#Chapter 2

32 15 3
                                    

The Sacrified Princess adalah cerita yang ku tulis setelah kepergian Mama untuk menghibur diriku sendiri. Cerita ini mengisahkan tentang kelahiran seorang Pangeran Putra Mahkota. Ia diramalkan akan menghancurkan kerajaan dan membunuh bangsawan hingga rakyat yang tak bersalah dengan sihirnya. Reagan Orshten Schwartz adalah Putra Mahkota yang diramalkan. Sang Ibu yang merupakan seorang Saintess wafat saat melahirkan Reagan. Sejak ramalan turun, seluruh anggota kerajaan, bangsawan bahkan pelayan tidak pernah memperlakukan Reagan dengan baik.

Sang Ayah bersikap dingin, tidak memberi perhatian pada Putra semata wayangnya. Reagan tumbuh di lingkungan yang apatis. Seumur hidupnya, yang benar-benar setia padanya hanyalah Millian, kesatria pribadinya.

Untuk pertama kalinya, Reagan pun bertemu dengan Ivory. Bagi Reagan, Ivory adalah teman pertama yang memberinya berbagai pengalaman baru. Selagi menghabiskan waktu bersama Ivory, Reagan sadar bahwa kekuasaan Raja mulai melemah. Raja terkena wabah dari negara yang beliau kunjungi. Karena kabar ini terdengar sampai ke telinga para bangsawan, mereka pun mulai resah. Kalau Reagan yang terkutuk menempati posisi Raja, apa ramalan akan segera terjadi?

Hal ini membuat celah para bangsawan licik untuk berlomba-lomba memperebutkan tahta. Reagan mencari cara supaya rakyat tidak perlu khawatir. Setelah sekian tahun lamanya, muncul ramalan lain. Dengan adanya tumbal, kerajaan akan selamat.

Ramalan ini malah membuat Reagan resah, sebab semakin hari ia mampu melihat kesucian dalam diri Ivory. Sihir hitam yang terus menyiksanya tidak terkendali, Reagan tak mampu mengendalikan perasaannya. Ia ingin segera membunuh Ivory agar sihirnya lenyap. Itu mungkin hal yang mudah untuk dilakukan, tapi Reagan sangat mencintai Ivory.

Malam itu ia menangis dihadapan Ivory dengan mengatakan keinginannya untuk membunuh Ivory. Namun tak disangka, respon gadis itu berbeda dari apa yang ia pikirkan. Ivory bersedia menyerahkan dirinya untuk kematian. Ia berpikir bahwa kematian satu nyawa lebih baik daripada berjuta nyawa yang tewas. Sampai disitu.

Meski dua chapter terakhir belum dirampungkan, aku sudah menulis outline bagaimana cerita berawal dan berakhir. Akhir dari cerita The Sacrified Princess sangat tragis. Ivory benar-benar mati. Meski aku belum menulisnya, mengingat outlinenya saja aku sudah merinding. Diam-diam aku melirik Beomgyu, ia tidak bereaksi dan aku sangat khawatir.

"Aku akan menemanimu pulang." Sejurus kemudian Beomgyu berdiri dari kursinya, sebelum kutahan dengan panik dan menyuruhnya tetap duduk.

"Ini sangat berbahaya. Aku tidak datang lewat gerbang istana secara resmi, kalau pulang begitu saja aku akan dicurigai." ujarku pelan, memikirkan cara untuk pulang dengan selamat. Beomgyu menatap gelangnya agak lama. Kemudian ia menghela napas ((penuh keputusasaan karena ekspresinya sangat lesu)).

"Kalau kau bisa datang karena gelang ini, coba gunakan lagi. Kalau tidak bisa aku akan meminta Millian mengantarmu diam-diam."

Aku agak ragu, tapi karena ini adalah dunia yang penuh fantasi, maka tetap kucoba sarannya. Sebelum benar-benar pergi, aku mengatakan pada Beomgyu untuk menemuinya lagi besok. Setelah itu aku berpindah tempat dalam sekejap, seperti yang Beomgyu katakan. Jantungku berdebar, ada sensasi yang membuatku ingin muntah. Dunia penuh fantasi dan keajaiban ini membuatku gila.

