1. Pahlawan yang Arogan

172 13 9
                                    

"Nona!"

"Nona!"

Gadis itu tetap nyenyak tertidur ketika pelayan terus memanggilnya.

"Bangun Nona!"

Tirai terbuka, saat itu lah gadis itu mulai terusik tidurnya namun hal itu hanya berlaku selama lima detik karena setelah nya gadis itu menyelimuti keseluruhan tubuhnya dengan selimut.

Emma mendesah lelah. Jika majikannya sudah seperti ini, maka tidak ada cara lain untuk membangunkannya. " Handuk dan air " Perintah nya kepada tiga pelayan yang berdiri di cukup jauh darinya menunggu perintah nya.

"Maafkan saya, Nona" Emma duduk di pinggir ranjang, dirinya memeras kain di dalam wadah yang di bawa oleh salah pelayan di samping nya. Kemudian mengusapnya di tangan mulus milik majikannya.

Usahanya berhasil saat manik permata Zamrud itu terbuka. Olivia De Vasilyevich. Majikannya yang sudah ia rawat sejak umurnya masih lima tahun, sedang menatapnya tajam karena telah mengusik tidur nya.

" Apa ini masih malam?"

Ia hanya bisa tersenyum mendengar pertanyaan koyol tersebut, ketika dengan ganas sinar matahari menerpa mereka. "Anda seharusnya bertanya, apa ini sudah siang?"

Majikannya memajukan bibirnya lalu menatapnya sinis. "Kau tidak berubah Emma. Kasar sekali perkataan mu itu"

"Berkah Tanah Hijau menyertai Anda, Nona " Emma membalas dengan memberikan berkat kehormatan tanah Vasilyevich.

"Itu bukan pujian Emma!"

"Apapun yang anda katakan adalah sebuah berkah untuk tanah Vasilyevich ini. Nona "

Olivia mendengus. Tidak merasa tersanjung dengan apa yang barusan Emma katakan.

Tiga pelayan selain Emma, membantu membangunkan Olivia agar berdiri, kemudian mereka membasuh wajahnya.

"Apa mereka menunggu ku?"

"Yang mulai dan Tuan Muda sudah menunggu anda, untuk segera makan, Nona"

Emma memainkan jaket bulu kepada Olivia yang masih terbalut piyama.

"Maka tidak ada waktu lagi"

***

Olivia memasuki ruangan besar dengan meja panjang di tengah-tengah ruangan tepat di bawah lampu megah yang berkelap-kelip memamerkan keindahannya. Mantel bulu besar menyapu lantai marmer di setiap langkahnya bak ombak.

"Ini masih awal musim dingin, Via. Belum ada salju. Kenapa memakai jaket?" Sindir pemuda yang duduk di samping kanan pria paruh baya yang duduk di ujung meja. Miller De Vasilyevich.

"Papa... Hari ini dingin, bukan?" Olivia berlari dan menghambur memeluk dari belakang Pria yang menunjukkan ekspresi Datar yang dia sebut sebagai papanya. Duke Gilbert De Vasilyevich.

" Apa kau kedinginan?" Tanya Gilbert. Terlihat tidak terganggu akan tingkah manja putrinya dan terus melanjutkan memakan sarapannya dalam tenang.

"Papa harus membeli banyak batu sihir untuk menghangatkan kamarku! Aku bisa mati kedinginan jika seperti ini"

Batu sihir terbuat dari Kristal yang memiliki mana, di sebut juga sebagai batu kristal sihir. Benda itu bisa di gunakan untuk apapun, membantu pekerjaan ringan sehari-hari atau bahkan sebagai pertahanan sebuah negara, karena serba guna, pihak Kekaisaran yang memutuskan untuk menjadi pembuat ke gunaan batu sihir secara spesifik di menara Sihir setelah membeli dari pihak tambang. Dan Sekarang, Olivia membutuhkan batu sihir hanya untuk menghangatkan kamarnya, itu mungkin akan menghabiskan lumayan pengeluaran dan sedikit pertimbangan, karena ayahnya juga seorang penguasa wilayah yang tidak terikat oleh pihak Kekaisaran yaitu Wilayah Vasilyevich salah satu dari empat wilayah yang memiliki kebijakan otonomi khusus, terlebih ayahnya adalah seorang yang darmawan dan bukan penguasa yang suka menghamburkan uang.

σℓινιαTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang