Chapter 4

88 24 16
                                    

Kelopak mata sewarna susu itu terbuka, menampakkan manik mata sewarna amethyst yang bening. Mata itu kian mengerjap untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retinanya. Setelah selesai, kini otaknya yang berproses.

Minami Ran berusaha membangkitkan tubuhnya dan menatap sekitarnya. Ia tersadar bahwa dirinya sedang berada di dalam kamar yang cukup bersih dan wangi, dengan jendela yang menampakkan cahaya lembut dari sang mentari. Hawa dingin terasa, membuat manik amethyst itu bergulir mencari jam dinding.

Ternyata masih pukul 6 pagi.

Tapi aku dimana?

Kamar ini terasa asing dan familiar di saat yang bersamaan. Ran tidak menyukai perasaan gelisahnya, memutuskan berdiri dan merapikan futon kemudian membuka kenop pintu. Gadis itu berjalan keluar kamar.

Matanya membulat kala melihat ruang tamu flat milik Kita Shinsuke. Manik itu kemudian melirik ke arah kanan, di mana dapur berada. Kemudian ke kiri di mana pintu balkon berdiri. Ran menghela nafas dan menggosokkan kedua tangannya.

Yang semalam itu bukanlah mimpi, ini semua nyata. batinnya.

"Tapi rasanya kemarin malam tidur di sofa ruangan ini?" gumamnya bingung.

Ran berjalan ke dapur, apabila ia tidak bermimpi dan memang merepotkan Shinsuke, setidaknya ia harus memberikan sedikit balasan atas perlakuan baik Shinsuke kepadanya. Mungkin dengan menyiapkan sarapan dan bento, mengingat ini hari Jum'at--berdasarkan kalender yang tertera di sana.

Saat sedang sibuk memanaskan nasi dan memotong tofu untuk membuat miso, manik gadis itu membulat. Sebuah pemikiran melewati otaknya.

Tunggu, kalau memang tadi malam aku tidur di sofa, lalu mengapa pagi ini aku tertidur di dalam kamar? Siapa yang memindahkanku? pikirnya bingung.

Namun mendadak, pipinya memanas. Ia menemukan jawaban atas pemikirannya. "Eh? Nggak mungkin... kan?"

***

Aroma sup miso dan telur dadar membuat Shinsuke terbangun dari tidurnya yang nyenyak. Ia mengusap wajahnya sejenak dan menstabilkan retinanya. Setelah merasa nyawanya cukup terkumpul, pemuda itu bangkit dan merapikan futonnya, kemudian ia berjalan keluar kamar.

"Are...?" gumamnya saat melihat sosok yang sedang 'menari' di dapur flat-nya. Ternyata kemarin bukan mimpi. Ternyata ini semua benar-benar nyata. Tidak mungkin ada mimpi yang senyata ini, kecuali kau mengharapkannya jadi nyata.

Sosok itu menoleh karena mendengar gumaman Shinsuke. "Ohayou, Kita-san. Kau sudah bangun, eh? Maaf apa aku membangunkanmu?" tanya Ran pada Shinsuke, mengingat saat itu baru pukul 6.30 pagi dan udara masih dingin di musim semi.

Shinsuke menggeleng. "Iie... Aku memang biasa bangun pagi, sekitar jam segini." jawabnya.

"Ah, souka. Kalau begitu, aku minta maaf karena pakai dapur dan bahan makananmu tanpa izin."

"Daijoubu. Aku pernah bilang padamu untuk pakai sesukamu. Lagipula, aku yang merepotkanmu." jawab Kita, dengan nada datarnya. Ran mengibaskan tangannya. "Memasak seperti ini? Tidak, tidak. Aku tidak merasa repot. Lagipula aku senang melakukannya, jadi ya sudah." ucap Ran sambil kembali fokus dengan masakannya.

Shinsuke terdiam sesaat menatap punggung gadis itu. Kemudian manik karamel itu menangkap jam dinding, seolah mengingatkan kalau ia harus segera menjalankan aktivitas paginya, seperti biasa.

"Minami-san," panggil Shinsuke, mengalihkan perhatian gadis itu dari panci. "Hai'?" balas Ran sebagai jawaban. "Kalau begitu aku mandi dulu. Terima kasih." lanjut Shinsuke dengan nada datarnya.

Tomorrow Will Be Fine ; (Kita Shinsuke x Reader/OC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang