Kenapa Ayah sama Bunda gue gak satu rumah lagi sama gue? Itu karena mereka lebih mencintai pekerjaan mereka dibandingin gue sendiri yang notabenenya adalah anak kandung mereka, terus kalau ditanya gue tinggal sama siapa di rumah ini? Jawabannya adalah sendiri doang, tapi sesekali ada asisten rumah tangga yang bakalan datang pagi di setiap harinya buat nyempetin diri untuk ngeberesin nih rumah lalu bakalan pulang kalau waktu maghrib menyapa.
Sedari kecil gue sudah terbiasa ditinggal sendiri sama kedua orang tua gue yang lagi kerja.
Ayah, dia anggota polisi yang mengadibkan hidupnya untuk bertugas menyelesaikan urusan masyarakat yang punya masalah. Ayah sayang sama gue, tapi dia sedikit cuek orangnya. Udah dari kecil emang gue jarang berinteraksi sama beliau soalnya ya itu... dia sibuk. Tapi ayah sayang kok sama gue, setiap dia di rumah, dia pasti menyempatkan dirinya buat ngecup kening gue kalau udah tidur.
Kalau Bunda, dia seorang Dokter yang mengabdikan hidupnya untuk melayani orang sakit. Rumah sakit udah kayak rumah pertama dia dibandingkan rumah aslinya sendiri, orang yang sakit diberlakukan seperti anak kandung sampai melupakan kewajiban dia sebagai seorang Ibu yang sesungguhnya.
Memang sih membantu orang lain itu baik, tapi bisa gak jangan lupain gue?
Ahh... rasanya gue pengen banget bicara kayak gitu di depan mereka, tapi pasti ujung-ujungnya bakalan jadi perdebatan panjang yang ngebuat gue bungkam, karena walaupun gue berbicara sepanjang sungai amazon dan selebar samudra hindia kalau mereka tetap kekeuh untuk ngurus perkejaan mereka masing-masing, gue bisa apa?
Memang sih mereka berkerja buat masa depan gue, tapi tolong jangan lupa kalau Brianti masa kini juga butuh kalian.
Udahlah, pasrah aja, bicara pun gak bakalan ada gunanya.
Dulu mereka, ayah dan bunda gue tinggal di rumah kok, tapi tetap aja pekerjaan adalah prioritas pertama mereka. Untungnya sih ya, ayah sama bunda gue itu setiap ada pengambilan raport mereka pasti selalu datang, tepat waku lagi, gak pernah telat. Selain punya jiwa sosial yang tingginya melewati menara Eiffel di Paris sana, Ayah sama Bunda juga punya jiwa aktor dan aktris yang tinggi, kalau datang ke sekolah pas mengambilan raport tuh ya... beuh mesranya kayak pengantin baru, tapi pas sampi di rumah, mereka langsung kayak orang yang saling gak kenal.
Gue gak bisa jelasi dengan jelas tentang hubungan Ayah sama Bunda itu gimana, soalnya ya itu... dibilang saling cinta enggak, dibilang gak saling cinta juga enggak. Bingung deh.
Gue pernah tuh satu kali datang ke apartemennya Bunda yang dekat dengan sama tempat rumah sakit dia kerja, waktu itu gue gak tanya Bunda kalau gue mau datang ke sana soalnya sebelum pindah Bunda bilang kalau gue mau datang ke sana, datang aja, kalau mau tinggal bareng dia pun juga boleh cuman gue-nya aja gak mau karena apartemen Bunda jauh terdampar dari sekolah gue.
Waktu pas gue datang ke sana, gue kaget liat Ayah yang bukain pintu. Keadaannya jelas bikin gue nahan nafas, soalnya Ayah cuman pake celana jeans warna hitam dengan tangan yang lagi keringin rambut dia yang lagi basah, kentara banget kalau dia udah habis mandi, butir-butiran air keliatan menetes membasahi badan dia.
"Loh Bri, kamu ke kok ke sini?" Ayah berbicara lebih dulu.
"Kenapa emangnya? Ini'kan apartmen-nya Bunda aku, bebas dong kalau aku mau ke sini."
"Iya sih Nak, tapi kok—"
"Loh Bri, kamu di sini?"
Itu suara Bunda yang datang dari arah belakang, Bunda terlihat memakai bathrobe dan rambutnya juga basah sama kayak Ayah.
Hmm...
"Iya, bosan di rumah gak ada orang, makanya aku samperin Bunda ke sini."
"Ayah enggak nih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bestari
Teen Fiction[COMPLETED✓] Tentang dua orang sahabat yang suatu waktu gak sengaja lakuin hal yang seharusnya gak mereka lakuin. Awalnya sih persahabatan mereka baik-baik aja, tapi setelah kejadian itu perlahan-lahan dengan waktu yang terus berjalan, semuanya beru...