Tubuhku lemas, kepalaku juga pusing. Tapi aku tak berhenti memikirkan cara menghadapi dunia yang tidak masuk akal ini. Pertama-tama mari kita ingat jalan ceritanya secara pasti. Agak sulit karena dokumen itu kusimpan dalam ponsel, tapi sekarang mana ada yang namanya ponsel. Berbicara mengenai ponsel, aku jadi teringat keadaan Beomgyu saat ini. Apa dia akan merengek karena tidak bisa memainkan ponsel? Anak itu pasti sulit beradaptasi dengan perannya sebagai Putra Mahkota.

Dengan beberapa kertas dan tinta hitam yang menyulitkan, aku merangkai kejadian-kejadian dalam novel. Diceritakan bahwa pertama kalinya Reagan bertemu Ivory saat debutante para gadis yang berusia 16 tahun. Saat itu pula kekuatan sihir hitam Reagan muncul. Saat aku bertanya pada Adeline, pelayan pribadi Ivory, ia mengatakan bahwa debutante akan diadakan pekan depan. Singkatnya debutante adalah pesta kedewasaan para putri bangsawan yang diadakan di ballroom kerajaan. Kami bisa bertemu saat debutante dan memulai alur cerita yang sesungguhnya.

Ivory : Female lead yang akan mati

Reagan : Male lead dengan sihir terkutuk

Aimee : antagonis

? : Orang yang mendapat dukungan rakyat untuk naik tahta

? : Tokoh kunci

Dua karakter dengan tanda tanya belum pasti kemunculannya, selama itu pula aku akan mencari tahu keberadaan mereka. Ini adalah awal dimulainya kisah tragis. Dan kalau aku bisa, aku akan mengubah jalan ceritanya. Aku harus menyelamatkan Ivory dan Reagan.

***

Setelah memutar piringan hitam, Beomgyu menjatuhkan dirinya di atas sofa. Kepalanya berdengung, matanya juga berkedut. Beomgyu merasakan sensasi aneh dalam tubuhnya. Ada saat dimana tubuhnya bergerak sendiri diluar kesadarannya, terjadi begitu cepat dan berlangsung secara tiba-tiba. Setiap kali terjadi, Beomgyu akan merasa pusing.

"Milian, bisa ambilkan aku camilan manis? Aku lapar." katanya. Disaat yang memusingkan seperti ini, makanan manis akan melepas stress. Sejujurnya ia ingin makan ramyun, waktu pertama kali datang kesini ia juga memintanya pada Millian. Beomgyu lupa kalau mie instan seperti ramyun tidak ada pada masa ini. Ia jadi terlihat bodoh.

Selagi Millian mengambilkan camilan, Beomgyu membuka balkon kamarnya. Bulan naik begitu tinggi, angin pun berhembus kencang. Saat mendengat suara ranting pohon dan rimbunan daun yang saling bergesekan, Beomgyu merasa lebih tenang.

Setiap kali ia memejamkan mata, Beomgyu melihat bayangan sosok Shoura yang tersenyum. Dan setiap kali Beomgyu melihatnya, ia menangis. Sangat aneh karena Beomgyu merasakannya disetiap malam. Ia merasa gelisah akan sesuatu. Sejenak ia berpikir apakah ini perasaan Reagan? Reagan yang menyesal dan merasa bersalah karena menghunuskan pedang pada kekasihnya? Sesak itu nyata, air mata itu pun tak kunjung berhenti bahkan setelah Millian datang.

"Tuan anda menangis. Apa anda baik-baik saja?" Millian terkejut melihat Reagan berurai air mata. Ini pemandangan yang tak pernah ia lihat sejak mengawal Reagan. Tuannya selalu memasang wajah datar dan pandangan tajam, tapi kali ini ia menangis.

"Tidak. Aku tidak baik-baik saja. Rasanya sesak sekali, Millian." []

" []

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Miraculous WriterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang