusaha membuat gadis itu rileks.
"Minami-san," panggilnya. Sejenak ia terhenti. "Ran-chan," ulangnya. Ran memang lebih suka dipanggil dengan nama kecilnya oleh Himari. Namun Himari seringkali lupa karena Ran merupakan majikannya, jadi wanita yang hanya berbeda dua tahun dengan Ran itu memanggilnya 'Minami-san'.
"Himari..." suara Ran sayup-sayup terdengar. "Himari nee-san." panggil gadis itu. Manik anggreknya menyiratkan luka mendalam dan kesepian. "Maaf kan aku, nee-san." isak gadis itu. Himari tersenyum lembut. "Itu bukan masalah Mina--maksudku, Ran-chan. Tenanglah," Himari berkata lembut, berusaha membuat Ran nyaman di pelukannya.
"Aku dan Fuji-san akan membantu merapikan semua ini. Kita obati dulu lukamu, ya? Kemudian aku akan memasakkan makan malam untukmu." ucap Himari lagi. Dibanding seorang maid, Himari memang lebih cocok dianggap sebagai kakak. Dipelukannya, Ran mengangguk pelan. Helaan nafas lega pun terdengar dari mulut Himari.
***
Himari kini sedang asyik di dapur. Setelah merapikan rumah yang sempat berantakan, kini wanita itu memasakkan makan malam untuk majikannya.
Rumah yang ditempatinya bukan sebuah rumah yang besar. Namun, cukup besar untuk ditinggali oleh gadis berumur 18 tahun seorang diri. Minami Ran, gadis itu, mengaku kesepian dan hanya mempekerjakan dua orang di rumahnya. Pertama adalah Asano Himari (20 tahun), sebagai maid-nya. Dan yang kedua, Amano Fuji (23 tahun), seorang supir dan 'penjaga' untuk mereka berdua.
Himari menghela nafas. Ran merupakan gadis yang baik. Gadis itu kerap membantu sesama. Majikannya itu seorang yatim piatu, ia pernah bercerita bahwa kesepian dan tidak memiliki apa-apa merupakan sesuatu yang pahit. Maka dari itu, Ran sangat menyayangi Himari dan Fuji sebagaimana keluarganya sendiri. Namun, belakangan ini, entah mengapa keadaan mental gadis ungu itu tidak stabil. Ran kerap menangis dan melempar barang di sekitarnya. Melukai dirinya sendiri. Tetapi baik Himari maupun Fuji tidak tega apabila Ran harus dibawa ke psikiater. Menurut mereka Ran hanya sedih sehingga masih bisa baikan apabila dirangkul secara kekeluargaan.
Himari tidak tahu, bahwa hidup Ran tidak sesimpel itu.
***
Hujan deras di luar sana. Petir menggelegar. Rasa dingin terasa."Himari-san!" suara Fuji tiba-tiba terdengar, berusaha membelah suara amarah petir. Membuat sendok sup yang tengah dipegang oleh Himari jatuh ke lantai. Himari hendak marah namun tindakannya ia urungkan kala melihat raut wajah Fuji yang baru memasuki dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomorrow Will Be Fine ; (Kita Shinsuke x Reader/OC)
FanfictionMinami Ran, seorang gadis yang hidup dalam kesengsaraan. Yatim piatu. Miskin. Tertindas. Korban kejahatan. Tidak berguna. Ran tidak pernah melihat satu cahayapun dalam hidupnya dan akhirnya memutuskan untuk bunuh diri. Namun, bukannya mati, saat ter...