[11] Get Lost

2K 262 29
                                    

1 minggu kemudian...
*Mansion Anderson
"Mas. Bangun, mas." Reva menepuk wajah Fellix yang tertidur di meja kerjanya.

"Reva?" Fellix mengerjapkan matanya, lalu memijit pangkal hidungnya karena sedikit pusing. "Jam berapa ini?"

"Jam 7."

Mata Fellix membulat, lalu melihat jam dinding. "Ah, aku akan terlambat!" Fellix bergegas pergi ke kamarnya.

****
Selesai bersiap-siap, Fellix turun ke bawah tergesa-gesa.

"Mas, sarapan dulu?"

Fellix mencari kedua putranya. "Mana Charles dan Rey?"

"Mungkin masih tidur, kelas mereka mulai jam 9." Fellix menggangguk-angguk.

"Kamu makan saja, aku ada meeting sebentar lagi." Fellix mengecup kening Reva. "Terima kasih sudah membangunkanku tadi."

Reva tersenyum kecil. "Jangan lupa makan, mas."

"Pasti."

Reva menatap nanar ke arah Fellix yang menaiki mobil, lalu meninggalkan mansion. Ia menghela napas lalu menyantap sarapannya sendirian.

"Pagi, Reva." Reva menoleh lalu tersenyum.

"Pagi, Tessa."

(Fyi,
Umur Reva, Tessa, dan Fellix sama. Tapi Tessa menikah dengan Alexander yang lebih tua 1 tahun.)

"Fellix sudah pergi?" Reva mengangguk, membuat Tessa menghela napas panjang.

"Biar kutebak, dia lembur lagi semalam?" Tessa duduk di sebelah Reva.

"Bagaimana kau..." "Karena suamiku juga," potong Tessa, melirik ke arah Reva.

"Reva, kita dulu sahabat, bukan? Dan sekarang kita keluarga." Tessa menggenggam tangan Reva. "Kau bisa cerita apapun padaku."

Pertahanan Reva runtuh. Air matanya mengalir. Ia menutup matanya dengan satu tangan.

"Aku tidak kuat lagi, Tessa. Hiks... Sudah 1 minggu, dan pikiranku masih pada Al. Padahal kupikir kami sudah bisa memulai lembaran baru."

"Rasanya sangat sakit saat tahu kalau selama ini kami tinggal dengan Al yang palsu. Sedangkan Al... dia bertahan sendirian, tanpa siapapun di sampingnya."

"Aku..." tubuh Reva bergetar. "Aku seperti ibu yang tidak berguna."

Tessa memeluk Reva. "Aku tahu, Reva. Tapi itu bukan salahmu. Itu salah Keisya. Dan entah kenapa aku yakin..." Tessa mengakhiri pelukannya dan mengusap air mata Reva. "Al pasti mengerti."

"Kau beruntung memiliki putri yang luar biasa, Reva. Aku bisa melihatnya, Al sayang dengan kalian, dia hanya tidak tahu cara menunjukkannya."

"Tapi... kau sendiri tahu perlakuan kami dulu. Sama sekali tidak manusiawi." Reva merasa nyeri di dadanya. Ia menundukkan kepalanya "Aku menyiram tangannya dengan air mendidih, Tessa. Aku bahkan ingat persis saat itu..."

"Panas!!! Arrgghhh!!! Panas!!! Panas!!!" teriak Alexa berlinang air mata.

"Ini belum seberapa! Sampah harus dibakar!" Reva masih menuangkan air yang baru selesai direbus dari tumbler.

"Jangan!!! Panas!!! Arrgghhh!!!! Sakit!!! Panas!!! Panas!!!"

"Tatapannya... Air matanya... Teriakan pilunya..." Reva membekap mulutnya dengan tangan. "Apa yang kupikirkan dulu? Kenapa aku bisa sekejam itu pada anakku sendiri?"

"Reva, kau..." "Kau bahkan mengingatnya kan?" potong Reva.

"Tatapannya kosong, Tessa. Bahkan kamarnya bisa semengerikan itu. Kalau saja waktu bisa diulang... aku sangat ingin memperbaiki semuanya."

The Redemption 2 [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang