Bokuto sedang merenung, matanya tampak sayu dengan bibir yang maju. Ia sedang berada di mode ‘emo’ -nya dan Akaashi yang menyimak dari kejauhan segera menghampirinya.
‘Sepertinya aku terlalu bergantung pada Akaashi, aku takut dia risih denganku,’ batin Bokuto.
Ia merasa punggungnya ditepuk lembut oleh seseorang, dengan segera pandangannya beralih dengan lemah ke arah orang yang baru datang tersebut.
“Bokuto - san? Ada apa? Apa kau sedang lelah? Ayo, kita cari jajanan dulu,” ajak Akaashi terhadap seniornya tersebut, bagaimanapun Akaashi khawatir terhadap mood Bokuto saat ini.
Bokuto menatap Akaashi dengan lemas, “Tidak, biar aku saja yang pergi. Tinggalkan aku, Akaashi!” ucap Bokuto dramatis sambil berlari menjauh.
“Bokuto - san!!”
Tangan Akaashi mengambang di udara, berusaha meraih Bokuto yang sudah menjauh, “Arah kantin bukan ke sana . . . .”
Akhirnya Akaashi mengejar Bokuto yang ternyata menuju atap sekolah mereka, ia di sana berdiri menatap langit sementara orang-orang berbisik dengan tatapan terkejut.
“Bokuto - san, ada apa?” tanya Akaashi sambil mendekati Bokuto.
Sang surai bnw menutup wajahnya, “Jauhi aku, Akashi—!! Jangan sentuh aku!”
‘Dia sedang berlatih sinetron atau apa?’ batin Akaashi.
Meski diperintahkan untuk menjauhinya, Akaashi tetap melangkahkan tungkainya ke arah Bokuto yang sekarang sedang jongkok dan menatap kakinya sendiri, “Ada apa, Bokuto - san? Kau berjanji padaku kalau ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu akan segera bercerita padaku.”
Bokuto tidak menjawab.
“Bokuto - san, ada apa?” tanya Akaashi dengan nada lebih lembut sambil menepuk pelan bahu Bokuto.
“Aku . . . selalu merepotkan Akaashi, aku takut Akaashi risih denganku,” ucap Bokuto akhirnya membuka suara.
Akaashi menutup mukanya dengan tangan kanan, membuat Bokuto semakin gelisah, “A-Akaashi?” panggil Bokuto sekali lagi.
“B-Bokuto - san . . . . Ahahaha!”
Akaashi tertawa, ia sampai terduduk karena tidak sanggup menahan tawanya. Bokuto menatap Akaashi dengan tatapan bingung, ada apa dengan Akaashi?
Jujur, mendengar ucapan Bokuto membuat hati Akaashi berbunga dan sedikit geli, ‘Imut,’ batin Akaashi.
Akaashi menyelesaikan tawanya dan sekarang menatap Bokuto dengan senyuman, pipi Bokuto terasa panas ditatap seperti itu.
Sekarang tangan yang lebih muda membelai rambutnya, “Tolong terus repotkan aku, Bokuto - san. Aku sangat senang direpotkan olehmu.”
Sepertinya mereka lupa kalau orang-orang masih di sana, menatap mereka dengan berbagai macam reaksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haikyuu Ships!!! 1shoot
FanfictionKisah manis yang singkat dengan karakter Haikyuu di dalamnya