San menerka-nerka, jujur ia sendiri tidak pernah dapat memahami perasaannya. Disisi lain, hatinya begitu tentram saat berada disamping wooyoung, namun disaat bersamaan, ia tak dapat lupakan Yeonjung.
yeonjung is calling..
Untuk kesekian kalinya, San menghela nafas panjang. Ia sandarkan tubuhnya dinding halte bus tanpa ada niat mengangkat panggilan Yeonjung.
Rentetan memori lama menguar dari pikirannya, kilas balik kali pertama bertemu Wooyoung hingga afeksi itu muncul, semuanya nampak terekam jelas bagai kaset rusak dikepalanya.
"Wooyoung memutus kontrak"
"Wooyoung ingin pergi"
"Wooyoung-"
Bahu San bergetar, diusapnya foto Wooyoung yang menjadi latar layar kunci ponselnya, dia sangat mencintai Wooyoung.
San menunduk penuh penyesalan, hatinya ngilu menyadari betapa berat perjuangan Wooyoung selama ini. Yang mati-matian menahan sakit saat melihatnya bersama dengan Yeonjung.
Pemuda Choi itu lantas berdiri kemudian berlari sekencang yang ia bisa.
"Wooyoung-ah, jangan pergi! Aku mencintaimu!"
Tidak ada waktu hingga bulan depan, ia harus mencegah wooyoung nya pergi, ia tidak boleh biarkan semestanya hilang.
***
Dua koper besar telah siap disamping pintu dorm yang terbuka lebar, Wooyoung benar-benar akan pergi.
Dengan langkah gontai, San masuk ke Dorm disambut tatapan sinis Seonghwa dan Jongho. "Hei, tidak usah menatapku seperti itu, aku tau aku tampan"
"Bermimpi saja kamu brengsek" Cibir Jongho seenaknya.
Tepat saat Wooyoung keluar dari kamarnya dengan tas besar ditangan, San memeluk erat pemuda jung itu. "Jangan pergi" Bisiknya.
Wooyoung ragu-ragu menepuk punggung San. "Bahagia selalu, hyung. Maaf Wooyoung belum bisa jadi yang terbaik untuk Hyung maupun Atiny" ia tersenyum getir.
"Siapa yang menyuruh kamu pergi?" San menatap Wooyoung dengan mata berkaca-kaca. "Hyung nggak izinin kamu pergi, Jung Wooyoung. Kamu nggak boleh kemanapun" Ujarnya.
Helaan nafas berat meluncur dari mulut Wooyoung. "Nanti aku akan mengingatmu sebagai apa yang paling ingin kulupakan, dan kamu akan mengingatku sebagai apa yang pernah kamu sia-siakan."
Menusuk setajam belati.
"Tapi hyung memilih kamu, Wooyoung. Hyung memilih Jung Wooyoung-"
"-jangan bohong! Berapa kali hyung berkata demikian tapi mana buktinya!" Wooyoung lelah, hatinya kebas kelewat mati rasa karena San.
Barangkali bukan hanya San yang salah disini, Wooyoung juga salah karena telalu menaruh harap pada pemuda itu.
"Bahagia hyung, bahagianya Wooyoung juga. Jangan khawatir"
"Tapi, bagaimana kalau bahagianya Hyung itu kamu?" Langkah wooyoung terhenti tepat di depan pintu dorm. "Andai hyung dulu berkata begini, aku tidak tau akan sebahagia apa aku.."
".. Sudah terlambat"
Seiring dengan menjauhnya langkah Wooyoung, tubuh San merosot tidak sanggup menopang tubuhnya sendiri. ia terduduk ke lantai dengan begitu banyak penyesalan.
"Kalaupun waktu dapat diulang sedetik saja, itu tidak ada guna nya-" Jongho mengompori.
"-Wooyoung tidak akan mau kembali dengan bajingan sepertimu" Lanjut maknae itu.
DUG!
Seonghwa melempar Jongho menggunakan remote televisi "Diam jongho!" ia kemudian berjalan menuju gantungan baju dan mengulurkan sebuah jaket kepada San.
"Cinta adalah cara, perjuangin kalau kamu memang masih cinta dengan Wooyoung, nggak perlu mikir-"
San menerima jaket dari tangan Seonghwa dengan kasar kemudian berlari kearah pintu dan-
BRAK!
Pintu dorm ditutup secara tragis oleh oknum berinisial Choi San.
"Benar-benar bajingan" Decak Seonghwa.
[ ... ]
KAMU SEDANG MEMBACA
HOLD ME TIGHT | WOOSAN ✔
Fanfiction"there is nothing more beautiful than loving you, Jung Wooyoung" ㅡSan, choi.