Miraculous Writer

#Chapter 3

Shoura tidak tahu harus merasa senang atau sedih di kehidupannya kali ini. Saat ini ia memiliki Ayah yang sangat pengertian, sosok Ibu dan keluarga yang hangat. Daripada menghabiskan waktu berjalan-jalan di kota seperti yang Adeline tawarkan, Shoura lebih suka tinggal di sisi sang Ibu yang gemar merajut. Shoura senang bersandar pada Ibu, beliau pun tidak merasa risih meski perlakuan putrinya semakin manja.

Ia senang bisa menciptakan lingkungan harmonis untuk Ivory. Mengingat kehidupan sebagai Shin Shoura sangatlah berat.

Keluarganya dulu tidak begitu susah, Papa bekerja sebagai karyawan perusahaan model yang sedang naik daun. Shoura pikir segalanya berjalan baik-baik saja. Namun dunia permodelan menjadi panas setelah dirilis berita bahwa salah satu perusahaan memperlakukan modelnya sebagai wanita penghibur. Perusahaan itu adalah tempat Papa bekerja. Dari posisi tertinggi, Papa pun terjatuh. Perusahaan di tutup dan karyawan dipecat tanpa pesangon. Papa mendapat hukuman percobaan karena tuduhan mencoba membawa para model ke tempat hina.

Papa tidak melakukannya, tapi mulut mulut yang tidak mau disalahkan itu menyeret Papa dalam masalah mereka. Akibatnya Papa sering mengkonsumsi minuman keras. Ekonomi keluarga Shoura menjadi tidak terkendali. Saat itu Mama menderita kanker otak dan membutuhkan biaya kemoterapi yang sangat besar. Papa yang tidak bisa diharapkan kerjanya hanya mengomeli isi rumah. Shoura yang harus banting tulang menghidupi keluarganya, dengan gaji yang tidak seberapa ia lakukan kerja paruh waktu diberbagai tempat yang membutuhkan pegawai.

Setelah kematian Mama yang tidak bisa menahan sakitnya, sang Papa diterima bekerja sebagai tukang kebun. Tapi tak berjalan dengan lancar, sebab setiap kali Papa pulang, wajahnya penuh dengan luka dan memar. Pemilik rumah yang memperkerjakan Papa sangat tempramental. Ia selalu memukuli Papa apabila kesal. Lagi-lagi, Papa beralih mengkonsumsi miras karena stress.

Entah apa yang Papa pikirkan saat itu, beliau membawa Shena, adik Shoura yang berusia tiga belas tahun untuk dibawa ke pemilik rumah tempat Papa bekerja. Shena didandani dan diberi pakaian minim. Gadis belia itu menangis saat Papa menjambak rambutnya karena berontak. Papa bilang tuannya akan memberi banyak uang kalau Shena mau bermalam dengan pria itu. Shoura yang menyaksikan kekacauan itu lalu memukuli Papa dengan meja kayu.

Tanpa pikir panjang, Shoura membawa Shena kabur dari rumah. Karena tuhan menyayangi Shena, gadis itu diterima panti asuhan yang jauh dari kediamannya. Bibi pengurus panti sangat berempati pada keduanya, Shena akan membantu bibi mengurus anak-anak selama ia berada disana. Mengingat itu Shoura merasa lebih tenang.

Sampai saat ini, Shoura memikirkan keadaan Sheena. Apa ia makan dengan baik, apa ia belajar dengan giat, apakah Sheena menyadari kepergian misterius kakaknya, kalau iya, apa yang Sheena lakukan sekarang?

"Ivory, kalau kamu lelah, beristirahatlah." suara Ibu yang begitu lembut memecahkan lamunan Shoura. Ia menggeleng tanpa mengucapkan sepatah katapun. Masih ingin berlama berada di sisi sang ibu.

Hidupnya kali ini dipenuhi kehangatan. Setiap pagi Shoura melihat wajah-wajah yang tersenyum menyapanya, menikmati sarapan dengan nikmat, fasilitas lengkap dan kemewahan. Hanya satu yang tidak dimiliki Ivory Herschell. Yaitu umur panjang.

Shoura jadi bertanya-tanya, lebih baik mana diantara dua kehidupannya? Hidup susah penuh tekanan sampai hari tua, atau hidup bahagia dengan mewah tapi bernasib tragis di usia muda?

"Saat debutante, apa kamu sudah menentukan pasangan?" tanya Ibu tiba-tiba. Benar, hari-hari cepat sekali berlalu. Shoura disini jadi pengangguran kaya yang memikirkan jalan keluar dari nasib tragis dunia novel. Untuk debutante, biasanya para gadis akan memilih pasangannya. Mereka menerima undangan para pria bangsawan muda untuk berdansa pertama kalinya di ballroom.