Chapter 2: Last Night

2.3K 374 57
                                    

Tokyo, 14 September 2012

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tokyo, 14 September 2012

[Sakura]

Hidupnya seperti Hama, itu yang di katakan oleh Yamanaka Ino beberapa hari lalu. Gadis pirang itu berteman dekat dengan kakak ku.

Sebenarnya tidak terlalu penting untuk memikirkan apa yang selalu mereka bicarakan padaku, aku hanya perlu berlalu dan tidak menanggapi apapun yang keluar dari mulut mereka.

Tapi siang itu aku merasa canggung dan malu disaat bersamaan.

Didepan dia-sosok yang diam diam ini aku idamkan. Mereka mencela dengan nada keras, berharap bahwa aku bukanlah bagian dari keluarga terhormat.

Memangnya aku menginginkan itu? Aku bahkan lebih baik terlahir dari seorang anak petani dari pada harus berada diantara mereka.

Karin memang mempunyai pesona kuat untuk memikat para lelaki, tanpa terkecuali. Siapa yang tak akan menyukainya? Mungkin itulah sebabnya gadis berkacamata itu menjadi semakin sombong setiap harinya. Dia baik kepadaku asal kalian tau.

Dia memberiku beberapa pasang bajunya yang mahal, juga sering memberiku makanan mewah yang biasa mereka makan saat pulang sekolah.

Itu bisa dikatakan baik bukan?

Dia sempurna, mendapatkan apa yang ia mau hanya dalam sebuah rengekan. Aku juga ingin seperti itu, sungguh. Tapi itu mungkin hanya ada dalam khayalanku saja.

Pernah waktu itu aku berdoa kepada Tuhan. Aku meminta agar dia mau mengabulkan permintaan ku tentang hidup makmur dan sukses, agar anakku kelak dapat merengek tentang apa yang ia inginkan dan aku akan dengan senang hati mengabulkannya.

Itu lucu, tapi semoga doa ku terkabulkan.

"Hey Idiot" Ino merangkul ku dari belakang sambil berjalan. Rambutnya yang ia ikat tinggi bergoyang kearah wajahku. Gadis Yamanaka itu memang memiliki julukan baik yang disematkannya untukku.

"Ino lepaskan" Katakan lah aku kutu buku, karena faktanya memang begitu.

"Lusa adalah pesta ulang tahun ku. Aku mau kau datang" Setelah sampai dikelas ia melepaskan rangkulannya dan membiarkan ku untuk duduk di bangku belakang.

"Aku tidak bisa"

"Kau tidak bisa atau malas bertemu dengan Kekasih Karin?" Pertanyaan dari Ino sukses membuat seisi kelas menoleh kearah kami. Tak terkecuali kakak Perempuanku.

"Memang ada hubungan apa dia dengan kekasihku Ino"

Satu sifat lainnya yang aku benci dari Karin, Angkuh.

Mata hijauku menoleh kearahnya yang duduk di dekat jendela, jari jari lentiknya masih fokus dengan ponsel mahal yang diberikan Ayah Minggu lalu.

Karin memang seperti itu, dia akan baik di rumah dan akan menjadi tidak peduli jika berada diluar. Terutama dihadapan teman teman nya, itu yang terkadang membuat aku merasa terkucilkan.

MOMMY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang