"Takdirku seperti surah Al-Baqarah ayat pertama, hanya Allah yang tahu."
-o0o-
Senja mulai tergelincir menjadi malam diiringi dengan rintikan hujan. Malam itu menjadi malam yang penuh kepalsuan bagi Naira. Mulutnya terbungkam dan membisu ketika ditanya siapkah ia untuk menikah dengan seorang lelaki kaya raya bernama Adam itu. Naira dihantui oleh kebingungan, nafasnya selalu tercekat saat ia mengingat nama Abyan.
Sunyi, itu yang ia rasakan ketika ia duduk di sebuah cafe. Tak memperdulikan rintikan hujan yang semakin lama semakin deras.
Sambil menyeruput vanila latte-nya, gadis itu menatap ke arah jalanan dengan tatapan kosong. Pikirannya mulai sedikit tenang saat mendengar rintikan hujan sedikit deras. Hatinya teduh saat merasakan hawa dingin yang diberikan oleh Sang Khalik.
Bersyukur, satu kata yang harus dirasakan oleh gadis bernama Naira itu. Walau sedang dihantui oleh kebingungan, gadis itu masih tetap bersyukur kepada Sang Khalik dan tak henti-hentinya ia terus berdoa kepada Allah untuk diberikan seorang imam yang dekat dengan-Nya.
Brak!
Lamunannya tersadar saat seorang lelaki mabuk menabrak meja. Lelaki itu terlihat sangat menyedihkan. Dengan mabuk-mabukan dan diri yang sudah tak sadar, ia terus meminum alkohol yang berada di genggaman tangannya. Tak hanya itu, lelaki itu juga mengganggu suasana hati Naira.
Tapi tak hanya sampai situ, lelaki itu juga menghampiri Naira dan tak sengaja menyenggol meja Naira, vanila latte kesukaannya itu pun terhempas begitu saja ke permukaan lantai, dan sedikit mengenai hijab Naira yang syar'i itu. Naira terkejut dan langsung berdiri.
"Astagfirullah, Mas! Biar apa sih minum begituan. Lagian ga ada manfaatnya juga." ucapan Naira sambil membersihkan hijabnya dengan tisu.
"Lo gabisa diem ya? Berisik, udah kayak toa." bentak lelaki itu.
Naira hanya menghela nafas. Ia melirik lelaki itu. Tampan, satu kata yang sedang dilihat oleh Naira. Allah memang tidak pernah gagal dalam menciptakan hambanya, Allah juga menciptakan manusia sebaik-baiknya, tapi terkadang makhluk-Nya merasa tidak puas dengan ciptaan-Nya.
"Pak Pra, diskotik sebelah lagi rame tuh!" sahut seorang lelaki dari dalam cafe. Lelaki ini mungkin bisa dibilang cukup terkenal karena sering bermain di cafe ini. Memang benar, disini cafe tidak jauh dari diskotik, mungkin sekitar 200 meter untuk pergi ke sana. Tak heran jika banyak orang tidak benar mampir ke sini. Hanya saja, Naira kesini untuk menenangkan pikirannya, karena tempat ini juga tenang dan tidak terlalu ramai.
"Pra?" batinku.
Lelaki itu mengacungkan jempolnya. Ia meninggalkan Naira begitu saja dan tanpa meminta maaf.
"Ya Allah, jauhkanlah hamba dari lelaki seperti ini." batin Naira.
-o0o-
"Naira, bangun nak." teriak mama dari bawah.
Aku tersentak, tak biasanya aku tidur sehabis shalat subuh tadi. Biasanya, setelah shalat subuh aku murottal al-quran. Tapi entah mengapa, aku tertidur. Tubuhku sangat lelah, aku masih tertidur dengan mukenah dan sajadah yang kugelar tadi sewaktu shalat subuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Muhasabah Cinta
RomanceNikah muda, adalah suatu hal yang sangat dibenci oleh wanita bernama Anindya Naira Malika. Di umurnya yang sudah beranjak 19 tahun, kedua orang tuanya memaksanya menikah dengan sosok lelaki tampan dan kaya. Namun, tak hanya sampai situ, Naira juga h...