Sidang & Dia

35 14 3
                                        

"Papi, bantuin Jeni ya?" Tanya seorang perempuan yang sedaritadi mendudukan bokong nya di sofa ruangan ber ac itu.

"Bantuin apa?" Tanya balik lelaki itu yang mengalihkan pandanganya dari laptop di hadapanya.

"Skripsi, pi." Ujarnya.

"Mana, sini papi bantu." Ucap lelaki tampan yang sudah beranjak kepala empat itu.

"Bukan skripsinya pi." Ujar anak perempuan satu-satunya itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Terus?"

"Gantiin dosen penguji Jeni dong, galak gurunya pi, bisa-bisa Jeni gak lulus." Ucapnya memohon.

"Kalau itu, papi gak bisa." Ujarnya lalu melanjutkan kegiatan mengetik pada keyboard laptopnya.

"Ih, papi kan pemilik kampusnya, masa gak bisa?" Tanya nya kesal.

"Itu hal yang curang, sayang."

"Tapi pi, nanti Jeni ngulang semester depan, gimana?"

"Gak papa, asalkan itu hasil kamu sendiri."

"Terserah papi deh, Jeni males." Kesalnya lalu beranjak pergi dari ruangan tersebut.

Perempuan yang bernama lengkap Jeni Alesha itu telah tiba di tempat ternyamanya, apa lagi kalau bukan kamar kesayangannya. Ia sedari tadi hanya duduk merenung di atas kasur, yang entah memikirkan apa.

"Ting...ting...." Suara telepon genggam yang terletak di atas nakas, bersebelahan dengan kasur nya pun tiba-tiba berdering memenuhi ruangan yang bernuansa pink itu.

Ia pun mengambil barang tersebut, lalu menekan tombol berwarna hijau pada layar handphone itu. "Halo, kenapa Jess?" Tanyanya pada insan yang memanggil dirinya melewati alat komunikasi itu.

"Eh, lo sama Bu Husni ya?" Tanya perempuan yang bernama Jessica itu melalui handphonenya.

"Ih, iya woi, abistu sama Pak Buyung juga lagi." Jawab Jeni kesal mengerucutkan bibirnya.

"Yhahahaa, yang sabar ya sayangku."

"Eh tau gak si, bokap gue songong bat dah, gue pengen minta tolong, gantiin dosenya, gak diganti, woi!" Kesalnya tertahan.

"Yaudah deh, selamat menikmati sidang besok sayangku." Ucap Jessica menyengir tak terlihat.

"Kurang ajar ye, punya temen, bantuin kek, ini malah ngang-"

"Tit...."

"Kurang ajar, dimatiin, temen biadapss." Ucapnya memukul pelan layar handphonenya.

✨✨✨

"Jeni...." Panggil lelaki kecil berumur tujuh tahun itu.

"Eh, kamu, kita main yu!" Ajak gadis mungil yang merasa namanya di panggil.

"Main apa, Jeni?"

"Main hamil-hamilan aja yu!" Ajak gadis kecil itu bersemangat.

"Boleh, aku jadi siapa?"

"Kamu jadi suami aku ya." Ajak gadis itu polos.

"Kamu jadi istri aku berarti?" Tanya balik lelaki kecil itu.

"Iya."

"Nanti pas lahiran kamu bantuin aku y-"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mantan SahabatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang