#Chapter 1

68 22 17
                                        

Aku bahkan tidak sadar kalau aku secantik ini. Berbalut gaun mewah, pernak-pernik berkilauan, benar-benar membuatku merinding. Mansion ini milik Ayahku, seorang Marquess kerajaan Orshten yang merupakan Ayah pemeran utama. Penampakan Ayah dan Ibu Ivory persis seperti yang Aku dan Beomgyu gambarkan. Rambut hitam sekelam malam, bola mata merah safir, visual keluarga Marquis Herschell yang tidak tertandingi. Aku menulis karakter Ayah pemeran utama sebagai sosok yang tegas dan adil di hadapan pemerintahan, namun sekalipun tak bisa menggertak putrinya, Ivory. Sang Ayah dan Ibu sangat menyayangi putri semata wayangnya.

Bola mata Ivory lebih terang dari kedua orang tuanya. Agak aneh saat aku menatap kaca, hanya warna bola mataku yang berubah. Wajahku sepenuhnya Shin Shoura, yang sekarang memiliki nama Ivory Selencia Herschell. Sebagai penulis, akulah yang membuat Ivory sempurna. Ivory adalah cerminan diriku, Shin Shoura. Saat aku menulisnya, aku seolah membayangkan bahwa akulah Ivory. Aku ingin merasakan kehangatan keluarga harmonis lewat karakter imajinasi, Ivory.

Sudah tiga hari sejak kedatanganku ke dunia ini. Banyak sekali keanehan-keanehan yang kurenungi sepanjang hari. Rasanya seperti keajaiban, dan setiap hari aku berpikir bahwa ini hanyalah mimpi.

Rasanya aneh mengingat bagaimana aku berpindah sepenuhnya ke tempat lain, tanpa ada perubahan sedikit pun selain warna bola mata. Kemudian, aku seperti terbiasa menggunakan bahasa mereka dan berbicara dengan lancar. Aku pun tidak punya masalah dengan adaptasi. Aku melakukan segalanya dengan natural, seperti tata krama seorang putri marquis saat makan, berjalan, kebiasaan atau pergaulan bangsawan lainnya. Seperti telah tinggal beberapa tahun lamanya, padahal kalau dipikir-pikir aku baru datang kesini tiga hari lalu.

"Rambut anda sangat lembut dan mudah diatur, mau diberi model apa saja pasti tetap cantik."

Mendengar pujian seperti itu, aku belum terbiasa. Kemewahan yang Ivory miliki, aku juga belum terbiasa. Terlebih, aku kembali pada umurku yang berusia 16 tahun. Usia ini adalah usia saat aku kehilangan Mama.

Seketika aku teringat keberadaan Beomgyu, apakah ia juga terbawa kesini, atau cuma aku?

"Nona, gelang itu cantik sekali. Apakah tuan duke yang memberikannya?"

Sejenak, aku baru sadar bahwa satu-satunya yang tidak hilang dari tubuhku saat pindah ke dunia cerita adalah gelang persahabatan. Gelang ini pemberian Beomgyu, dan anehnya tidak bisa kulepas bagaimanapun caranya. Ketika para pelayan itu meninggalkan ruangan, aku terdiam memandangi gelang tersebut.

Masih segar dalam ingatanku bagaimana Beomgyu datang menghalangi pandanganku, menerima serangan Papa malam itu untuk melindungiku. Aku menangis dan merasa tidak berguna saat aku tak sanggup membawanya ke rumah sakit. Ketika aku kembali mengingat itu, batu gelang yang Beomgyu berikan bercahaya. Kukira karena bias cahaya matahari. Kemudian seperti sihir, aku berpindah tempat.

Berdiri di hadapan Choi Beomgyu yang berteriak histeris melihat kehadiranku.

***

Wajah Beomgyu terlihat berantakan. Setelah berteriak, dia nyaris jatuh pingsan. Aku langsung mengetahui bahwa ia 'benar-benar' Beomgyu karena sikapnya. Saat ini aku berada di rumah kaca keluarga kerajaan Orshten. Aku menariknya yang setengah sadar karena terkejut supaya tidak ada yang mengetahui keberadaan kami.

Beomgyu terlihat frustasi. Dia terlihat empat tahun lebih muda, itu berarti sekarang usianya tujuh belas tahun. Rambutnya yang berantakan kini tertata rapih, bajunya juga seperti pangeran sungguhan. Gurat wajahnya terlihat lelah, sepertinya dia memikirkan banyak hal.

Sejauh ini aku sudah menarik kesimpulan kalau aku dan Beomgyu masuk ke dalam dunia novel yang ku tulis. Beomgyu berperan sebagai Putra Mahkota kerajaan, Reagan. Dan aku sebagai Ivory. Kami berdua adalah pemeran utama. Setelah malam itu, kami berdua pun berpindah kesini. Satu-satunya yang bisa menghubungkanku dengan Beomgyu adalah gelang persahabatan kami. Beomgyu juga tidak bisa melepaskannya, bahkan saat ia mencoba mengguntingnya.

Sekarang Beomgyu sedikit lebih tenang. "Aku tidak percaya ini, sungguh. Benar-benar gila. Shoura tolong katakan apa kita bisa kembali? Setiap malam aku berdoa pada dewa kalau ini cuma mimpi dan besok aku akan kembali sebagai Beomgyu. Kalau dewa mengabulkan doaku, aku akan berhenti mengusik Yeonjun hyung dan meminta maaf atas dosa-dosaku." Matanya berkaca-kaca, aku jadi tidak tega, sungguh.

"Beomgyu aku juga tidak tahu kenapa kita bisa berada di sini. Yang jelas kejadiannya setelah malam itu. Ini sangat aneh karena wajah kita tidak berubah, hanya lebih muda beberapa tahun. Apa kamu mendengar orang lain membicarakan sesuatu tentangmu?"

"Iya, mereka bilang sikapku berubah. Aku juga belum bertemu raja yang akan kusebut Ayah. Aku lebih panik saat sadar ini adalah cerita yang kamu tulis."

Sejenak aku terdiam, bingung harus merespon seperti apa. Para pelayan juga mengatakan sikapku sedikit berubah. Saat kuingat, Ivory punya karakter periang, tutur katanya sangat sopan meski banyak bicara. Sementara Reagan, sosok yang pendiam dan dingin. Ia tidak suka kehidupannya dicampuri orang lain.

Anehnya situasi menjadi terbalik setelah aku dan Beomgyu datang. Sikap kami berubah. Reagan jadi cerewet, dan Ivory jadi pendiam. Sebagai penulis, aku jelas merasa kesal karena karakter ceritanya berubah. (terutama Reagan yang ku deskripsikan susah payah supaya menarik minat pembaca).

"Beomgyu, aku sudah menceritakan ceritaku padamu. Bisakah kamu tetap menjalani peran seperti ini untuk sementara waktu? Selama itu aku akan mencari jalan keluar permasalahan kita." Aku mengusap batu gelang persahabatan kami. Aku juga frustasi sama seperti Beomgyu. Apalagi setelah sadar bahwa cerita yang kutulis sangat tragis.

"Lalu bagaimana dengan akhirnya? Kau belum memberitahuku."

Beomgyu menatapku khawatir. Dengan berat hati, ku katakan padanya; bahwa dua chapter menuju akhir tak sempat ku tulis.

***

Seoul di musim semi.

"Kau ini suka sekali menyiksa karakter, ya. Dimana-mana pemeran utama akan hidup dengan bahagia." Beomgyu menyatakan ketidaksetujuannya pada Shoura yang tengah memutar bolpennya.

Setelah mendapat kabar bahwa salah satu web komik terkenal mengadakan kontes, Shoura jadi bersemangat mengajukan naskahnya. Ia perlu seseorang yang bisa menggambar dengan baik, maka ia pun meminta tolong pada Beomgyu sebagai ilustrator naskahnya. Pemuda itu sudah beberapa kali memenangkan kontes menggambar. Ini akan menjadi kolaborasi yang sempurna. Shoura juga sudah menyerahkan sebagian besar gambaran cerita supaya memudahkan Beomgyu membuat visualisasinya.

"Aku memang sengaja membuat pemeran utama mati. Pembaca selalu berpikir bahwa pemeran utama tidak bisa mati setelah kekejaman apapun yang ia dapatkan, tapi kebanyakan penulis melakukannya untuk menyenangkan pembaca. Sementara aku adalah orang yang konsisten, tetap berpegang pada jalannya cerita. Kalau dari awal cerita pemeran utama harus mati, maka sampai ending cerita pun harus mati. Karena itu, ceritaku kali ini berbeda. Kita bisa menarik perhatian pembaca dan memenangkan kontes."

Beomgyu menghela napas. Memang cerita itu harusnya konsisten, tapi apa yakin menulis bagian pemeran utamanya mati? Pembaca bisa saja kecewa.

"Cerita yang banyak diminati dan menarik penasaran adalah ... cerita yang provokatif." Dengan seringai tipis, Beomgyu bergidik mendengar ide sahabatnya.

"Yah, baiklah. Tidak ada salahnya mencoba." []

" []

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Miraculous WriterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang