"Pagi anak-anak!" suara Bu Farida menggema memenuhi kelas yang tidak sepi, membuat muridnya yang sibuk dengan urusan masing-masing menoleh.
"Pagi buuuuuu!" jawab seisi kelas dengan nada panjang sedikit dilebih-lebihkan apalagi oleh deretan bangku belakang yang sudah tertebak siapa pemiliknya.
Bu Farida si guru muda berperawakan langsing itu tersenyum, "Ada kabar baik untuk kalian semua. Seperti tahun-tahun sebelumnya, sekolah kita akan mengadakan kegiatan tengah semester atau KTS."
"Yeeee jamkos!!!" teriak anarkis kebanyakan murid sambil memukuli meja dengan semangat.
"Hei dengerin Bu Rida dulu!" ucap Bu Farida sedikit berteriak membuat mereka menghentikan aktivitasnya, "Selain lomba dance, melukis, pidato, olahraga dan cerdas cermat seperti tahun-tahun biasanya, kelas kita juga kebagian tampil drama musikal kali ini."
Sebagian murid bersorak senang, namun ada juga yang mengaduh seperti ketiban sial mendengar pengumuman itu.
"Nggak bisa tuker sama yang lain ya bu?" tanya salah satu siswi berhijab.
"Nggak bisa karna tadi udah diundi pake kocokan."
"Yaaaaah, nasib-nasib."
"Iya ini nasib kalian. Daripada meratapi nasib, mendingan sekarang kalian nentuin tema buat drama nya. Ini tahun terakhir kalian disini jadi harus semaksimal mungkin ya."
Beberapa siswi langsung antusias bergerumbul membicarakan tema yang akan dipakai. Lain halnya dengan Kara dan Joya yang memilih diam di tempat. Mereka sudah tau diri kalau tugasnya adalah mewakili kelas dalam perlombaan dance. Secara Kara adalah leader grup dance sekolah ini.
"Bu, gimana kalo aladdin?" usul Dania sebagai ketua kelas yang membuat semua mata tertuju padanya.
"Yang lain gimana? Bu Rida sih ngikut aja. Kalo yang lain setuju ya gapapa."
"Kita bertiga sih ngikut aja. Mau begimanapun juga tugas kita tetep maen musik." jawab Leon dari sudut kelas sambil menunjuk dua sohibnya, Iqbal dan Kiki.
"Oke itu aja."
"Yoi terserah."
Bu Farida mengangguk paham kemudian meraih spidol papan tulis didepannya, "Oke kalo semua setuju sekarang kita tentuin dulu Sutradara nya siapa?"
"Gaisha bu, dia jago masalah ginian."
Bu Farida menuliskan nama Gaisha di papan, "Terus yang jadi aladdin sama jasmine?"
"Aladin nya Leon aja bu, kalo nyanyi suaranya mantep." usul Hendra, si laki-laki bertubuh besar yang sudah dipastikan akan berperan sebagai jin.
"Kok gue? Gue gitar." protes Leon.
"Gue bisa gantiin gitar lo." dapat ditebak kalau sekarang Leon menatap nyalang kearah Rangga yang tiba-tiba menyeletuk dengan watadosnya.
Tanpa rasa bersalah Rangga membentuk huruf V dengan jari sambil meringis pada Leon. "Hehe."
"Nah mantep gitar udah digantiin Rangga, jadi lo nggak ada alesan buat nolak." ujar Dania sambil mengangkat sebelah alisnya, menjelaskan kalau Leon kalah.
Leon berdecak sebal. Dikira dia akan kehabisan akal? oh tidak, "Gue mau asal jasmine nya Kara."
Kara mendelik, jelas saja ia tidak setuju dengan permintaan Leon. Pertama karena ia sudah mewakili kelas menampilkan dance untuk pembukaan, kedua ia tidak memiliki bakat akting sama sekali. "Jangan ngadi-ngadi. Gue udah dance." bantah Kara.
"Dance kan hari pertama, kalo drama nya di hari terakhir."
Leon menjulurkan lidahnya pada Kara setelah mendengar info dari bu Farida yang membuat Kara ingin menempeleng kepalanya sekarang juga. Ia tau kalau ini akal-akalan si Leon agar tidak jadi dipilih, karna dirinya juga pasti menolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIAGE IS JUST A GAME
Teen FictionGalan menganggap pernikahan mereka hanyalah sebuah game yang dapat berakhir kapan saja, namun ia lupa bahwa game sering kali membuat pemainnya kecanduan. #1 on SMA | 2/12/22 | #1 on fiksi remaja | 18/11/22 | #1 on perjodohan | 18/11/22 | #1 on nikah...